Hmmm, seberapa pengertian dan perhatiankah pasangan anda? Bagaimana sebenarnya mengukur perhatian tidaknya pasangan kita?. Bukankah perhatian itu rasa? Bukan kah rasa itu tidak bisa diukur? Bukan kah rasa itu Cuma bisa di rasa? hehee..bingung.
Nah,suatu siang,yang panas terik, suasana di sebuah bank sangat rame, sang merah putih di depan bank pun berkibar sedikit malu-malu, gak tau juga kenapa sebabnya. Di sudut yang lain, dua orang ibu yang sedang ngantri dan duduk pas di samping saya, sambil menunggu antrian, saling bertukar kisahlah mereka berdua. Dari obrolan biasa sampai kepada topic seberapa pengertian dan perhatiannya suami mereka. Saya bukannya nguping pembicaraan orang ,tapi gak mungkin juga saya harus menutup kuping ini (ntar gak dengar dipanggil sama teller, hihi), Alhasil,”terdengarlah” oleh saya cerita dua ibu muda ini,, saya pun begitu menikmati cerita itu, ditambah lagi suhu ruangan yang sejuk menghanyutkan, semakin khusyuk saya menyimak pembicaraan ini. Untuk mengurangi kecurigaan, saya pura-pura sibuk dengan gadget yang ada di tangan saya.
Si ibu muda pertama, umurnya sekitar 30 an, cantik dan tampil sederhana dan sangat bersahaja (duduknya pas di samping saya). Si ibu yang kedua, kelihatan sedikit lebih”macho”dari ibu yang pertama, hehe.
” Duh kak, suamiku itu, sibuk kali dia, pulang kerja dah capek, langsung tidur, gak da waktu buat saya,apalagi buat anak-anak, terasa sendiri saya jalani hidup ini ” dengan penuh semangat si ibu kedua membuka diskusi. “Kalo saya lagi pusing, pinginnya kan dimanja, dipijetin. Eee ini malah saya disuruh minum obat. Kalo nggak ada obat, beli sendiri ke warung." gerutu si ibu. Daku Cuma bias menahan senyum ("yah betul atuh bu, Kalo pusing mah minum obat, masa minum racun, hehe”). Suamimu bagaimana kak?tanya ibu yang macho. Ibu yang pertama senyam senyum saja ,cerita panjang lebar, intinya suaminya sangat romantic. Suaminya suka nemenin belanja, selalu ngangkatin barang2 belanjaan. Kalo masak pagi2 untuk sarapan, suaminya pasti nemenin duduk di ruang makan walaupun sebenernya dia masih ngantuk, nggak tega katanya kalo istrinya sendirian di dapur. Kalo saya lagi males nyetrika, dia bilang 'udah besok aja', padahal baju itu mo dipake besok itu juga. Emang sih dia nggak bantuin nyetrika (sweet deh bu).
Nah…..bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan saya, bagaimana dengan anda? Sudah seberapa pengertian dan perhatian kah saudara terhadap pasangan anda.
Kebutuhan akan mencinta dan dicintai ,menyayangi dan disayangi, memperhatikan dan diperhatikan serta kebutuhan akan mengasihi dan dikasihi adalah dua ambivalensi jiwa yang harus seimbang, dan itu fitrah kita sebagai manusia. Ini adalah sebuah kebutuhan, tetapi tidak boleh menjadi ketergantungan.
Setiap kita harus mampu memerankan fungsi ini dengan baik,,sesibuk apapun anda dan apapun profesi anda. Saya tidak percaya anda bekerja 24 Jam dalam sehari, apapun profesi anda dan ntah apa gelar yang anda sandang, minimal anda perlu waktu istirahat. Nah permasalahannya ada di sini, seberapa ikhlaskah kita membagi sedikit waktu istirahat kita buat pasangan kita, bahkan luar biasa sekali ketika anda menghabiskan waktu istirahat anda tersebut berdua dengan si dia . Yang dibutuhkan di sini adalah anda perlu sedikit menurutkan ego anda , perlu sedikit merendah dan bermanja dengan pasangan.
Umar bin Khatab RA seorang khalifah yang sangat tegas dan ditakuti musuh-musuhnya, dia professional, di luar rumah dia adalah seorang negarawan, seorang khalifah yang sangat berwibawa di hadapan rakyatnya, tapi lihatlah apa yang dikatakannya tentang sang Istri “ Jadilah engkau bocah kecil di depan isterimu, tetapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu “ .Kepolosan dan kematangan, kekanakan dan keperkasaan adalah hal-hal yang tak perlu kita buang dalam diri kita disebabkan oleh ego kita yg terlalu tinggi, bermanja dan bersenda gurau dengan isteri, tidak akan menurunkan martabat anda sebagai seorang suami dan apapun jabatan yang kita sandang diluar sana.
