Sejarah Dan Penemu Korek Api Gas

in penemuan •  7 years ago 

image

Sebagian dari kita merupakan pengguna korek api gas, atau mungkin kolektor. Sebuah produk teknologi yang terlihat sederhana, namun memiliki peranan yang cukup penting untuk memenuhi kebutuhan harian, untuk menyalakan kompor, rokok, lampu, dsb. Tapi pernahkah anda berpikir siapakah penemu korek api gas? Lalu bagaimana proses penemuan itu?

Upaya membuat api oleh manusia telah berlangsung sejak lama, sejak manusia pertama. Tentu pada saat itu untuk membuat api bukan perkara yang mudah. Pada abad-abad berikutnya, yang diperkirakan pada tahun 577, kayu pinus berukuran kecil berlapis belerang, telah digunakan oleh rakyat Tiongkok untuk menghasilkan sebuah nyala api. Dan berkat adanya teknologi sederhana itu, manusia bisa dengan mudah menyalakan lampu minyak, memasak, dll.

Kemudian pada abad-abad berikutnya tepatnya pada tahun 1816, seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman, Johann Wolfgang Dobereiner memperkenalkan penemuannya yaitu sebuah pematik yang diberi nama “Doberiner′s Lamp”. Pematik ini tidak menggunakan butana ataupun minyak, namun masih menggunakan Hidrogen sebagai bahan bakarnya. Selain Hidrogen, Johann Wolfgang Dobereiner juga menggunakan Platinum sebagai katalis. Dan akibat dari penggunaan Platinum ini, pematik kala itu berharga mahal, hanya masyarakat kalangan atas yang mampu memilikinya.

Tidak seperti korek api gas yang kita gunakan saat ini, karena pematik yang dirancang oleh Johann Wolfgang Dobereiner tersebut berukuran sangat besar, lebih mirip lampu Petromax. Meskipun memiliki ukuran yang besar, Doberiner′s Lamp sangat populer dikalangan atas, bahkan tidak jarang digunakan sebagai hadiah.

Pada abad-abad berikutnya tepatnya pada tahun 1903, seorang ilmuwan berkewarganegaraan Austria, Carl Auer von Welsbach mengganti Platinum dengan batu api khusus yang merupakan paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Dengan adanya temuan ini, untuk menghasilkan bunga api cukup menggores atau memukul.

Berbekal penemuan Carl Auer von Welsbach, pada tahun 1910 seorang pengrajin logam yang bernama Louis Vincent Aronson menciptakan sebuah pemantik yang diberi nama Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian dia mendirikan sebuah perusahaan yang memproduksi pematik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari Hidrogen ke Nafta. Dan karena menggunakan batu api, maka pematik ini pun berharga relatif murah, hampir setiap orang bisa memilikinya. Pematik modern ini diberi nama Wonderlitte.

Inovasi terus dilakukan pada tahun-tahun berikutnya, untuk menghasilkan produk korek api gas yang lebih modern, lebih aman digunakan dan pas dikantong. Hingga kemudian pada 1940, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Alasannya adalah bahwa bau Butana tidak setajam nafta, apalagi butana yang terkompresi dapat diatur intensitas kekuatan apinya, seperti yang kita gunakan sekarang ini.
Sebagian dari kita merupakan pengguna korek api gas, atau mungkin kolektor. Sebuah produk teknologi yang terlihat sederhana, namun memiliki peranan yang cukup penting untuk memenuhi kebutuhan harian, untuk menyalakan kompor, rokok, lampu, dsb. Tapi pernahkah anda berpikir siapakah penemu korek api gas? Lalu bagaimana proses penemuan itu?

Upaya membuat api oleh manusia telah berlangsung sejak lama, sejak manusia pertama. Tentu pada saat itu untuk membuat api bukan perkara yang mudah. Pada abad-abad berikutnya, yang diperkirakan pada tahun 577, kayu pinus berukuran kecil berlapis belerang, telah digunakan oleh rakyat Tiongkok untuk menghasilkan sebuah nyala api. Dan berkat adanya teknologi sederhana itu, manusia bisa dengan mudah menyalakan lampu minyak, memasak, dll.

Kemudian pada abad-abad berikutnya tepatnya pada tahun 1816, seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman, Johann Wolfgang Dobereiner memperkenalkan penemuannya yaitu sebuah pematik yang diberi nama “Doberiner′s Lamp”. Pematik ini tidak menggunakan butana ataupun minyak, namun masih menggunakan Hidrogen sebagai bahan bakarnya. Selain Hidrogen, Johann Wolfgang Dobereiner juga menggunakan Platinum sebagai katalis. Dan akibat dari penggunaan Platinum ini, pematik kala itu berharga mahal, hanya masyarakat kalangan atas yang mampu memilikinya.

Tidak seperti korek api gas yang kita gunakan saat ini, karena pematik yang dirancang oleh Johann Wolfgang Dobereiner tersebut berukuran sangat besar, lebih mirip lampu Petromax. Meskipun memiliki ukuran yang besar, Doberiner′s Lamp sangat populer dikalangan atas, bahkan tidak jarang digunakan sebagai hadiah.

Pada abad-abad berikutnya tepatnya pada tahun 1903, seorang ilmuwan berkewarganegaraan Austria, Carl Auer von Welsbach mengganti Platinum dengan batu api khusus yang merupakan paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Dengan adanya temuan ini, untuk menghasilkan bunga api cukup menggores atau memukul.

Berbekal penemuan Carl Auer von Welsbach, pada tahun 1910 seorang pengrajin logam yang bernama Louis Vincent Aronson menciptakan sebuah pemantik yang diberi nama Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian dia mendirikan sebuah perusahaan yang memproduksi pematik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari Hidrogen ke Nafta. Dan karena menggunakan batu api, maka pematik ini pun berharga relatif murah, hampir setiap orang bisa memilikinya. Pematik modern ini diberi nama Wonderlitte.

Inovasi terus dilakukan pada tahun-tahun berikutnya, untuk menghasilkan produk korek api gas yang lebih modern, lebih aman digunakan dan pas dikantong. Hingga kemudian pada 1940, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Alasannya adalah bahwa bau Butana tidak setajam nafta, apalagi butana yang terkompresi dapat diatur intensitas kekuatan apinya, seperti yang kita gunakan sekarang ini.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!