Ternyata kau tak cukup rupawan saat kulihat dari sini
Wajahmu bagai benang kusut,
kuyu seperti tak ada aliran darah
aku tak tahu apa yang sedang kau bayangkan
wahai sangsaka
kau terus berkibar seirama angin
begitu tak berjiwa
tatkala angin tiada
kau masam, rautmu fana
Aku melihatmu dari semak belukar ini
sedang membungkus diri dengan dua warnamu
bertumpang tindih antara warna merahmu
dan warna putihmu,kusut
sementara di bawahmu
banyak orang menghormatimu
berdiri tegak sambil mengangkat satu tangan di atas pelipisnya
aku belum yakin
apakah ini penghormatan untukmu
atau untuk pemimpin upacara di podium sana
yang jelas lebih penting dari dirimu saat ini
Dari balik semak ini aku juga saksikan
jutaan kebohongan berbalut patriotik
mereka perankan, bukan untuk menghormatimu
apalagi meneladani sejarahmu
tumpah darah para syuhada mempertahankanmu
ingkar dan penghianatan yang kau dapat
aku semakin takut
untuk menampakkan diri
ciut nyaliku melihat para pencoleng-pencoleng itu
sebab mereka berkuasa dan banyak
centeng-centeng mereka bukan lagi preman seperti zaman
horor orde baru
tapi para pengacara, tim dokter,
para jaksa dan para hakim
bahkan para penyidik
oh
Dari balik semak belukar ini
aku tak bisa pastikan kau tersenyum atau semakin pilu
Banda Aceh, Januari 2018
Like back
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations, you were selected for a random upvote! Follow @resteemy and upvote this post to increase your chance of being upvoted again!
Read more about @resteemy here.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit