Kedaulatan Pangan, antara kepuasan perut dan pasar

in resiliensi •  7 years ago 

Seperti diketahui sebagai tindak lanjut UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, pemerintah sudah mengeluarkan empat Peraturan Pemerintah (PP). Yakni, PP No. 1/2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, PP No. 12/2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Selain itu PP No. 25/2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan PP No. 30/2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Saat ini, tingkat produktivitas pertanian Aceh khususnya produksi gabah masih rendah, padahal persentase tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 44,09% dari 1.931.823 tenaga kerja di Aceh. Rendahnya produksi gabah Aceh disebabkan oleh luasnya lahan yang masih belum teraliri irigasi (47% dari 324.118 Ha lahan sawah) sehingga masih berstatus tadah hujan.

Selama periode 2003-2013, sebanyak 5,1 juta rumah tangga tani meninggalkan lahan mereka dan sebagian besar melakukan urbanisasi dan menjadi masyarakat miskin kota. Sedangkan tenaga kerja yang keluar dari sektor pertanian sebanyak 1,8 juta (BPS Agustus 2016).

Salah satu penanganan masalah tersebut adalah mengupayakan kerentanan rumah tangga tani terhadap kondisi iklim dikurangi. Rumah tangga tani harus dikondisikan menjadi lebih tahan, tangguh, lentur (resiliensi) untuk menghadapi perubahan iklim.

Resiliensi adalah kapasitas untuk menghadapi perubahan dan terus berkembang. Mengenai bertahan terhadap goncangan dan gangguan seperti perubahan iklim atau krisis ekonomi.

Folke menjabarkan bahwa resiliensi memiliki 3 fitur yaitu keteguhan (persistence), kemampuan adaptasi, dan kemampuan transformasi yang masing-masing berinteraksi dari skala lokal sampai global. Resiliensi terlihat pada bagaimana masyarakat mampu dan adaptif untuk menghindari balikan (tipping) dari ambang kritis menuju situasi yang diharapkan, di satu sisi, sebaliknya ketika terjadi pergeseran menuju keadaan yang tidak diinginkan dan tidak dapat diubah, resiliensi terlihat pada bagaimana sistem sosial-ekologi mentransformasi atau menyesuaikan dengan kondisi baru tersebut dengan berbagai kebijakan dan tindakan.

Oleh karena itu, berbagai skenario dipersiapkan untuk menghadapi berbagai dampak negatif dari perubahan iklim sehingga ketahanan nafkah rumah tangga tani terus meningkat, dan mampu beradaptasi.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://portalsatu.com/read/opini/aceh-troe-dan-kerentanan-rumah-tangga-petani-32304

Upvote yah..