Expor impor dari Pelabuhan Uleelheu, Kutaraja (Banda Aceh) pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda bukannya meningkat, tapi malah terus merosot, meski berbagai infratruktur telah dibangun.
Merosotnya export impor dari pelabuhan Uleelheu selain disebabkan oleh perang Aceh yang berlangsung sampai 69 tahun, tapi juga karena dibukanya pelabuhan-pelabuhan baru di pantai timur dan barat selatan Aceh. Selain itu juga dipengaruhi oleh dibukanya tambang minyak dan perkebunan di Aceh Timur.
Residen Belanda di Aceh Jongejans dalam buku Land en Volk van Atjeh Vroeger en Nus, terbitan Hollandsche Drukkerij tahun 1937 menjelaskan, pembukaan perkebunan besar itu meliputi beberapa komoditi, seperti karet, sawit, teh, dan rempah-rempah yang dibutuhkan oleh kapitalis Eropa.
Kapal tongkang di teluk Sabang pada masa kolonial Sumber
Saat itu di Pelabuhan Uleelheu, Kutaraja hanya dilakukan ekspor untuk komidas tertentu saja, yakni hanya lima komoditi saya, yaitu lada, pinang, rotan, kopra, dan kapuk. Komiditi itu didapat dari sekitar Kutaraja. Saat itu di sekitar Kutaraja terdapat perkebunan kelapa diantaranya milik perusahaan NV Landbouw Maatschappij Rumpet, Firma (Fa) J Boon Jz, kebun T teungoh Meuraksa, kebun T Nyak Arief dan kebun Habib.
Sementara itu puluhan komoditi lainnya diexpor melalui pelabuhan-pelabuhan lain di luar Kutaraja, seperti komoditi kemenyan, kapur barus, nilam, getah karet, pala, minyak tanah, sawit, sisal, dan teh.
Dalam Kolonial Verslag, 1902, halaman 17 dijelaskan bahwa pada tahun itu (1902) dari Aceh Besar diexpor lada dengan nilai f.45.000 (45 ribu gulden) dari Pulau Weh dan Sagi XXII Mukim. Dari jumlah itu yang diexpor dari Pelabuhan Uleelheu hanya 17.980 gulden. Sementara dari Pelabuhan Sabang diexpor 37.020 gulden. Begitu juga dengan export pinang pada tahun yang sama Pelabuhan Uleelheu mengexpor pinang 2.000 gulden, dan Pelabuha Sabang 45.000 gulden.
Sementara itu dalam Kolonial Verslag 1901 dan dalam buku J Kreamer, Atjeh Algemenen Samenvakken Overzicht ran Land en Volk van Atjeh en Onderhoorigheden yang diterbitkan oleh EJ Brill, Leidein tahun 1923, pada halaman 18-26 sebagaimana dikutip oleh Prof Isa Sulaiman dijelaskan bahwa, porsi ekspor Pelabuhan Uleulheue untuk berbagai komoditi saat itu memang cukup kecil. Sementara export keseluruhan dari Aceh saat itu sangat besar yakni 2.663 ton lada, 13.503 ton pinang, 334 ton kapuk, 4.538 ton kopra, dan 174 ton rotan.
Meski demikian, karena Kutaraja merupakan pusat kota pemerintahan Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh, maka posisi keberadaan pelabuhan Uleelheu juga sangat penting sebagai pintu masuk orang-orang Eropa ke Aceh. Malah Pemerintah Kolonial Belanda kemudian membangun European Hotel di Kutaraja dengan taman ala Eropa di sekelilingnya, lengkap dengan Juliana Club sebagai tempat hiburan, pertunjukan musik dan dansa.
Congratulations, your post has been selected by the @tys-project curator to get UPVOTE. Continue to share your content using the #actnearn tag. We are here to support great content creators on the ActnEarn platform. Learn more about @tys-project at this link.
If you are interested in supporting us, please delegate Steem Power through this link 25, 50, 100, 250, 500, 1,000, 2,500, 5,000, 10,000.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit