Hasil Mubahasah Lajnah Tastafi Aceh tentang Asy’ariyah dan Maturidiyah di UIN Ar-Raniry

in pemikiran •  6 years ago 

Mubahasah 1.jpg
Banda Aceh - Alhamdulillah telah diselenggarakan mubahasah perdana lajnah bahtsul masa`il Tastafi dengan tema “Penguatan pemahaman ahlussunnah wal-jamaah sebagai upaya membendung syubhat akidah dan mempersatukan umat".

Mubahasah ini berlangsung dari tanggal 15 sampai dengan tanggal 17 April 2018 di Auditorium Ali Hasjmy Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh dan dihadiri 117 anggota lajnah. Selain itu juga dihadiri para ulama Aceh seperti Abu Mudi, Waled Nu, Tusop Jeunieb, Ayah Cot Trueng, serta belasan ulama lainnya. Selain itu, pada saat penutupan (sore hari Selasa tanggal 17 April) dan pembacaan hasil mubahasah juga dihadiri ratusan mahasiswa, santri, sejumlah dosen dan juga Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA.

Mubahasah 6.jpg

Ketua tim perumus hasil Bahtsul Masail Tgk. Alizar Usman, SAg, M.Hum dalam sambutannya yang disampaikan Tgk H. Helmi Imran, MA mengatakan, tema ini di pilih mengingat akhir-akhir ini banyak bermunculan pemahaman-pemahaman yang memecah belah persatuan umat Islam dengan cara melancarkan tuduhan dan fitnah terhadap para ulama-ulama Ahlussunnah Waljama'ah dan berupaya mempersempit arti dari kata Ahlussunnha wal-jama'ah itu sendiri, sehingga golongan yang mayoritas dari umat ini dikeluarkan dari Ahlussunnah Waljama'ah.

Berdasarkan kenyataan di atas, kata Tgk Helmi, maka mubahasah tersebut secara fokus mengkaji: 1. Abu Hasan Asy’ari dan fase perkembangan pemikirannya. 2. Firqah-firqah 72 dan akidah mereka. 3. Mendalami bukti ilmiah bahwa Asy’ariyah dan Maturidiyah merupakan Ahlussunnah wal-jama'ah. 4. Memahami perbedaan istilah ta’abbud, tabarruk, tawassul, tafa`ul, dan ta’zhim.

Mubahasah ini, tambahnya lagi, mengacu kepada berbagai referensi yang secara spesifik membahas empat permasalahan di atas, baik literature klasik maupun kontemporer.

Kitab-kitab tersebut adalah: al-Ibanah, al-Luma’, Maqalat al-Islamiyyin, Syajarah al-Yaqin (Abu Hasan al-Asy’ari), Kitab al-Tauhid, Takwilat Ahli al-Sunnah, (Abu Manshur al-Maturidi), Al-Inshaf, Imamah Kabirah, Tamhid (Qadhi Abi Bakar al-Baqilani), Mujarrad Maqalat Syaikh Abi Hasan al-Asya’ri (Ibnu Faurak), Jami’al-Hali fi ushul al-din, al-rad ‘ala mulhidin (Abu Ishaq al-Isfiraini), Al-farqu baina al-Firaq, ushul al-din (Abu manshur al-baghdadi), At-Tabshiru fi al-din wa Tamyiz al-Firqah an-Najiyah an al-Firaq al-Halikin al-ausath fi milal wa al-nihal, (Abu muzaffar al-asfiraini).
Mubahasah 2.jpg
Kitab-kitab berikutnya yang dipakai yaitu Ummu al-Barahaini beserta hasyiyahnya Al-irsyad, al-syamil, al-burhan, aqidah al-nizhamiyah, mugitsu al-haqqi, Imam Haramain, Hujjatu al-islamiyah, al-iqtishad, iljam al-awam ‘an ilmi kalam, Imam Ghazali Arba’in fi ushul al-din, mu’alim ushhuli al-d, I’tiqadat Firaq al-Muslimin wal Musyrikin (Fakhru al-razi). Isyarat al-Maram min Ibarat al-Imam (al-Qadhi Kamaluddin al-Bayadhi al-hanafi) Aqaid Nasafiyah, Syarah dan Hasyiahnya Aqidah A’dhudiyah, Syarah dan Hasyiahnya, Kharidah Bahiyyah (Ahmad al-Dardir), Bara`atul asy’ariyin ‘an ‘aqidah al-mukhalifin (abi hamid al-marzuq) Imamu ahlul haq abu hasan al-asy’ari (abdul qadir Muhammad husen) Thabaqatussyafi’yah (ibnu katsir).

