Salam Steemians...
Dalam hidup ini, kita pasti pernah ditertawakan oleh orang lain. Bukan ditertawakan karena kita terlihat lucu, bukan pula karena kita suka bikin ulok. Tapi ketika kita mengajak orang lain bersama-sama dengan kita, melakukan sesuatu hal yang baru untuk sebuah perubahan. Tidak sedikit orang yang kita ajak melihat kita dengan mata picing sebelah, alias sinis. Saya pribadi, jika ada orang lain yang berbuat demikian terhadap saya, saya tak akan ambil pusing, saya hanya akan menganggapnya angin lalu. Toh, kita mengajaknya untuk sebuah kebaikan, bukan karena niat ingin memanfaatkan.
Benalu perasaan
Namun tidak demikian jika yang menertawai kita dengan sikap sinis tersebut adalah orang terdekat dengan kita sendiri, seperti saudara atau sahabat dekat. Seringkali derap langkah kita untuk menuju sebuah perubahan, akan mengalami banyak godaan dan rintangan dari orang-orang terdekat dengan kita. Pastinya kita akan merasa jengkel dan sedih. Di situlah perasaan kita diuji, maka ada baiknya sebelum berhadapan dengan orang-orang seperti itu, kita siap-siap pasang muka “tembok” atau menutup pendengaran, untuk mengantisipasi serangan demi serangan dari para “benalu-benalu” perasaan itu.
Seperti kisah yang saya alami beberapa waktu yang lalu ketika saya pulang kampung. Pada suatu malam sesudah acara tahlilan miwa saya yang baru meninggal, saya dan saudara sepupu dari keluarga besar pihak Bapak saya ngumpul. Kami sudah jarang ngumpul semenjak masing-masing kami menikah. Paling-paling setahun sekali, pada saat hari raya Idul Fitri, itu pun kalau semuanya pulang kampung. Saat itu saya menceritakan kepada salah satu abang sepupu bahwa saya sedang menapaki sebuah jalan menuju perubahan melalui platform Steemit. Saya sedikit memberi gambaran tentang Steemit, blockchain, apa itu cryptocurrency, dan bagaimana reward bisa dihasilkan di Steemit. Saya juga memberi gambaran mengenai prospek masa depan di Steemit melalui modal investasi membeli STEEM atau SBD.
Walang sangit pengganggu
Nah pada saat itulah, belum habis saya bercerita, tiba-tiba abang sepupu saya yang paling tua memotong pembicaraan “Pane na njan, koun bandum. Hana jeulaih njan, kapeugah haba bisnis yang jeulaih mantong. Njan kan lagee musem batee giok, ci kakaloun watee musem batee giok baroesa, siat agai meulamboung, leuh njan ka noem.” (Mana ada, bohong semua. Nggak jelas itu, kau ngomong bisnis yang jelas aja. Itu kan seperti musim batu giok, coba kau lihat waktu musim batu giok kemarin, cuma sebentar aja melambung, setelah itu tenggelam) Demikian kata abang sepupu saya yang paling tua dengan sinisnya.
Saya kembali melanjutkan cerita saya tentang Steemit sera menjelaskan bahwa beda “demam” batu giok dengan teknologi blockchain dan mata uang crypto yang memang sudah bertumbuh dengan pesatnya. Di mana dengan perkembangan teknologi digital dunia yang semakin canggih, kita dihadapkan dengan sebuah tantangan untuk menerima atau menolaknya. Yang menerima tentu saja teknologi online tersebut akan menuntun kita menuju ke gerbang kesuksesan tanpa batas, sedangkan yang menolak siap-siap akan terlindas oleh roda zaman yang terus berinovasi dengan penemuan-penemuan baru yang kadang tak masuk akal jika kita masih memakai pola pikir konvensional.
Saya pun memberi contoh seperti transportasi online, atau bisnis retail online, pada awalnya banyak yang tidak tertarik bahkan ada yang menolak, tetapi lambat laun penolakan tersebut tidak berlansung lama, karena dengan teknologinya yang canggih, jasa transportasi online dan bisnis retail online bukan hanya memberikan keuntungan dan kemudahan bagi para pengguna jasa atau pembelinya, tapi juga memberikan keuntungan yang besar bagi driver atau penjual dan bisa menekan biaya operasional yang begitu murah.
Buah yang bertahan dan akan memberi manfaat
Tapi lagi-lagi abang sepupu saya dengan ketusnya berucap, “Hana kutumee deungo njan, jinoe yang jeulai-jeulah mantong, lagee droekuh kuceumeucop, hana online-online sare, na chit buet tiep uroe, hahaha”. (Nggak ada waktu aku mendengarnya, sekarang yang jelas-jelas aja, seperti aku menjahit, nggak mesti online-online, ada juga kerjaan tiap hari, hahaha) Saya hanya bisa tersenyum, dalam hati saya mendoakannya supaya di masa mendatang ia tidak kaget dan syok dengan arus deras teknologi digital yang semakin maju dan berkembang.
Sedangkan saudara sepupu saya yang satu lagi -- sehari-hari bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan leasing -- lebih lunak cara berpikirnya, ia masih mau mendengar walapun dipikirannya Steemit itu masih saudara sekaum dengan bisnis multilevel marketing. Tapi setelah saya menjelaskan panjang lebar semuanya, barulah ia paham dan berencana membuka akun Steemit.
Begitulah ceritanya kawan. Siap-siap aja dalam mengarungi lautan Steemit ini, pasti akan datang riak-riak bisa kecil bisa juga besar. Yang tidak sanggup bertahan ya putar haluan atau karam.
Foto: Semua dokumentasi pribadi yang telah dimodifikasi.
Lhokseumawe, 4 Mei 2018
@akukamaruzzaman
Benar itu bang , memang susah juga mpromokan steemit ini kepda orang yang belum mengenenal cryptocurency dan blockchain. 2 tahun yang lalu ketika saya juga mengajak teman-teman untuk gabung ke steemit ini, saya malah di cap gila oleh mereka hahahaha :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
@levycore Hahaha..saya malah kepikiran, kalo sendainya dulu waktu di Manhattan, levy mengajak saya masuk Steemit atau siapapun orang yang mengajak saya, tentu akan bersikap sama, saya akan memandang orang yang mengajak saya dengan mata picing sebelah. Soalnya saat itu saya baru saja taubat nasuha dari MLM dan sangat anti dengan bisnis jaringan apapun. Tapi sekarang, timbul penyesalan, kenapa dulu saat saya banyak habiskan waktu nonton film India di manhattan, levy nggak ajak-ajak saya gabung Steemit. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyan sang trauma kron ambasador rut.. hahaha...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit