Buku ini berisi kesaksian sejumlah wartawan top Amerika, peraih penghargaan, korban pemberangusan sistematis. Buku ini juga meraih ‘a national press club winner’.
Buku ini edisi revisi diterbitkan edisi bahasa Inggris pada tahun 2004 dengan judul Into the Buzzsaw: Leading Journalists Expose the Myth of A Free Press—Revised and Expanded Edition. Disunting oleh Kristina Borjesson dan diberi pengantar oleh Gore Vidal, diterbitkan oleh Prometheus Books, New York, United States of America.
Edisi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Yanto Musthofa dengan penyunting Setiadi R Saleh, diterbitkan (cetakan pertama) pada Agustus 2006 oleh Q-Press, kelompok penerbit Pustaka Hidayah, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Into The Buzzsaw edisi bahasa Indonesia dengan judul Mesin Penindas Pers sumber
Buku ini dipersembahkan untuk mereka yang berjuang dan berkorban demi membela kebebasan Pers Amerika, untuk rakyat Amerika yang perlu tahu, para wartawan yang berminat, yang perlu tahu, para wartawan yang bekerja, yang harus tahu.
Buku yang tebalnya 552 halaman ini dibagi dalam sembilan belas (19) bab (chapter), setiap bab berisi satu tulisan panjang dari satu penulis tentang perkembangan pers di Amerika Serikat. Membaca buku ini kita mengetahui ternyata di negara seperti Amerika Serikat, media juga masih tidak begitu bebas dalam menulis dan menyiarkan berbagai peristiwa. Mereka harus berhadapan dengan kekuatan yang dalam edisi bahasa Indonesia disebut sebagai “Mesin Penindas Pers”.
Tulisan pertama ditulis oleh Dan Rather dengan judul Sang Patriot dan Lilitan Sensor, wawancara dengan Koresponden Budaya media BBC Madeleine Holt. Dan Rather merupakan penyiar dan editor pelaksana Evening News CBS serta koresponden 60 Minutes II.
Dalam wawancara tersebut Dan Rather memilih blak-blakan pada koresponden BBC Newsnight, Madeleine Holt tentang hambatan-hambatan serius dan berbahaya yang dia dan para koleganya alami pada era pasca 9/11. Ia meripakan jurnalis yang punya pengalaman panjang, yang sanggup memelihara rekornya yang sangat signifikan. Karena pengalaman dan kehebatannya itu pula, tulisannya di buku ini sangat padat dan berisi, memberi pemahaman kepada kita bagaimana sesungguhnya perjuangan jurnalis siaran (radio) di Amerika dalam memperjuangkan kebebasan pers.
Dan Rather foto
Tulisan kedua ditulis oleh Charles Reina dengan judul yang sangat singkat: Memo. Charles Reina merupakan jurnalis siaran yang sangat berpengalaman di Amerika Serikat, mulai bekerja sebagai wartawan sejak tahun 1970, hingga kemudian mengundurkan diri dari Fox News Watch pada April 2003. Sepanjang karirnya ia menghasilnya banyak liputan yang menarik dan istimewa.
Sebagai mantan produser FOX, Charles Reina menulis surat ke Poynteronlines’s, Jim Romeneski, berisi kritikan terhadap media, mengulas tentang skeptisme pada pemikiran mereka yang mengganggap informasi yang terkutuk lebih kredibel ketika disampaikan dengan cara yang tenang dan terukur. Namun wakil presiden operasi berita FOX News Channel menjawab surat tersebut dan menggolongkan Charles Reina sebagai “karyawan yang kecewa.”
Tapi Charles Reina telah membuka segalanya, ia mengungkapkan tentang kehidupan di media Fox News Watch dan menhadirkan fakta bahwa kehidupan sehari-hari di Fox News Watch semua menyangkut dengan politik manajemen. Secara editorial, ruang berita Fox News Watch berada di bawah control terus menerus dan kewaspadaan manajemen. Tekanan beragam dari yang halus sampai yang langsung. Jaringan berita dikelola oleh salah satu dari pelaku-pelaku politik tingkat tinggi, sehingga kebebasan media tersebut tertindas.
