Keraguan — Syarat Sebuah Keyakinan

in philosophy •  7 years ago  (edited)

 René Descartes — Getty Images

Pikiran, pernahkah anda meragukannya? “Aku berpikir maka aku ada”, adalah sebuah proposisi filosofis yang diungkapkan oleh Descartes, melalui karyanya Discourse on the Method (1637) & Meditations on First Philosophy (1641) dalam bahasa Perancis, “je pense, donc je suis

Sejarawan Tunisia, Utsman Kaak, pada tahun 1970-an, konon katanya menemukan naskah terjemahan karya Al-Ghazâlî di perpustakaan pribadi Descartes di Perancis. Ada bagian yang digaris merah oleh Descartes dan diberi catatan: “Pindahkan ini ke dalam metode kita”. Bagian itu adalah “keraguan adalah peringkat pertama keyakinan”. Banyak yang mengenal Descartes, bukunya dipelajari di banyak forum diskusi & kuliah, tapi sedikit yang membahas karya Al-Ghazâlî, misalnya Maqâshid Al-Falâsifah (abad ke-12) atau dalam terjemahan berbahasa Inggris berjudul The Aims of the Philosophers.

Celakanya saat ini umat muslim defisit keraguan dan surplus dogma, artinya keyakinan mereka kosong. Padahal kita perlu sebuah keraguan, saat ini segala bentuk pertanyaan dialamatkan pada ide liberalisasi, tidak beriman, atau bahkan kafir, berbahaya. Padahal budaya berpikir kritis milik pemikir-pemikir barat bisa jadi berasal dari cendekiawan muslim.

Semangat untuk ragu ini penting, bagaimana kita bisa yakin kalau kita tidak pernah ragu? Jika kamu mau tahu isi hati seorang pria maka ragukanlah, lihat keseriusannya, apa bisa kamu yakin hanya dengan sebuah perkataan lelaki? Jika kamu ke pasar hendak membeli sesuatu maka ragukanlah harga dari sayuran yang akan kamu beli, dengan begitu kamu akan bertanya, membandingkan harga dan sebagainya sampai mendekati harga yang sesuai, begitu pula dalam banyak hal. Ragukanlah.

Saat ini umat muslim sangat mudah percaya, tidak memiliki daya kritis, mereka hanya menjadi budak intelektual, pintar tapi absurd. Jika diibaratkan mungkin seperti pelari yang sangat cepat, tapi tidak tahu dimana garis finis, suatu saat mereka akan kelelahan dan berhenti, bisa jadi. Umat muslim hari ini mungkin soleh, mungkin baik, tapi hanya hegemoni religi semata, mereka tidak tercerahkan secara intelektual. Hal ini akan berlangsung selama budaya berpikir kritis milik umat muslim, kita relakan menjadi milik umat lain, ketika Al-Ghazâlî tidak dikenal karena pemikirannya, tapi karena ketampanan & keahlian bermain DJ.

--------

Lazzue faggers | 2015

also find me on Medium: @eskapisme

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

@lazzue, let me be the first to welcome you to Steemit! Congratulations on making your first post!

I gave you a $.02 vote!

Would you be so kind as to follow me back in return?

thanks bot :)

Hey @lazzue, want free resteems? All ya gotta do is follow me...

thanks bot :)

Terimakasih. Kita butuh lebih banyak tulisan seperti ini.

terima kasih :) semoga semakin banyak yang menulis topik serupa :)

Saya pernah membaca bahwa Pope Francis juga pwrnah mengucapkan bahwa keraguan adalah bukanlah musuh iman. Entah dia mengutip atau ngga.

saya sependapat dengan premis tersebut, keyakinan atau iman, menurut saya adalah bangunan yang dibangun dari bahan-bahan keraguan. menarik sekali jika ada sumber untuk menelaah pernyataan Pope Francis, tp sejauh ini saya baru menemukan kalau Al-Ghazali yang pertama membuat preposisi secara ilmiah, yang kemudian menjadi dasar yang kuat Descartes untuk mengeluarkan preposisi terkenalnya tersebut. sudah banyak sumber ilmiah mengenai ini.

Ya. Saya juga setuju.