Di sebuah cafe, di suatu malam
kita pernah bersama menunggu pelangi
karena denganmu, aku mempercayai sebuah kemustahilan.
Beberapa lagu Coldplay didendangkan, suaramu terdengar tak lebih kencang dari suara penyanyi itu.
Sehabis bercengkrama lalu kita tersenyum, menirukan bulan separuh di langit.
Ah, sungguh aku merindukan malam paling menyenangkan dalam hidupku itu.
Kita akan bertemu di kehidupan sesudah ini katamu selalu berulang sebelum esoknya kau pergi.
Sayang,
Dimanakah kau berada,
Aku bosan menyusuri kota ini sendirian.
Aku rindu senyummu sehabis kau keliru menyebut berapa jumlah lampu kota.
Sayang,
Benarkah bintang yang berkedip padaku, itu kau?.