Ashleigh Banfield foto
Tulisan ketiga berjudul Observasi Seorang Pembawa Berita ditulis oleh Ashleigh Banfield, seorang mantan koresponden dan pembawa berita televisi internasional, MSNBC. Ia berhasil mengungkap tentang kemenangan dan kepalsuan peliputan konflik di Timur Tengah.
Komentar-komentar Ashleigh Banfield berisi tentang jurnalisme riil, dan uraian tentang pandangan pribadi yang dia hadapi dalam iklim peliputan yang disampaikan dalam materi kuliah yang disampaikannya di Kansas State University. Jarang ada penilaian yang jujur dari jurnalis kelas tinggi, karena itu tulisan Ashleigh Banfield dalam buku ini tentang kebebasan pers di Amerika Serikat sangat berharga.
Tulisan keempat ditulis oleh Charlotte Dennett, seorang jurnalis investigatif yang juga pengacara. Perempuan kelahiran Beirut, Lebanon tersebut mengisi buku ini dengan tulisan berjudul Perang Melawan Teror dan Permainan Besar untuk Minyak, Bagaimana Media Kehilangan Konteks.
Tulisannya mengungkap sebuah metode penaklukan yang dilakukan dari Amerika Serikat ke Timur Tengah. Ia menilai media arus utama di Amerika Serikat sangat lambat mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan selidiki dan memenuhi tugas sebagai penjaga pilar keempat (media massa). Pers di Amerika telah dicocok hidungnya da nada juga yang mencocok hidung mereka sendiri.
Dalam tulisannya Charlotte Dennett juga mengulas tentang keterlibatan Amerika dalam permainan besar, terutama dalam hal penguasaan sumber minyak di Timur Tengah. Ia juga membahas tentang berita nomor satu paling di sensor di Amerika dalam kurun waktu 2002-2003.
Gerard Colby foto
Tulisan kelima ditulis oleh Gerard Colby dengan judul Harga Kebebasan. Ia menjabat sebagai Presiden National Writer Union (NWU). Ia mengungkapkan tentang aksi-aksi Du Pont Company dan tekanan-tekanan terhadap liputan terhadap Du Pont Company oleh media-media sekelas New York Times, Wilmington News-Journal dan Delaware State News. Ia juga mengungkapkan bebagai kasus besar lainnya yang melibatkan media di dalamnya.
Yang lebih menohok lagi ada pada tulisan keenam yang ditulis oleh John Kelly, seorang mantan peneliti ilmiah dan ketua Kelompok Studi Intelijen di Asosiasi Ilmu Politik Amerika. Dalam tulisannya yang berjudul Kejahatan dan Kebungkaman, Aksi-aksi Kriminal CIA dan Bungkamnya Media. Salah satu bagian dalam tulisannya ia menulis tentang Perkembangan Terakhir: Seksi 308 dan Perang Melawan Teror.
Kemudian pada bab ketujuh buku ini ada tulisan dari Gary Webb, seorang reporter investigatif yang selama 19 bulan berkonsentrasi pada bidang korupsi pemerintah dan sektor swasta di Amerika. Ia meraih lebih 30 penghargaan jurnalisme atas karya-karyanya.
Pada bagian keenam, buku ini ia menulis dengan judul Memainkan Mesin Mighty Wurlitzer. Sebuah istilah yang dipakai di kalangan media Amerika Serikat untuk menggambarkan penyimpangan informasi, serta manipulasi sistemik dan rahasia oleh badan-badan intelijen.
Michaek Levine foto
Selanjutnya pada bagian kedelapan diisi dengan tulisan Michael Levine dengan judul Media Arus Utama Pengecoh Perang Obat Bius. Tulisan Michael Levine dalam buku sangat berisi dan penuh dengan pengungkapan fakta-fakta tersembunyi. Hal itu didukung oleh pengalamannya selama 25 tahun bekerja di Badan Penangguangan Obat Bius (DEA), sebelum pindah haluan menjadi pembongkar rahasia, konsultan pengadilan dan wartawan.
Ia sering menjadi saksi ahli untuk masalah terkait dengan penyelundupan obat bius, informan, operasi-operasi rahasia, dan penggunaan kekuatan mematikan untuk kasus-kasus pengadilan federal dan negara bagian. Michael Levine juga dikenal sebagai pengarang dua buka laris mengenai pengalaman perang obat bius, yakni buku Deep Cover dan buku The Big White Lie. Dalam tulisannya ia mengungkapkan tentang tindakan-tindakan yang menjengkelkan terkait dengan pengalamannya dengan monte perang obat bius.
