pagi ini ku beranikan diri
kembali meneguk kopi
melawan titah hati
ia tak mau berhenti kian memaki
katanya, “kenapa mencoba berani kalau risaumu saja belum mau pergi?”
pagi ini ku mengadu pada sepi
tentang kopi yang menuai imaji
seorang pemudi
pernah di sini untuk menemani
tanpa pamit ia pergi dan mungkin tak kembali
pagiku tak pantas dibilang pagi
harusnya ia tak sekeruh ini
harusnya ada mentari
padaku berbakti, menghangatkan diri
pagiku tak pantas dibilang pagi
mengapa ada kopi dan sepi sama-sama ingin dimengerti
kataku dalam hati
“barangkali sepi sedang bersekutu dengan kopi, menjadikan rindu penyakit yang sulit diobati.”