Aku tidak paham bising yang menderu
ku pikir itu hanya capung lucu di langit mendungku
berkelana dan terbang dengan indah
sayap-sayapnya mencerai awan
lalu merendah pada bumi
Ibu, apa itu?
aku berceloteh dengan bahasa yang hanya dipahami olehmu
berlagak seolah fasih padahal sangau
engkaupun menatap langit.
lalu disepersekian detik
ketakjuban menjelma merah darah
tanah kejatuhan dentuman hebat
dan tubuhmu melumat terhempas
Aku tersentak
tercampak pada puing-puing sisa
ku kira langit telah runtuh
ku kira awan telah jatuh
Ibu,
itu bukan capung !!
benda itu aneh
ganas dan penuh tindas
ditanamnya granat pada bumiku
disemainya nuklir dan peluru
buas
hina
tak termaaf
Pelipisku seakan mengeras
Ada rasa baru yang beda
lebih menyiksa dari rasa lapar yang ku kenal
lebih tertekan dari sekedar haus yang ku pendam
Aku menangis tanpa makna
meraung tanpa kata
liar menjalari jasadmu yang lemah "Aku takut, bu. peluk aku !!"
tangisku seolah adalah rantaian kata
yang terus berceloteh tanpa irama
tapi engkau hanya diam
kaku dan bisu
Ibu !!!!
dengarkan aku !
aku terus meraung memohon pengertian
namun tiada jawaban
semu
debu
beku
capung-capung itu beranjak riang dari kediamanku
menyanyikan musik bahagia kemenangan
Aku menjerit.
berteriak lewat tangis
memaki lewat kucuran air mata
kau apakan ibuku???
kembalikan !!
kembalikan !! Kala itu aku tahu
engkau adalah MUSUH yang nyata bagiku.