Krriiing……!!!! Suara telepon genggam ku bergetar di atas meja tepat pukul 14.07 WIB, Minggu (27/8). Membuat ku terperanjat, karena sedang asyik nonton Sniper: Ghost Shooter secara daring di akhir pekan.
“Hallo, fid ada kakak masukkan afid dalam grop kasus gampong ******* ,” sapa suara seorang perempuan di balik telepon ganggamku. Dia adalah Sri Wahyuni, menjelaskan duduk perkara dibuat grop WhatsApp.
Kak Ayu, sapaan akrap Sri Wahyuni, aktivis perempuan di dataran tinggi Gayo ini menceritakan kasus kejahatan seksual yang baru saja terjadi di Kabupaten Bener Meriah. Korban merupakan bocah berusia tingkat Taman Kanak-Kanak TK) hingga Sekolah Dasar.
Tak tangung-tanggung, sudah 7 orang korban kejahatan seksual yang dilakukan oleh pelaku yang berinisial ABM (24). Empat korban yang sudah melakukan visum, sisanya masih dalam proses.
Bener Meriah yang merupakan kabupaten baru pecahan dari Kabupaten Aceh Tengah memiliki suhu udara yang dingin, bahkan bisa mencapai 14 derajat celcius. Kabupaten ini juga menjadi sarang terjadi kejahatan seksual menimpa anak-anak maupun perempuan.
Selama ini, kasus pedofilia di daerah suhu yang dingin bak gunung es yang membeku. Setiap ada kasus tertutup rapat, tanpa ada penyelesaian yang tuntas sampai ke ranah hukum. Sehingga kasus yang sama terus saja bergulir hingga akhirnya terungkap 7 anak di bawah umur menjadi korban kejahatan seksual.
Kasus ini mendapat perhatian serius dari beberapa lembaga perempuan di Bener Meriah. Mereka sekarang sedang membongkar kasus ini dan telah membawa ke ranah hukum. Pelaku hendak diseret ke pengadilan agar menjadi pelajaran masa yang akan datang.
Secara kultur, masyarakat setempat masih percaya setiap ada kejahatan seksual seperti itu, baik pelecehan seksual menimpa anak-anak maupun terhadap perempuan. Mereka menutup rapat agar tidak diketahui oleh pihak lain.
Warga setempat masih percaya, itu adalah aib keluarga yang tidak harus dipublikasikan ke publik. Terlebih juga melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Karena beranggapan, dengan melaporkan ke polisi telah membongkar aib keluar sendiri.
Pola pikir seperti inilah, kemudian kekerasan seksual semakin subur dataran tinggi Gayo. Kasus kekerasan seksual terus saja terjadi, tanpa ada yang diseret ke pengadilan.
Kasus terakhir ini. Polisi baru menerima laporan satu korban. Laporan diterima Satkrimum Polres Bener Meriah, Jumat (25/8) lalu. Setelah mendapat laporan, petugas pun langsung mencari korban ke tempat kejadian perkara.
Akan tetapi keberuntungan masih berpihak kepada pelaku. Setiba polisi di lokasi, pelaku sudah melarikan diri. Kabar awal, pelaku lari ke Aceh Tengah. Petugas pun langsung mengejar pelaku sampai ke Takengon.
“Sampai kami ke Aceh Tengah, pelaku sudah tidak ada lagi,” kata Kapolres Bener Meriah, AKBP Fahmi Irwan Ramli.
Fahmi berjanji akan mencari pelaku pencabulan tersebut. Saat ini petugas masih sedang melakukan penyelidikan.
"Status DPO (Daftar Pencarian Orang) belum kita keluarkan, karena masih lidik," jelasnya.
Sementara itu kuasa hukum korban, Reilawati mengaku kasus kekerasan seksual di dataran tinggi Gayo ini kerap terjadi. Oleh karena itu, ia meminta kepada pihak kepolisian untuk segera turun tangan untuk menangkap pelaku, agar bisa menjadi pelajaran untuk pihak lainnya.
Sedangkan pemerintah, sebutnya, Bupati Bener Meriah dan anggota dewan harus segera bersikap. Karena kejahatan seksual dan kekerasan terhadap perempuan kerap terjadi di Bener Meriah.
Reilawati berharap pemerintah Kabupaten Bener Meriah harus menyatakan sikap perang terhadap kejahatan seksual. Bahkan bila perlu Bupati harus menetapkan Bener Meriah sedang darurat kejahatan seksual.