POLEMIK PUISI ESAI: SAUT SITUMORANG (2)

in saut •  7 years ago  (edited)

SAUT SITUMORANG| saya kira, kelahiran dan kemajuan genre baru puisi Indonesia, yakni puisi esai, tak lepas dari peran penting Saut Situmorang. Sejarah sastra Indonesia rasanya perlu berterima kasih kepada Saut yang telah bertahun-tahun tanpa kenal lelah terus membuat puisi esai menggelombang.
Memang, Saut tidak mempromosikan puisi esai layaknya bakul jamu. Atau tukang kecap nomer satu. Tetapi, gerakannya menekan, menghadang bahkan melakukan perlawanan dengan beragam cara terhadap lahir dan berkembangnya puisi esai patut diapresiasi secara positif. Pada titik ini, saya melihat Saut telah ambil bagian dalam proses demokratisasi khususnya demokratisasi seni dan sastra.
Saya melihat Saut sebagai sosok oposan yang tak pernah lelah. Oposan terhadap apa dan siapa? Terhadap mereka yang mapan atau berpotensi menciptakan kemapanan dalam makna yang luas. Saya mengenal Saut sejak masih mahasiswa di Yogyakarta, ketika saya dan kawan-kawan pers mahasiswa UNY mengangkat tema liputan khusus tentang "sastra pinggiran". Saut menyorot secara kritis politisasi dan kanonisasi sastra di Indonesia.
Saya juga pernah melihat sikapnya yang keras pada proses pelaksanaan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) dan menyindir seniman di dalamnya. Meski kemudian banyak seniman membalas lewat tulisan di media: Saut itu siapa?
Apakah Saut lantas tenggelam atau terkubur di jalan sastra yang dipilihnya? Kita semua memandang dan menyaksikan bahwa cara Saut berpikir, berbicara, dan bersikap tampak mampi menarik perhatian bahkan mampu menarik beberapa sastrawan di daerah dan juga para mahasiswa dan lulusan muda yang terpesona dengan retorika dan caranya berpropaganda. Retorikanya mampu menggiring anak-anak muda tak lagi menunggalkan Goenawan Muhammad, Sapardi Djoko Damono, dan sastrawan mapan lain. Dan kini, ia melakukan perlawanan hebat terhadap Denny JA yang bila ditimbang dari sudut manapun tampaknya Saut bukanlah tandingan yang sepadan. Pandangan saya ini terutama saya letakkan pada konteks sikap kritis dan oposan Saut dalam merespon Puisi Esai melalui media sosial maupun forum pertemuan. Dari berbagai kesempatan tersebut, tampaknya Saut lebih fokus pada usaha "berpikir beda dan melawan" daripada mengupayakan proses dialektika dan tegur sapa estetis.
Pada ranah inilah sebenarnya ada kekosongan yang belum terisi, sebab gerakan Denny JA secara marketing telah dilawan dengan propaganda, tetapi gerakan estetis Denny JA dan puisi esai yang terus memancar dan terus meningkatkan jati diri estetisnya tak mendapat tanggapam oposisi yang sepadan. Yang tampak masih sebatas respon emosi, marah, jengkel dan mungkin justeru lebih menunjukkan ketidakberdayaan.
Namun, Saut adalah bagian penting dari sejarah sastra Indonesia bernama puisi esai. Anda boleh sepaham, atau tidak.

MUHAMMAD THOBRONI, tinggal di Tarakan. Menulis banyak cerpen, puisi, esai dan buku. Buku Puisi terbarunya "SEI KAYAN" (2017) dan buku cerpen "USTADZ MISTERIUS" (2018)Screenshot_20180417_194308.png

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @thobsatu! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You made your First Vote

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!

Congratulations @thobsatu! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!