Sang penyair Hamzah Fansuri

in poetry •  7 years ago  (edited)

image
Sumber

Hi stemian..
Hamzah Fansuri siapa yang tidak mengenal beliau. Kepiawaiannya dalam membuat puisi dan syair sudah tidak diragukan lagi. Dan beliau adalah seorang penyair handal pada eranya. Beliau adalah seorang sastrawan pada abad XVII. Kepiawaiannya dalam membuat syair membuat beliau dijuluki Jalaluddin Rumi nya Asia tenggara.
Ini adalah sebagian syair dari Hamzah Fansuri.

SYAIR PERAHU

Inilah gerangan suatu madah,
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
disanalah i'tikat (imam) diperbetuli sudah

Wahai muda, kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh disitu.
supaya laju perahumu itu.

Sudahlah hasil kayu dan ayar (air)
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir (besar).

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah disana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
disanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak,
keatas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam (kacau) ombaknya karang,
ikanpun banyak datang menyarang,
hendak membawa ketengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
dimanakan lalu sampan dan rakit,
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id (jauh).

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh (kacau dan riuh).
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu (samudera) rencam (kacau dan memusingkan) ombaknya cabuh,
LIIA (Laila haillallah ) akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung disitu,
teduhlah selebu yang rencam itu,
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

LIIA jua yang engkau ikut,
di laut keras topan dan ribut,
hiu dan paus dibelakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
disanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak disana menyelam,
larang mendapat permata nilam ' .

Laut Silan wahid al kahhar (yang berkuasa).
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan (mem)belok sengkar (balok).
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang mahaindah,
kesanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah,
selamatlah engkau sempurna musyahadah (menghadapi tuhan)

Silan itu ombaknya kisah (cerita)
banyaklah akan kesana berpindah,
topan dan ribut terlalu 'azamah (hebat)
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit (sangat luas)pada sekalian alam,
banyaklah disana rusak dan karam
perbaiki na'am (ya) siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam,

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh,
tambahan selalu tetap yang cabuh,
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budiman (nya),
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan........
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.

"Taharat (suci) dan istinja" (bersuci) (nama lantainya,
"kufur (tidak percaya) dan masiat" (durhaka) air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya,
tauhid itu akan sauhnya.

LIIA akan talinya,
kamal (kesempurnaan) Allah akan tiangnya,
as salam alaikum akan tali lenggangnya,
taat dan ibadat anak dayungnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

"Wallahu a'alam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an na'im" nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
didalam dunia janganlah tarri'ah (lomba),
didalam kubur berkhalwat sudah.

Kenal dirimu didalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur,
dibalik papan badan terhancur.

Didalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
didalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir kesana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenal dirimu, hai anak Adam!
tatkala di dunia terangnya alam,
sekarang di kubur tempatmu kelam,
tiada berbeda siang dan malam.

Kenal dirimu, hai anak dagang!
dibalik papan tidur terlentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

LIIA itu firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

LIIA itu terlalu nyata,
tauhid ma'rifat ' semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan kesana sekalian kita.

LIIA itu jangan kaupermudah-mudah.
sekalian makhluk kesana berpindah,
da'im (kekal) dan ka'im (teguh) jangan berubah,
khalak (yang dijadikan) disana dengan LIIA.

LIIA itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kausunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan

LIIA itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

LIIA itu kesudahan kata,
tauhid ma'rif at semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

LIIA itu tempat mengintai
medan yang kadim ' tempat berdamai,
wujud Allah terlau bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

LIIA itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah
[Sumber](Abdul Hadi WM dan L.K Ara"penyair sufi Aceh" penerbit: lotkala)

Syair Burung Unggas

Unggas itu yang amat burhana,
Daimnya nantiasa di dalam astana,
Tempatnya bermain di Bukit Tursinà,
Majnun dan Laila adalah di sana.

Unggas itu bukannya nuri,
Berbunyi ia syadda kala hari,
Bermain tamasya pada segala negeri,
Demikianlah murad insan sirri.

Unggas itu bukannya balam,
Nantiasa berbunyi siang dan malam,
Tempatnya bermain pada segala alam,
Di sanalah tamasya melihat ragam.

Unggas itu terlalu indah,
Olehnya banyak ragam dan ulah,
Tempatnya bermain di dalam Ka'bah,
Pada Bukit Arafah kesudahan musyahadah.

Unggas itu terlalu pingai,
Warnanya terlalu bisai,
Rumahnya tiada berbidai,
Duduknya daim di balik tirai.

Putihnya terlalu suci,
Daulahnya itu bernama ruhi,
Milatnya terlalu sufi,
Mushafnya bersurat Kufi.

Arasy Allah akan pangkalnya,
Jambullah akan tolannya,
Baitullah akan sangkarnya,
Menghadap Tuhan dengan sopannya.

Sufinya bukannya kain,
Fi Mekkah daim bermain,
Ilmunya lahir dan batin,
Menyembah Allah terlalu rajin.

Zikrullah kiri kanannya,
Fikrullah rupa bunyinya,
Syurbah tauhid akan minumnya,
Daim bertemu dengan Tuhannya.
[Sumber](Abdul Hadi WM dan L.K Ara"penyair sufi Aceh" penerbit: lotkala)

Sebagaimana lazimnya "Penyair Sufi", maka sajak-sajak Hamzah Fansuri penuh dengan rindu-dendam; rindu kepada Mahbubnya, Kekasihnya, Khaliqnya, Allah Yang Maha Esa.
Sedemikian rindunya, hatta dia merasa seperti telah bersatu/ menjadi satu dengan Kekasihnya itu, sehingga Hamzah seakan-akan berbicara dengan Lidah Khaliqnya, mendengar dengan Telinga Khaliqnya, melihat dengan Mata Khaliqnya, mencium dengan Hidung Khaliqnya, karena jasadnya telah luluh ke dalam Khaliqnya; Mahbub yang dirindukannya itu.

Karena itulah, maka "Karya Tulis" Hamzah Fansuri sukar dimengerti dan dipahami oleh orang yang tidak banyak membaca dan mendalami buah pikiran dan filsafat Ulama Tasauwuf/Penyair Sufi.

I hope you enjoyed
image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

bereh that bang, melestarikan sejarah agar masyarakat aceh bek tuweu bahwa aceh pernah na Hamzah Fansuri

Sejarah adalah identitas tanyoe.. Nyoe tanyoe tuwoe sejarah maka gadoeh identitas tanyoe meunan keun Hasan Tiro @cekido

thank you for sharing the history of Hamzah Fansuri ,,, this can inspire our spirit to write poetry like Hamzah Fansuri hope the future in aceh regenerate the glory of the new Hamzah Fansuri,,thank you @wadynoer

You welcome @eder.mrd i hope so.. and hopefully we all do not forget history. because without history we are nobody and there is no identity where the truely we are.