.jpg)
Dengan apa ku jeritkan cipratan darah ini?
Jika untuk menahannya keluar dari tubuhku saja aku tak mampu
Dengan apa hendak ku sampaikan derita pilu?
Jika untuk membersamai ibu saja aku di belenggu
Langitku tak sebiru cerahmu
Hanya kepulan asap mengepung lengkung
Bajuku adalah rajutan peluru
Yang mendongak memagnet debu
Kak, bukankah kita satu tubuh?
Engkau bersyahadat akupun begitu
Tapi mengapa hanya aku yang di buru?
Mengapa hanya aku yang jadi sasaran jitu?
Bukankah kita saudara?
tapi ku lihat, sungguh teduh atap bilikmu
Sungguh nikmat makan minummu
Bahkan tubuhmu masih elok dan utuh.
Aku tak cemburu,
Sungguh tak cemburu.
Aku hanya ingin bersamamu di barisan ini.
Mengangkat tinggi bendera tauhid
Karena mungkin saja kita dapat tuntaskan serdadu.
Kak, tidakkah sejenak kau mengenangku?
Meski hanya sebatas mengenang.
Apa aku baik-baik saja mempertahankan agama ini?
Apa aku bisa tidur dibawah deru bising?
Sebatas tanya tak apa, mungkin aku kan lega.
Ternyata tidak kak,
Engkau terlalu bertahta pada negerimu
Terlalu empuk pijakanmu
Hingga untuk berdiri melirikku saja engkau tak mampu
Kak, andai menyerah adalah pilihan, maka aku mungkin menyerah dari awal
Tapi tidak !
Demi Rabb yang telah menenguhkan hati kami
kini syahid menjadi cita-citaku
mempertahankan bumi islam
Meski engkau bungkam di negrimu
Meski aku menjadi bangkai kaku
Tak apa, kak.
aku bahagia.
aku akan tersenyum menemui Rabbku
karena darah ini yang akan jadi saksi.
Lalu engkau ? Apa hujjahmu?
Adikmu Di Bawah Langit al-Aqsa