Media Massa, Perlombaan dan Sebuah Puisi

in puisi •  7 years ago 

Apakah Anda suka menulis? Menulis cerpen? Menulis puisi? Atau artikel? Tentu hobi atau bakat menulis itu perlu terus dikembangkan dengan cara menulis, menulis dan terus menulis. Selain itu ya harus banyak membaca juga, sebab dengan banyak membaca buku, koran, majalah atau lainnya, seorang penulis akan bertambah pengetahuannya dan banyak referensi. Hal itu juga merupakan modal utama seorang penulis.

Misalnya saja, Anda suka menulis puisi, maka Anda mesti rajin pula membaca puisi-puisi para penyair lain. Khususnya penyair yang terkenal dan sudah punya nama besar. Tentu saja dwngan pertimbangan bahwa karya-karya bagus dan layak dibaca sebagai bekal referensi.

Selain membaca puisi penyair lain, perlu juga membaca buku-buku telaah atau kritik tentang puisi, agar tahu bahwa puisi pun ada teori-teorinya. Tidak asal dituliskan.

Nah, jika sudah menulis puisi, tentu saja ingin puisi Anda dibaca atau diapresiasi oleh teman atau orang lain. Hal ini Anda harus mempunyai media sebagai alat atau sarana publikasi. Anda jangan takut untuk mengirimkan puisi-puisi Anda ke koran, majalah atau tabloit yang ada rubrik puisinya. Tentu saja bukan hal mudah untuk bisa menembus media massa, karena ada sistem kurasi. Karena hanya puisi yang punya kualitas yang akan lolos kurasi oleh redaktur. Tapi, redaktur pun punya standar nilai dan "selera" yang berbeda.

Selain mengirim ke media massa sebagai ajang publikasi, agar calon penyair tahu kualitas karyanya, bisa juga dengan cara mengikuti lomba penulisan puisi. Mengirimkan naskah puisi dalam sebuah perlombaan tidak kalah serunya. Karena tim jurinya tentu orang-orang yang mumpuni di bidangnya. Tidak bisa diremehkan. Kalau beruntung, Anda mendapat piala, piagam penghargaan dan uang tunai. Menyenangkan bukan?

Nah, sahabat steemian yang kreatif, saya, @imansembada pun telah melakukan hal-hal yang saya tuliskan di atas. Salah satu contohnya adalah puisi di bawah ini. Puisi dengan judul "Langgam Sungai Cimanuk" ini, pada mulanya saya ikutkan ke sebuah perlombaan penulisan puisi dalam rangka memperingati hari jadi kota Indramayu, Jawa Barat.

Puisi saya ini memang tidak menjadi juara, tapi puisi saya ini masuk 100 puisi pilihan yang kemudian dibukukan bersama puisi para pemenang dengan tajuk "Cimanuk, Ketika Burung-burung Kini Telah Pergi".

IMG_20180222_131509.jpg

LANGGAM SUNGAI CIMANUK

Selalu kulihat lekuk tubuhmu, menggeliat
Memetakan sejengkal legenda. Adakah yang
Lebih peduli ketika orang-orang melintasi
Situs-situs tubuhmu dengan perahu atau rakit bambu?

Lekuk tubuhmu merefleksikan abad-abad karam
Di masa silam. Ada kenangan melintas, meski hanya
Sekilas. Tetapi, riak perjalanan airmu senantiasa
Menapasi sawah dan ladang. Denyut nadimu adalah
Kehidupan ikan-ikan, padi dan tumbuhan palawija

Kadang tubuhmu seperti garis lurus
Tak putus. Di sisi tubuhmu, rumpun pandan
Dan rumputan berkelindan. Ada pula pohonan
Yang meluruskan cita-cita ke langit

Detak jantungmu menjadi tetabuhan persenggamaan
Ikan-ikan di musim kawin. Dari hulu ke muara
Arusmu mencetak jejak, merangkum senyum petani
Dan kanak-kanak yang mandi berenangan. Adakah kelak
Yang lebih peduli ketika lekuk tubuhmu bersimbah limbah?

Depok, September 2016

Nah, dengan demikian puisi yang kita tulis bisa dibaca oleh banyak orang.

Depok, 22 Februari 2018
IMAN SEMBADA

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago Reveal Comment

Mungkin begitu. Hahahaaaa.....

Tapi kegigihan, perjuangan itu selalu dibutuhkan.....

Selamat, bang. Terus menulis, eh...mengetik... hahaha

Siap bang, sampai jempol keriting. Hahaha....