Di tengah hiruk perhelatan seni dalam pembangunan, Muhrain hadir membacakan sajak-sajaknya. Pada 1997 ia menguji kemampuan perdana dalam dunia sastra. Sajaknya berjudul "Bunga Kenanga" dimuat Harian Surat Kabar Analisa, Medan-Sumatera Utara.
Kemampuan membaca sejak tingkat sekolah dasar Muhrain dapatkan melalui hobi duduk betah menghabiskan beratus lembar bacaan cerpen anak. Selanjutnya pada tingkat sekolah menengah pertama, seluruh pelajaran bahasa yang terkait sastra juga menulis sangat diminatinya.
Akhirnya berkesempatan sedini itu menjadi pengajar (sebaya) di hadapan kelas, itu perintah guru bahasa Indonesia kepadanya karena hampir seluruh siswa di kelas saat itu kurang memahami cara pengembangan paragraf dalam kompetensi menulis.
Ketika duduk di tingkat sekolah menengah atas, Muhrain mendapat pesanan rutin untuk menulis puisi-puisi dari kawan sejawat, ada yang untuk keperluan merayu lawan jenis temannya, bahkan pemesan puisi juga tidak segan menelpon dan meminta dibuatkan kata mutiara spontan, alhasil, menulis menjadi peristiwa harian yang unik dan terbiasa.
Saat memilih jurusan di masa memasuki usia kuliah, Muhrain mengumpulkan data nilai rapot seluruh sekolah yang ia jalani, ternyata nilai bahasa Indonesia-lah yang paling mendominasi kemampuannya, akibat fakta dan data inilah, Muhrain memutuskan memilih jurusan sarjananya pada bidang Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bangkit dari lelapnya kemampuan berbahasa dan bersastra di lingkup mahasiswa, ia mulai gerah dengan pola pendidikan sarjana yang lebih didominasi duduk diam dan tugas-tugas formal. Bersama-sama kerabat lain yang dianggap mampu mendorong pembelajaran di kampus, Muhrain memberanikan diri mengajukan pendirian Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dengan tujuan mendorong potensi praktik kesusastraan terutama menulis sastra dan belajar berteater. Lalu oleh kakak seperguruan, ia dipercayakan sebagai Ketua HMJ Bahasa dan Sastra.
Belajar menulis sastra adalah bagian yang paling ia minati. Kesempatan tersebut terus terbuka karena jurusan kuliah sarjana yang sesuai. Relevansi dengan kaitan keterampilan menulis membawanya "terjebak" kuliah jurnalistik tingkat diploma di kampus yayasan Waspada. Namun tidak selesai, gagal menjadi jurnalis menjadi PR masa depan.
Tahun 2011 adalah tahun paling padat mengawali studi menulis. Ia mulai terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana jurusan magister pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Unsyiah, program tugas belajar dari Dinas Pemko tempatnya bekerja dan mengabdi untuk Indonesia.
Memasuki ibu kota Propinsi Aceh adalah orientasi pengenalan diri terhadap kesusastraan Aceh. Perubahan paradigma dan peningkatan pola pikir dalam wilayah sastra tampak tak terelakkan, Muhrain berubah drastis dari tak kenal sama sekali sastra Aceh serta kesenian Aceh menjadi lebih kenal dan akrab.
Lebih lanjut, ia mendapatkan kesempatan penelitian bersubsidi dari Lembaga Formal Balai Bahasa Aceh, project penelitian bertajuk Perkembangan Nazam Aceh Barat menjadi cakrawala perdana dalam menelaah lebih jauh nilai-nilai seni sastra di daerahnya.
Sambil terus berkiprah di berbagai lembaga menulis, hobi membaca puisi terus berkembang. Panggung-panggung pun ditaklukkan, pernah membaca puisi di lembaga pendidikan tinggi semisal IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN), Unsyiah. Masuk ke lumbung kesenian dan berkolaborasi di masyarakat/khalayak, tercatat pula berbagai kota pernah memperdengarkan bacaan puisinya, seperti: Langsa, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Medan, Banda Aceh, Meulaboh.
