Kumpulan Puisi VIII

in puisi •  7 years ago 

Diam
Kala kecil masih milik siapa saja
Diajarkan tentang meneguhkan kebenaran
Menjunjung sikap jujur yang tak boleh diingkari
Ditutup pula dengan kalimat sakti kepada yang masih kecil
Agar si kecil itu jadi takut untuk berbuat salah
Tapi saat tubuh kecilnya habis ditelan usia
Ia melihat betapa ajaran orang tuanya jauh berbeda
Seperti merubah sisi putih yang suci menjadi hitam pekat
Tak ada yang bisa diucapnya melihat itu semua
Hanya diam saja dengan terus mengingat wasiat orang tuanya.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Malangnya Binatang Itu
Malangnya binatang di hutan lebat itu
Ditangkap untuk dibawa melihat kemilaunya kota
Mengurungnya dalam kerangkeng sampai serak suaranya terus menjerit
Tapi teman-temannya tak ada yang sanggup untuk melawan
Hanya pasrah melihat dari kejauhan di atas pohon
Sambil air matanya melinang larut merelakan yang dicintainya dirampas
Dibawanya binatang itu jauh meninggalkan hutannya
Ada yang untuk disantap oleh hatinya sudah mati
Ada pula yang merubahnya jadi patung untuk menghias rumah
Dan ada yang meletaknya dikandang hanya untuk bisa mendatangkan tawa
Melihat kelucuan dari binatang malang itu yang bertingkah
Padahal binatang itu hampir setengah mati ketakutan.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Ganasnya Hidup
Tepat tengah malam saat purnama hadir sendiri
Terdengar deru suara yang saling meninggi
Dari kucing-kucing yang sedang berebut kuasa
Mengambil tindakan mencakar lawannya
Tanpa ampun dan peduli
Walaupun yang diajak beradu itu
Masih perlu asuhan indukannya lagi.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Ditikam
Tak lagi ada kata yang bisa terucap
Kala sakit ini sudah merobek hati
Detak-detak nadi mulai pelan terdengar
Beriringan dengan nafas yang sayup terasa
Gemetar rasanya raga ini menahan dingin
Karena luka sana sini menghiasi jiwa
Yang terkena tikaman penyesalan
Dari masa yang telah berlalu lama.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Gelisah
Berdetak kencang jantung yang berselimut cemas
Menanti kedatangan orang yang dicintai di hari sakral ini
Melihat waktu sudah hampir dipenghujung batas
Belum ada tanda apapun dari suara kehadiran mereka
Sampai akhirnya ada yang memanggil dengan nada suara yang dikenal
Ketika menoleh gelisah itupun hilang sudah.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Malam
Menghampiri malam sudah penuh rasa lelah
Menempa diri sejak matahari mencuci mukanya dengan asinnya air laut
Tak lagi bisa dirasakan apapun mengenai indahnya malam
Yang bukan hanya gelap dengan warna hitam saja menghiasinya
Tapi banyak rona lampu kerlap-kerlip bersinar dari atas gedung
Diiringi suara teramat bising yang diperoleh entah dari mana
Ah, ingin rasanya lelah ini tak selamanya diderita
Agar yang disebutkan tadi tentang malam
Bisa dirasakan juga.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

Puisi ini juga dapat di blog milik saya:
https://gado2ceritaku.blogspot.co.id/2017/10/kumpulan-puisi-viii.html

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Sudah kami upvote..