Usahaku di renggut pengusaha

in penindasan •  7 years ago  (edited)

image
Pada tahun 2012 aku merintis usaha pemeliharaan Ayam potong dengan modal dari hasil keringatku sendiri, mulai dari pembuatan kandang yang menghabiskan biaya Rp. 45.000.000,- belanja perlengkapan pakan dan lainnya sebesar Rp.5.000.000,- . Setelah kandang selesai saya buat mulailah pada tahap pemeliharaan. Tahap pertama sebagai pemula saya memelihara 5.000 anak ayam dengan harga anak ayam pada tahun 2012 Rp. 5.600,- jadi jumlah modal pertama hanya untuk anak ayam Rp. 28.000.000,- itu belum termasuk pakan dan kebutuhan lainnya termasukobat-obatan, dengan target 1 hari 2 karung pakan selama umur satu hari sampai dengan tujuh hari, pada hari ke delapan dan seterusnya pakan perhari akan terusbertambah, ditambah lagi biaya orang yang mengurus ayam tersebut, hari perhari saya lalui dengan mengeluarkan modal tampa ada pemasukan, dengan harapan agar ayam tersebut bisa menjadi besar dan bisa dipanen, dari 5.000 anak ayam tadi tiap hari ada yang mati, walau semua itu memang sudah termasuk dalam perkiraan sebelumnya. Singkat cerita setelah 15 hari ayam tersebut bisa dipanen, sebenarnya ayam itu bisa kita panen pada umur 30 hari atau tiga puluh hari lebih, tetpi karena target ayam tersebut untuk ayam penyet sehingga waktu panennya bisa 15 hari. Harga ayam potong pada waktu panen perdana saya lumayan mahal yaitu Rp. 21.000,- perkilogram. Karena harga yang begitu melonjak saya mendapat keuntungan yang lumayan besar setelah pemotongan pengeluaran, bahkan bisa saya berikan bonus untuk tukang rawat ayam. Disebabkan oleh penghasilan yang luar biasa, saya beranggapan pada saat itu mungkin inilah pintu rezeki yang di tunjuk oleh Allah kepada saya. Kebetulan saya luar biasa mencintai hidup bersosial antara sesama, dengan rezeki yang Allah titipka pada saya, saya bagikan sesuai dengan keikhlasan saya kepada Fakir, Miskin, Yatim dan Yatim Piatu. Mungkin anda bertanya kenapa seikhlasnya bukan semampunya? Karena kalau semampunya menurut saya kurang berkat bahkan mungkin tidak begitu bermanfaat bagi kita, bisa jadi ada unsur riya dan sebagainya, tetapi bila dengan keikhlasan bisanya kita tidak akan pernah mengingatnya lagi. Kembali lagi kepokok persoalan, karena kali pertama ayam potong yang saya pelihara mencapai target, sehingga saya mencoba kali kedua, ketiga dan keempat. Pada kali yang keempatlah saya merasakan usaha saya direbut oleh pengusaha dengan cara yang sangat licik, sebenarnya firasat saya sudah ada semenjak saya belanja anak ayam, biasanya pada kali pertama, kedua dan ketiga harga anak ayam dan pakan ayam serta perlengkapan lainnya tidak ada lonjakan harga yang drastis, tetapi pada saat saya belanja kali keempat harga anak ayam melonjak drastis dari Rp. 5.600,- menjadi Rp. 11.200,- perunit, begitu juga dengan harga pakan dan perlengkapan lain, pada waktu panen harga ayam perkilogram Rp. 10.000,- s/d Rp. 11.000,-. Harga bibit anak ayam dengan harga ayam pada saat panen tidak menguntungkan bagi saya begitu juga kawan-kawan yang lain. Penyebab utama runtuhnya harga pasar adalah akibat banjir ayam baik ayam lokal maupun ayam yang masuk dari medan, yang jadi persoalan adalah ayam yang masuk dari medan. Ayam yang digagas pemeliharaannya oleh para Pengusaha untuk mengalahkan harga peternak ayam lokal dengan tujuan supaya kita mau bekerja pada mereka. Mereka menjual harga dibawah pasaran yang bahkan tidak masuk akal dan tidak bisa disaingi oleh peternak ayam lokal. Satu persatu peternak ayam lokal bangkrut, bahkan ada yang terhutang dimana-mana, beruntung bagi saya tidak sampai terhutang dan hilang modal, karena pada saat bibit ayam mahal saya hanya memelihara sekitar 2.000 ayam. Namun kesengsaraan yang dirasakan oleh kawan-kawan juga bahagian dari duka saya. Para pengusaha terus menguasai pasar danpermainan harga pasar hingga delapan bulan lamanya. Setelah pengusaha lokal kolap semua karena tidak bisa mengimbangi pengeluaran yang besar dan pemasukan yang tidak sesuai bahkan rugi, mereka para penguasaha mulai mengambil keuntungan dengan menaikkan harga ayam potong perkilogram sampai dengan Rp. 40.000,-. Pada saat itu saya baru mengerti bahwa harga ayam yang mengakibatkan kawan-kawan dan saya kolap adalah para Pengusaha yang mencari rezeki dengan memijak kepala kita Masyarakat biasa. Mulai saat itu saya tidak lagi bisa mempercayai pengusaha, mereka picik, licik dan sangat menjajah.
Itu sedikit sejarah kehidupan saya yang hampir mencapai sukses sebelum direnggut oleh pengusaha. Bila ada yang kurang berkenan mohon dimaafkan, maklum saya baru tahap belajar dalam menulis.
Salam Ta'zim

@safwaninisam

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Terimakasih telah upvote postingan saya, mudah2an kawan2 bisa lebih membantu saya untuk kedepan.
@safwaninisam