Gampong Ulee Pulo merupakan salah satu dari 15 Gampong/Desa di Kecamatan Dewantara - Kabupaten Aceh Utara, dengan luas wilayahnya 125 Hektar dengan jumlah penduduk 2.098 Jiwa tesebar dalam 523 Kepala Keluarga (Data BPS Tahun 2015).
Gampong Ulee Pulo yang terletak persis ditengah-tengah Kecamatan Dewantara dan termasuk dalam wilayah kemungkiman Cot Murong serta dilintasi jalan Trans Sumatera ini, adalah salah satu Gampong penghasil Batu Bata terbesar di Dewantara bahkan di Aceh Utara umumnya, hal ini dibenarkan oleh Geuchik Gampong Ulee Pulo, Ali Murtala dalam sewaktu kesempatan perbincangan kami di Kantor Geuchik Ulee Pulo, 25/12/2017.
Geuchik Ulee Pulo, Ali Murtala
Menurut Ali Murtala, Usaha Batu Bata yang merupakan sumber nafkah rumah tangga dan sudah menjadi home industri bagi Masyarakat Gampong Ulee Pulo ini, dijalankan sejak tahun 1970, yang dimulai oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Alung yang berasal dari Lhokseumawe.
Alung membangun usaha batu bata untuk pertama kalinya di Gampong Ulee Pulo dan bersama Masyarakat setempat, Alung meramu cara mengaduk bahan batu bata berkualitas, yang terdiri dari campuran tanah liat dan sedikit pasir ditambah teknik mencetak batu batu sampai proses pembakarannya.
Hingga saat ini, usaha batu bata di Ulee Pulo sudah berkembang pesat, hampir 90% Masyarakat disana bekerja dan memiliki usaha batu bata yang dirinci menurut keahlian dan kemampuan perekonomian dan produktifitas meraka.
Lokasi Industri batu bata terpadat di Ulee Pulo
Tercatat beragam jenis profesi yang ditekuni masyarakat Ulee Pulo dalam industri batu bata di Gampongnya, baik sebagai pencetak batu batu, pengangkutan, pemilik sal batu bata, pemilik dapur pembakaran batu bata, petugas pembakaran sampai pengusaha batu bata seperti Syarifuddin Rusli (35) yang kami temui di kediamannya.
Syarifuddin Rusli, Pengusaha batu bata
Syarifuddin Rusli telah memulai usaha batu batanya sejak beberapa tujuh Tahun yang lalu dan masih dianggap pemula bagi pengusaha batu bata ternama lainnya di Ulee Pulo namun begitu Syarifuddin telah memperoleh pendapatan sebesar Rp 115.000.000,-/pertahun, jika iklim usaha normal katanya.
Usaha batu bata di Ulee Pulo ini sangat dikenal hampir diseluruh Aceh, hal ini dikarenakan kualitas batu batanya yang baik dan kualitas batu batu yang baik itu dihasilkan dari proses pengambilan tanah liat sebagai bahan bakunya, tanah liat yang akan dijadikan batu bata harus dimenimalisir kandungan pasirnya dengan kadar yang rendah, agar batu bata yang dihasilkan kuat dan tahan lama, sebut Syarifuddin
Tanah liat yang sesuai standar bagi produksi batu bata sebagaimana disebutkan diatas adalah tanah liat yang ada di Gampong Paloh Punti, salah satu Gampong di Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe dan tanah liat disanalah yang dipasok pengusaha batu bata di Ulee Pulo untuk menujang produksinya, ujar Syarifuddin.
Setelah proses pemilihan tanah liat yang sesuai standar tadi, pembuatan batu bata dilanjutkan dengan pengadukan antara tanah liat, air dan sedikit pasir, pengadukan dilakukan selama seharian penuh lalu dilanjutkan dengan pencetakan yang dilakukan dengan tangan oleh pekerja terampil setempat di sal batu bata, yaitu sejenis bangunan tanpa dinding dan hanya diberi atap rumbia, karena setelah proses pencetakan batu bata selesai, akan dilanjutkan dengan proses pengeringan selama 15 hari jika kondisi cuaca tidak hujan, namun jika dalam kondisi hujan, proses pengeringan akan memakan waktu sampai 25 hari, batu bata yang sudah dicetak tadi dibiarkan dalam salnya.
Sal Batu Bata
Selanjutnya proses pembuatan batu bata dilanjutkan dengan pembakaran yang dilakukan didapur pembakaran yang dibangun khusus selama 3x24 jam, setelah proses ini selesai, batu bata telah siap dipasarkan kepada pemesan, baik secara pribadi maupun melalui agen batu bata sampai kepada perusahaan yang membutuhkan batu bata, jelas Syarifuddin.
Dapur pembakaran batu bata
Batu bata dijual dipasaran dengan harga Rp 470,-/biji dan pada setiap harinya rata - rata 30 mobil pick up mengangkut batu bata yang telah dipesan dan pengahasilan yang diraih oleh pengusaha batu bata adalah sebesar Rp 115.500.000,- pertahun untuk setiap pengusaha batu bata, maka dalam setiap tahun, di Gampong Ulee Pulo terjadi perputaran ekonomi dari sektor batu bata berkisar antara 100 /sd 500 jutaaan, sebut Syarifuddin.
Namun mantan Ketua Pemuda Ulee Pulo, M. Jamil Ali mengungkapkan, usaha batu bata di Ulee Pulo dilaksanakan hanya sebagai industri rumah tangga, maka icome dari hasil batu bata dinikamati oleh pemilik usaha saja, maka kedepan ada baiknya ditingkatkan menjadi usaha Gampong dengan pembuatan Industri batu bata satu atap atau dapat juga dibentuk sebuah koperasi penjualan batu bata, namun untuk ini dibutuhkan modal yang sangat besar.
M. Jamil Ali, mantan ketua Pemuda Ulee Pulo.
Semoga kedepan iklim usaha batu bata di Ulee Pulo tambah meningkat dengan campur tangan pemerintah daerah untuk membantu petani batu bata Ulee Pulo mengembangkan usahanya dengan berbagai terobosan, apalagi usaha batu bata di Ulee Pulo telah menguasai pasar di Aceh ini, harapnya.