Di bidang kelembagaan kepenulisan, Muhrain pernah dipercayakan memimpin Asosiasi Guru Penulis Nasional (Agupena) Propinsi Aceh, lalu menjadi pembina dan berakhir masa kerja dengan rasa tak puas, akibat kiprah komunitas menulis di kalangan pendidikan hingga sekarang belum menampakkan hasil yang mumpuni.
Selain aktifitas mengajar bidang bahasa maupun sastra baik di beberapa sekolah (SMAN 4 Langsa, SMK 5 Telkom Banda Aceh), Muhrain tercatat pula pernah mengasuh mata kuliah bahasa di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta (STAIN Zawiyah Cotkalla Langsa (sekarang IAIN Langsa), Unsam Langsa, Geutsampena, Yapila, Unmuha Banda Aceh, dan Akbid Muhammadiyah juga akper Yayasan Ummi Langsa), di hadapan puluhan ribu alumni, Muhrain telah menyuarakan kompetensi menulis adalah cara utama mengembangkan kompetensi lulusan.
Sastra telah menjadi cita-cita dan cintanya. Roda zaman yang menggulirkan nama-nama para pujangga, penyair maupun penulis sastra prosa seperti novel atau cerpen telah menghasilkan berbagai nilai kesusastraan, Muhrain tertantang menuliskan namanya di antara ratusan nama penulis sastra nasional maupun internasional.
Puisi Muhrain sempat terbit di Turky atas kesempatan yang diberikan koleganya Thayeb Loh Angen, novelis Aceh. Di Malaysia, namanya sebagai penulis juga pernah tercatat. Tetapi semua terasa masih permulaan. Ketika sastra Indonesia masih merangkak memandang ke luar dirinya, maka sebagai Aceh, ia mulai tersadar atas pionir sastra Melayu Raya justru dimulai dari negerinya, Aceh.
Tercatat nama-nama ulama Aceh yang karya sastranya telah mendunia seperti Hamzah Al-Fansuri dan Syeh Abdur Rauf As Singkili. Jejeran nama mulia makin terkuak, di perpustakaan yang lengkap dan hebat di ibu kota Aceh (Banda Aceh) Muhrain bergerilya, mencari dan mengumpulkan berbagai catatan kesusastraan, perubahan terus menggerus catatan-catatan itu memberi dampak yang menantang, perhatian yang banyak dan waktu terasa tak cukup.
Teringat apa yang disampaikan oleh syair-syair mulia para pujangga, bahkan Raja Ali Haji menyebutkan dalam rawinya, kenal diri untuk mampu mengenal Tuhan. Mengenal kesusastraan di negeri sendiri adalah tujuan sekaligus tuntunan. Karena persandingan dengan nama-nama yang mulia dalam kesusastraan nasional maupun dunia justru dimulai tempuhannya sejak itu, kenali sastra daerah, kenali siapa diri, seorang Muhrain yang menghabiskan waktu untuk membaca diri, untuk melanjutkan menulis diri yang asli.
(Ilustrasi berupa foto Muhrain karya fotografer @lodinsa, dipotret saat launching Majelis Seniman Aceh "MaSA" di kediaman Rafli Kande, Banda Aceh)
Selamat bersteemitria hujan @muhrain hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Iya paman @zulfikark-kirbi, selalu saja hujan hadir menghapus debu waktu.
Hehhehee
Terima kasih.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Selamat datang. Jangan mudah lelah di Steemit. Jika terasa lelah, minum kopi mungkin bisa menjadi obatnya. Semangat
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tak akan mudah lelah, sebab menulis sudah menjadi laku hidup. Temani ngopi ya rekan steemit @anggreklestari :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kalau perihal minum kopi, saya selalu semangat!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ya ya ya.... ka sukses steemit jih!
Selamat berjaya dalam karya!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih bang @tompi
Berkat abang akun ini, dan dalam hitungan beberapa hari saja sudah ready. Wahhhh mantap tanganmu, beruntung... Hehhehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit