Suara gemerincik bulir-bulir hujan berjatuhan terdengar jelas berpadu dengan sayup-sayup bising kendaraan yang melintas. Siang itu cuaca langit Gampong Mon Malem Kecamatan Blang Bintang mendung. Namun perlahan air turun dengan derasnya membasahi setiap sudut tak terkecuali toko permanen berukuran 4x6 meter yang didalamnya tersusun rapi 6 mesin jahit juga beberapa lemari yang didalamnya tersusun rapi beberapa baris peci khas aceh yang didominasi oleh warna hitam namun ada beberapa yang bermotif dari segala warna.
Dengan ditemani sambal belacan, Bang Jal menyantap makan siangnya tanpa mempedulikan hujan diluar. Di sela waktu istirahat nya, Bang Jal juga menyempatkan menyeruput kopi hitam tanpa gula yang dipesannya dari kedai kopi di samping tokonya.
Tiddak butuh waktu lama bagi Bang Jal untuk menyantap habis seporsi nasi putih dengan sambal belacan nya, Bang Jal merogoh sakunya dan mengambil sebungkus rokok yang didepannya bertulis angka 234. Tak lama kemudian asap rokok mengisi ruangan tersebut ditemani radio hitam yang memutar lagu-lagu tembang kenangan Nike Ardilla dengan syahdunya. Ah betapa syahdunya siang ini, batinku berkata. Aku beranjak dari tempat dudukku dan mengambil DSLR untuk selanjutnya mengabadikan setiap gerak kaki dan tangan lihai Bang Jal dalam menjahi pola dan motif peci aceh tersebut. Tak dapat dipungkiri, meskipun perawakannya yang hitam dan kekar, namun skill nya dalam menggambar pola dan memainkan jarinya di mesin jahit tidaklah kalah dengan kaum hawa.
Sesaat kemudian Bang Jal beralih ke mesin jahit berwarna putih yang disana telah terdapat sebuah Peci khas Aceh yang pengerjaannya sudah 70 persen. Peci tersebut kemudian di jahit sehingga tak lama kemudian peci tersebut rampung dan menjadi sebuah peci khas Aceh yang telah melewati beberapa tahapan pengerjaannya. Peci-peci ini nantinya akan didistribusikan ke segala penjuru aceh baik itu di toko-toko souvenir maupun di pedagang kaki lima.
"Sehari kalau saya sendiri yang bekerja seperti hari ini bisa siap 50 atau 60 buah peci aceh. Itu yg hitam polos. Kalau yang bermotif seperti motif bunga dan motif pinto aceh, seharinya saya jahit sampai 35 buah" tutur Bang Jal sembari memindahkan peci yang telah dijahitnya.
Hujan yang turun kemudian sedikit demi sedikit mereda. Matahari pun naik dan awan hitam perlahan menghilang. Bang Jal yang sedari tadi serius dengan peci lain yang dijahit nya melanjutkan, "Peci khas aceh yang kami jual berkisar antara 20 ribu hingga 50 ribu tergantung bahan dan motif yang ada di peci itu sendiri. Peci yang kami produksi juga telah tersebar di beberapa daerah yang ada di Aceh". Tutupnya.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!