Monte yang digunakan dalam tulisan tersebut merupakan sebuah istilah terhadap penipuan tipuan mencolok mata. Ia mengungkapkan permainan dalam perdagangan obta bius mulai dari perang Vietnam, Kudeta Kokai di Bolivia, sampai ke operasi Hun dan pengamanan Florida Utara. Ia juga mengungkapkan bagaimana miliaran dolar uang perang obat bius dibayarkan langsung ke media-media pengecoh.
Selanjutnya pada bagian sembilan buku ini berisi tulisan dengan judul Domba-domba yang Bungkam, Seorang Amerika dalam Pengasingan Jurnalistik. Tulisan kesembilan ini ditulis oleh Greg Palast, pengarang The Best Democracy Money Can Buy, sebuah laporan investigatif tentang kecurangan dan korupsi dalam kursi kekuasaan tertinggi.
Greg Palast foto
Dalam tulisannya di buku ini Greg Palast mengungkap tentang kecurangan pemilihan umum (Pemilu) pemilihan Presiden Amerika yang mempersulit warga Afro-Amerika untuk memilih, serta pencurian suara saat pemilihan. Ia heran berita seperti itu tidak muncul di Amerika tapi di BBC Inggris. Ia menilai media-media di Amerika tidak melakukan investigasi terhadap kasus-kasus seperti itu karena takut kehilangan keuntungan perusahaan, perusahaan media di Amerika lebih mencari jalan aman dan takut diserang.
Ketika media-media lain diam terhadap persoalan tersebut, Greg Palast dikontak oleh produser berita jaringan televise CBS, yang siap menurunkan berita versi mereka sendiri. Mulailah ia membuat laporan, laporan pertamanya adalah mengenai para pemilih yang secara keliru dituduh melakukan kejahatan, serta tentang mereka yang dipenjara tetapi tidak mempunyai hak pilih.
Greg Palast mengungkapkan Kantor Jeb Bush, adik dari kandidat presiden dari Partai Republik, George W Bush secara tidak sah memerintahkan pembersihan nama-nama narapidana dari daftar pemilih. Padahal mereka punya hak memilih berdasarkan undang-undang Florida. Akibatnya, lima puluh ribu pemilih sah yang hampir semuanya merupakan pendukung kandidat dari Partai Demokrat tidak dapat memilih.
Tapi Greg Palast kemudian malah tidak bisa melanjutkan investigasinya, produser CBS menghubunginya dan mengabari bahwa laporannya tidak dapat dilanjutkan. Dan itu terjadi setelah mereka menelepon kantor Jep Bush. “Bagaimana jaringan CBS yang kaya raya itu memutuskan hal ini? Mengapa mereka menelpon kantor Jep Bush?” tanyanya.
Tapi ia mengaku tak heran dengan hal itu. Ia menulis, “Saya tidak terkejut dengan jenis investigasi ini. Bahkan, ini adalah prosedur pelaksanaan standar untuk domba-domba kecil jurnalisme Amerika. Satu penjelasan licik dari seorang politikus atau bos perusahaan, dan kasus pun ditutup, investigasi selesai. Namun berita itu tetap turun juga di BBC TV.”
Demikianlah sembilan tulisan dari sembilan belas tulisan tentang pembungkaman media di Amerika Serikat yang diungkap dalam buku Mesin Penindas Pers ini, sepuluh tulisan lagi dari buku itu yang tak kalah menariknya akan saya lanjutkan pada tulisan selanjutnya.
Hello, @isnorman! You just received a vote from realityhubs curation account. Thanks for publishing your awesome review with the RealityHubs tag. Use the RealityHubs interface www.realityhubs.com to publish your reviews and receive greater rewards.
You can also delegate to our curation account (@reality.curate) to get a daily RHB reward. For more information, click here.
Do you want to get 400,000 RHB delegated to you to reward fellow awesome reviewers on the platform? Click here to learn how to apply for a delegation.
We love to see great reviews like yours and we look forward to seeing more awesome reviews from you.
Cheers!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you so much @reality.curate
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit