MENYEDUHKAN KOPI Dalam NARASI

in narasi •  7 years ago 

SETELAH menunggu sekitar sepuluh menit, kopi yang kupesan akhirnya terhidang juga. Semerbak aroma kopi seketika menyerbu indra penciumanku. Merasuki otak. Tak berselang lama setelah aku menyeruputnya, kantuk yang tadi masih hinggap di pelupuk mata rasanya menjadi luruh seketika. Ini memang hanya karena faktor sugesti saja. Tapi setidaknya setelah membaui aroma kopi, ide-ide yang ada di kepala lebih mudah dituangkan menjadi narasi.
Kopi dan narasi adalah dua hal yang sangat kugilai. Entah dari mana 'hal gila' ini kuwarisi.
+++

Terus belajar mengasah kemampuan diri

Kembali kuseruput kopi pesananku yang masih mengepulkan asap. Kombinasi pahit dan manis memberikan sensasi tersendiri di lidah. Kuedarkan pandangan ke sekeliling warung, sekadar untuk merileksasi mata setelah lama menatap layar laptop.
Toko dua pintu yang disulap jadi warung kopi ini tampak sepi . Hanya ada beberapa pengunjung yang duduk di tiga meja terpisah, aku salah satunya. Belakangan datang dua wanita muda yang duduk di dekat meja kasir. Suasana yang lengang membuatku sangat nyaman untuk menulis.
Bertahun-tahun setelah sore di jalan setapak itu, aku menyadari kini aku menjadi sosok yang sangat berbeda dengan teman-temanku dalam hal pekerjaan. Apakah impian di masa kecilku itu telah terwujud? Aku bilang iya, sebab tidak ada satu pun teman masa kecilku yang pekerjaannya berhubungan dengan literasi, seperti yang aku lakoni. Hobi menulis yang terus kuasah ini telah menjadikanku berbeda dengan mereka. Setidaknya aku kini menjadi lebih terkenal dibandingkan mereka ha ha ha.
Ngomong-ngomong soal hobi, aku memaknainya laiknya seperti seorang kekasih saja. Berlebihan? Ah, tidak juga. Bukankah kita rela melakukan dan mengorbankan apa saja demi menyenangkan hati kekasih kita? Itu juga yang kulakukan untuk menyalurkan hobi menulisku yang 'kumatnya' tak pernah kenal waktu.
Aku belum lupa bagaimana rasanya jari-jari tangan ini ‘keriting’ dan pegalnya minta ampun karena harus menulis di atas kertas. Itu zaman saat aku belum memiliki gawai untuk menulis. Hampir setiap malam aku bergadang hanya untuk membuat satu dua catatan, puisi atau cerpen.
Tapi aku ---meski pendiam namun keras kepala- tetap bersikukuh pada keputusan yang sudah kuambil. Buatku ini tantangan, bukan cuma soal sekadar menyalurkan hobi menulis. Tapi bagaimana menjadikan hobi ini bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin terkesan sederhana ya? Hanya menuliskan apa yang kulihat dan kurasakan menjadi sebuah tulisan. Tapi itu menjadi sangat luar biasa rasanya ketika melihat mata yang penuh binar, karena kita menuliskan cerita tentang mereka dengan baik dan apik.
Buatku pribadi, menulis adalah menyempurnakan rasa. Saat lisan tergagap dalam menyampaikan sesuatu, maka tulisan akan mengambil alih pekerjaan itu. Lalu ia mengabadikannya bersama waktu. Atau serupa kopi, yang tak hanya menjadikan candu tapi juga menggairahkan.[

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hello, hai @indra78.. Selamat kumpul di Steemit! Senang melihat anda kumpul.. telah kami upvote yaa.. 😄

Iya terimakasih.. salam kreatif