Baden-Powell Seorang Penjahat Perang?

in scouting •  7 years ago 

B-P-1896.jpg

Menjelang peringatan 100 tahun gerakan kepanduan sedunia (World Scouting) yang dirayakan besar-besaran pada 2007, dan juga beberapa tahun sesudahnya, sejumlah media massa di Inggris dan beberapa negara lainnya pernah mengangkat topik “Baden-Powell Diduga Merupakan Seorang Penjahat”. Ada juga yang membuat ulasan tentang Baden-Powell yang pernah menyuruh tentaranya membunuh puluhan bahkan ratusan penduduk asli Afrika.

Salah satunya seperti yang diungkap salah satu suratkabar terkenal Inggris, The Daily Mail. Dalam beritanya pada edisi 6 Desember 2009, suratkabar itu menurunkan artikel berjudul “Scout Founder Baden-Powell ‘was a war criminal who had tribal chief executed illegally”, atau bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia “Pendiri Kepanduan Baden-Powell adalah seorang penjahat perang yang mengeksekusi seorang kepala suku secara ilegal”.

Seperti sudah banyak diketahui umum, Baden-Powell yang sering disingkat B-P, mempunyai nama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell. Dia dilahirkan di Inggris, pada 22 Februari 1857. Purnawirawan perwira tinggi dari angkatan bersenjata Kerajaan Inggris itu, kemudian menggagas suatu kegiatan positif bagi anak-anak dan remaja, yang kemudian dikenal sebagai gerakan pendidikan kepanduan atau disebut singkat gerakan kepanduan saja.

Gerakan kepanduan tersebut yang digagas pada 1907 dan berwujud nyata pada 1908 setelah B-P menerbitkan buku “Scouting for Boys”, segera tersebar di banyak negara. Masuk pula ke Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda pada 1912, dan kini dikenal dalam wadah gerakan pendidikan kepanduan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka.

Sebagaimana diuraikan, sebelum mendirikan dan mengembangkan gerakan kepanduan, B-P memang berkarier di dunia kemiliteran sejak usia mudanya. Dia bahkan kemudian menjadi komandan dan memimpin pasukan-pasukan angkatan bersenjata Kerajaan Inggris berperang di banyak tempat.

Ketika ditugaskan di Benua Afrika itulah, B-P dianggap banyak membunuh penduduk asli Afrika. Tapi yang harus diingat, ketika itu B-P adalah tentara yang ditugaskan negaranya. Terlepas dari benar atau tidaknya berperang di negara lain, sebagai seorang tentara memang tugasnya membela negaranya. Itulah yang menjadi sumpah seorang prajurit.

Sementara mengenai tuduhan bahwa dia mengeksekusi seorang kepala suku secara ilegal, kisahnya bermula ketika B-P ditugaskan ke wilayah yang disebut Matabele di Rhodesia Selatan, yang sekarang dikenal dengan nama negara Zimbwabwe. Di sini B-P menjadi kepala staf pasukan angkatan bersenjata Kerajaan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Frederick Carrington.

Dikisahkan dalam cerita-cerita sejarah, pasukan yang dipimpin B-P berhadapan dengan pasukan Suku Matabele yang dipimpin kepala sukunya, Uwini. Saat itu, Uwini memimpin sukunya membunuh 300 pemukim berkebangsaan Inggris yang berada di sana. Tidak dijelaskan secara lengkap, namun diperkirakan Uwini marah karena orang-orang Inggris mulai menduduki wilayahnya dan ikut bermukim di sana.

Baden-Powell yang mendapat laporan, segera memerintahkan pasukannya mengejar Uwini dan pasukan Suku Matabele. Terjadi pertempuran, dan setelah itu ada dua versi. Pertama, Uwini bersedia menyerahkan diri dengan diberikan janji tidak akan dibunuh. Kedua, Uwini ditangkap dalam perang setelah dia membunuh beberapa prajurit angkatan bersenjata Kerajaan Inggris. Belakangan, Uwini dihukum mati oleh pasukan B-P.

Versi pertama itu yang kemudian digugat sejumlah orang. Bagaimana mungkin seorang yang telah menyerahkan diri dan diberi janji untuk tetap hidup, malah justru dihukum mati secara ilegal? Ini adalah suatu tindakan kejahatan perang. Apalagi ada lagi yang menambahkan, sebenarnya jenderal dan gubernur di wilayah yang dikuasai Inggris itu telah setuju untuk memberikan pengampunan pada Uwini dan tidak membunuhnya.

Dalam pembelaannya, B-P menyebutkan bahwa yang ia lakukan semata-mata tugas negara, dan untuk mengamankan keberadaan lebih dari 3.000 orang Inggris yang berdiam di sana, juga peternakan dan perkebunan milik Inggris. B-P juga mengatakan, “Saya berada 100 mil (sekitar 180 kilometer) dari komandan (jenderal) saya, dan 1000 mil (1800 kilometer) dari sang gubernur (saat terjadinya perang itu), kalau saja jarak saya dengan komandan dan gubernur hanya 5 mil (sekitar 15 kilometer), mungkin saya akan bertindak yang berbeda”.

Ini diucapkan B-P karena walaupun Uwini sudah ingin menyerahkan diri, pasukannya masih terus melawan dan menyerang tentara Kerajaan Inggris maupun pemukiman penduduk Inggris. Maka, B-P melakukan apa yang menurutnya harus dilakukan pada saat itu. Menghukum Uwini untuk menghentikan sama sekali serangan pasukan Suku Matabele.

Soal ini memang masih harus diperdebatkan. Namun yang pasti, B-P terus dipercaya dalam angkatan bersenjata Kerajaan Inggris dan bahkan terus meningkat pangkatnya, dari Letnan, Mayor, Letnan Kolonel, Kolonel, sampai Jenderal. Apalagi setelah dia berhasil memimpin pasukannya mempertahankan kota Mafeking (sekarang Mafikeng) di wilayah yang kini dikenal dengan nama negara Afrika Selatan selama 217 hari dari Oktober 1899 sampai Mei 1900, sebelum bala bantuan tiba. Akibat perjuangannya itu, B-P mendapat julukan “Pahlawan Mafeking” (The Hero of Mafeking).

Belakangan, B-P sendiri mengungkapkan bahwa dengan melihat pengalamannya selama di kemiliteran, perang lebih banyak menghasilkan kisah sedih. Itulah sebabnya, dalam gerakan kepanduan yang didirikannya, B-P menekankan pentingnya persaudaraan seluas dunia bagi seluruh anggotanya. Setiap Pandu adalah saudara bagi Pandu lainnya, dan teman bagi setiap mahluk, begitu diungkapkannya.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kami upvote ya..

Terima kasih banyak