Selanjutnya yaitu Siyaru a’lami al-nubala’ (al-Zahabi), Lisanul mizan (ibnu hajar al-‘asqalani) Man hum ahlussunnah wal-jamah (ali hamid ali al-khalifah), Al-intishar li ahlissunnah wa kasyfu mazhabi ad’iyati al-salaf (thaha habisyi habisyi), Al-milal wa al-nihal (al-syahrastani), Tabyin kizbi al-mufatri (ibnu ‘asakir), Risalah fi al-zabbi ‘an abi hasan asy’ari (abdul malik bin isa bin darbas).

Selanjutnya yaitu kitab-kitab tafsir, kitab hadis, sejarah, dan lain-lain.

Setelah melakukan kajian, maka forum mubahasah menyimpulkan beberapa poin penting. Di antaranya adalah:

Periode Perkembangan Pemikiran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari

  1. Periode perkembangan pemikiran Imam Abu Hasan al-Asy’ari menurut kebanyakan ulama adalah dua periode, yaitu periode i’tizal dan periode sunnah.

  2. Adapun pendapat yang menyatakan bahwa periode perkembangan pemikiran Imam adalah 3 periode -yakni periode i’tizal, periode takwil dan tafwidh seperti Ibnu Katsir dan Az-Zahabi maka sebenarnya tidak kontradiksi dengan pendapat versi pertama (2 periode), karena pada hakikatnya periode kedua dan ketiga pada pendapat ini (3 periode) adalah periode kedua yang dimaksud oleh ulama yang membaginya 2 periode yakni periode sunnah.

  3. Metode tafwidh yang dimaksud dalam akidah Asya’irah dan Maturidiyah ialah menyerahkan maknanya kepada Allah (Takwil Ijmali), bukan menyerahkan kaif-nya.

  4. Sedangkan takwil ialah menentukan makna yang dimaksud yang layak bagi Allah Swt seraya beriktikad Allah Swt tidak sama dengan makhluk.

  5. Takwil merupakan cara pemahaman yang sah terhadap sifat khabariah karena sudah dilakukan sejak masa sahabat Nabi dan ulama salaf lainnya.

  6. Pada hakikatnya golongan Asya’irah tidak menyimpang dari Abu Hasan al-Asy’ari dalam bidang pemahaman akidah karena Asy’ariyah konsisten mengikuti Abu Hasan al-Asy’ari dalam manhaj akidah yakni manhaj tanzih dan lain-lain.

Bukti ilmiah bahwa Asy’ariyah dan Maturidiyah merupkan Ahlussunnah wal Jamaah

  1. Konsisten mengikuti metode salafussalih dalam berpegang pada Alquran, Sunnah dan atsar yang diriwayatkan dari Rasul saw. dan para sahabatnya.

  2. Memiliki manhaj tawasuth (moderat) dalam pemahaman akidah; tidak ekstrem/ radikal dan tidak mudah mengkafirkan sesama Muslim.

  3. Merupakan kelompok mayoritas dalam Islam (al-sawadul a’zham) yang representasinya di masa sekarang berada dalam lingkup mazhab fikih yang empat (Hanafi, Maliki, al-Syafi’i dan Hanbali).

  4. Mengupayakan penyucian Allah Swt dari berbagai bentuk penyerupaan-Nya dengan makhluk.
    Mubahasah 4.jpg

Setelah pembacaan hasil mubahasah, pada malamnya (malam Rabu 17 April 2018) juga diselenggarakan pelantikan pengurus Pusat Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi. Pelantikan ini dihadiri oleh puluhan ribu jama’ah Tastafi dan santri yang berasal dari berbagai kabupaten dan kota di Aceh. Selain itu juga dihadiri oleh Wali Nanggroe Aceh YML Malek Mahmud, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman, para ulama Aceh seperti Waled Nu, Abu Mudi yang sekaligus melantik pengurus Tastafi, Abu Kuta Krueng, Abu Daud Hasbi, Tu Sop Jeunieb dan sebagainya.

Teuku Zulkhairi
Ketua Bidang Humas dan Publikasi Panitia Kegiatan Bahtsul Masail dan Pelantikan Pengurus Pusat Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!