Pada kesempatan kali ini saya akan me-review buku acehnologi yang terdapat dalam bab 27, yaitu tentang Cara Berpikir Orang Aceh. Adapun dalam bahasa aceh berpikir (seumike), kita akan menelaah bagaimana proses berpikir orang aceh serta apa saja faktor yang mempengaruhinya. Cara berpikir orang aceh sangat dipengaruhi oleh faktor spiritual dalam pemahaman terhadap konsep alam disekitar. Namu cara berpikir akan berubah seiring dengan berkembangnya zaman dan dengan berubahnya budaya dan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Di mana di aceh sangat otentik dengan pemikiran tentang hadih maja yang merupakan nasihat para orang tertua aceh. Hadih maja memang diakui sebagai sebuah produk pemikiran orang aceh. Namun dalam bahasa aceh muncul kata seumike atau pike yang biasa sering digunakan dalam istilah cara seumike (cara berpikir). Dengan kata, cara seumike lebih berhubungan dengan bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan.
Kita akan melihat beberapa kata yang sering diucapkan orang aceh dalam berbicara, seperti kata bangai (bodoh), carong (pandai), hayeu (hebat), ceumarot (memaki), teumeunak (mengujat), teumeutak (memenggal), seumeupoh (Saling membunuh) dan reubos (rebus). Istilah-istilah tersebut kerap muncul dalam kehidupan sosial orang aceh.
Dari serangkaian istilah di atas digunakan dalam berbagai aktivitas ada dalam bentuk memuji, mengolok-olok, menyindir dan memberi nasehat. Itu semua merupakan buah dari pemikiran orang aceh sendiri, jadi jangan heran jika terkadang dikalangan remaja aceh saling mengolok-olok atau saling menyindir satu sama lain. Itu merupakan suatu hal yang lazim dilakukan, jika tidak dilakukan justru bisa dikatakan bukan orang aceh asli alias copy paste.