Eits…tapi ingat, ini tidak bisa bertepuk sebelah tangan perlu sinergi antara kedua pasangan. Hmmmm ,tapi lagi rasa itu abstrak, tidak mudah untuk diukur ,makanya jangan sungkan-sungkan untuk berdiskusi tentang hal yang disenangi dan tidak disenangi , tetapi akan sangat romantic jika anda mampu membaca kesenangan pasangan anda, its awesom
Mulailah dengan mencintai apa yang dicintai pasangan anda, mulailah dengan menyukai apa yang disukai oleh pasangan anda, dan bersegeralah mulai menjauhi apa-apa yang pasangan anda tidak sukai, inilah sebetulnya yang disebut saling berbagi dan saling melengkapi.
Jangan sepelekan hal-hal yang kecil, karena kadang-kadang hal-hal kecil yang kita anggap sepelelah yang terkadang menumbuhkan cinta yang luar biasa. Mulailah dari hal-hal yang kecil, seperti sering habiskan waktu bersama, tampil cantik di depan pasangan kita dan tidak ada salahnya anda “kembali” menjadwalkan bulan madu bersama belahan jiwa anda (tak penting bulan madu yang ke berapa, yang penting eventnya, karena bulan madu berulang-ulang tidak melanggar undang-undang, hehe).
Mulailah dengan mengirimkan SMS sederhana di setiap ada peluang, walau Cuma sekedar bertanya “Abang atau adek lagi dmana?” ,”sudah makan?”,”jangan lupa shalat ya?”,”jangan pulang terlalu larut ya”,nah supaya jangan terasa kaku sekali ,saya sarankan sedikit ditambah bumbu semisal ini, “#cepat pulang ya sayang ,ada yang merindukan mu”atau “# yang lain-lain , sensored, hehe. Saya yakin betapa berbunga-bunganya hati pasangan anda dan dipastikan pasangan anda akan segera berada di depan pintu rumah. Nah…di sini kembali dibutuhkan sinergi, jangan anda sudah merasa cukup bahagia menerima perhatian dan pengertian si dia, tetapi anda tidak pernah melakukan hal yang sama pula kepada pasangan anda. Yakinlah, pasangan anda juga mengaharapkan perhatian yang sama, pingin juga ditanya dah makan apa belom, lagi dmana, dah shalat, dan kata-kata mesra lainnya, yakinlah itu.
Jadi,marilah bersinergi dengan pasangan yang telah Allah kirimkan buat kita, Rasulullah dan para sahabatnya saja sangat romantic terhadap isteri-isteri mereka, begitu juga sebaliknya, mengapa kita tidak bisa, pasti bisa.
Nah lo,bagaimana kalo satu pasangan, dua-duanya sama-sama dingin, sama-sama cuek, sama gak romantis, duh…..pasti waktu akan terasa sangat lama berjalan dan anda termasuk orang yang tidak beruntung, karena kita sama-sama mahfum, bahwa menikah itu enaknya cuma 5 %,selebihnya enak sekali ,(hasil riset orang, saya belum pengalaman, tapi saya yakin akan hasil riset ini, hehe) . Saran saya, salah satu diantara anda harus ada yang sedikit mengalah dan berani memulai, dan alangkah indahnya ketika anda berdua-dua sama2 memulai, jadi segera konsep kembali hubungan anda, sama-sama mengalah dan sedikit merendahkan diri ,untuk mewujudkan sebuah kehangatan dalam keluarga, kalo bukan sama pasangan kita, pelarian mana lagi yang akan kita tuju untuk melepas penatnya hidup dan lelahnya jiwa. Ingat,Bill Clinton selingkuh dengan Monica Lewinsky, alasannya sederhana, “Monica memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendenfarkan cerita-cerita saya dibandingkan Hillary”, sederhana, sepele.
Akhirnya, marilah kita habiskan semua energy kita diluar rumah dalam rangka membangun peradaban yang luar biasa, dan di rumah lah, bukan di tempat lain, kita kumpulkan kembali energy yang telah hilang tersebut. Tempat ini merupakan tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, tempat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita setelah lelah seharian berusaha tampil sempurna di luar sana, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar yang lugu nan polos. Sebuah wasiat hebat dari Khalifah Umar bin Khattab “Jadilah engkau bocah kecil di depan isterimu, tetapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu”. Siapakah yang pertama ditemui Rasulullah setelah menerima wahyu yang pertama dan merasa ketakutan yang luar biasa? Yang pertama kali ditemui adalah Khatijah sang isteri, bukan yang lain. Itulah keajaiban dari kesederhanaan, kesederhanaan yang sesungguhnya adalah keagungan,kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang, Itulah keajaiban perempuan.