Tadi siang, saya menyempatkan diri berkunjung tukang pangkas rambut. Sudah lama memang saya tidak kesana. Rambut pun sudah mulai gondrong. Begitu juga dengan kumis, janggut dan jambang. Namun, hari ini saya tidak memilih pangkas di tempat langganan seperti biasa. Saya mencoba tempat pangkas yang baru. Baru buka sebulan sih katanya. Tempatnya tidak begitu jauh dari tempat pangkas langganan saya. Hanya terpaut 6 atau 7 pintu ruko. Diluar dugaan, ternyata tempat pangkas baru ini menyajikan pelayanan yang jauh berbeda dengan tempat pangkas lainnya di kota Langsa. Pangkas rambut plus keramas dan hair tonic.
sumber gambar : topbisnis.org
Prima Pangkas, begitu nama yang tertulis di plang yang terpasang di depan toko. Lokasinya cukup strategis terletak di jalan A Yani, jalan protokol kota Langsa. Kawasannya merupakan daerah sibuk di kota Langsa, apalagi diapit oleh warung kopi-warung kopi ternama di kota Langsa, seperti Corner Cafe, Taufik Kupi, Amigo, Kaoy Kupi dan beberapa warung kopi lainnya. Bagi masyarakat Aceh, warung kopi merupakan sentra aktivitas sehari-hari. Hampir semua kegiatan bermuara di warung kopi.
Saya berjalan menuju tempat pangkas ini dengan menggunakan sepeda motor. Kira-kira dari rumah saya di Alue Beurawe membutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai tempat pangkas ini. Di depan toko, saya disambut pintu kaca model geser. Sayang, tidak ada petunjuk tanda geser di pintu. Pintu geser belum begitu familiar untuk warga Langsa. Saya baru menemukan 3 tempat yang menggunakan pintu geser. Masjid gampong Matang Seulimeng, Wani Pangkas dan Prima Pangkas ini.
Di dalam, ornamen ruangan lebih banyak didominasi unsur kayu. Rak pangkas dan frame cermin semua terbuat dari kayu, sehingga terkesan klasik. Dinding kanan dipasang wall paper corak batu bata putih. Sebelah kiri masih dicat biasa. Warna biru.
Saya diarahkan untuk duduk di kursi pangkas nomor 2, saya dilayani oleh tukang pangkas yang difable. Salah satu kakinya mengalami kecacatan. Namun tidak mengurangi kegesitannya dalam bekerja.
Awalnya, saya sedikit ragu dengan pelayanan tempat pangkas ini. Apalagi tukang pangkasnya terlihat agak sedikit kikuk saat memasang kain penutup badan saya. Saat memulainya pun tukang pangkas terlihat sangat berhati-hati, sehingga terkesan ia belum mahir memangkas rambut. Namun perlahan keraguan saya mulai hilang, bahkan berganti ke perasaan sedikit was-was. Perasaan ini muncul karena setelah selesai pangkas rambut, saya diarahkan ke tempat keramas. Rambut saya dicuci dengan shampo, kemudian di keringkan. Setelah keramas, rambut saya dipakaikan hair tonic.
sumber gambar : men.idntimes.com
Jika saat masuk ke tempat pangkas ini, perkiraan harga yang harus saya bayar sekira Rp. 25.000,-. Maka saat ini saya berfikir, bisa-bisa saya harus merogoh kocek yang dalam. Paling tidak Rp. 50.000,- akan keluar nih batin saya.
Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan. Pangkas rambut plus keramas dan hair tonic cuma dibandrol Rp.30.000,-. Gimana menurut kamu? Mahalkah atau murahkah?