Pada 2005, Grasindo dan Radio Nederland Seksi Indonesia menggelar Lomba Novel Nasional. Hadiahnya lumayan. Pesertanya juga sangat banyak. Bahkan Koran Tempo menyebutkan Inilah lomba novel remaja dengan jumlah naskah terbanyak.
Saya juga ikut. Targetnya hanya diterbitkan. Waktu itu belum ada satu pun novel saya terbit. Tidak disangka, novel saya berjudul Alon Buluek (Gwlombang Laut yang Dahsyat) mendapatkan juara ketika.
Salah satu dewan juri, Budayawan Veven SP Wardhana (kini almarhum) mengumumkan pemenang. Saya tidak menyangka.
Saat pengumuman, juga digelar pembacaan puisi. Salah satu dibaca penyair Iman Maarif. Dia tampil memukau, pengunjung sangat menikmati. Saya juga.
Setelah 2005, saya tidak menduga bisa berjumpa dan menikmati lagi puisi Mas Imam dalam even Pertemuan Penyair Nusantara XI di Kudus, Jawa Tengah, 28 - 30 Juni 2019. Mas Imam dan saya menjadi peserta. Bedanya, saya tidak membaca puisi.
Di Menara Kudus, Mas Imam membaca puisi dengan provokatif. Dia bisa mengaduk emosi penonton dan menyala puisi dengan percakapan dengan penonton. Sangat kreatif, meski itu biasa dilakukan Penyair lain.
Berarti, setelah 14 tahun saya ditaksirkan menyaksikan kembali Mas Imam membaca puisi. Begitu lama, tapi itu penantian yang setara.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit