Kuli Tionghoa di Sumatera Utara, 1900-an

in sejarah •  3 years ago 

177118.jpg
Foto: Carl Josef Kleingrothe/National Gallery of Australia

Sampai tahun 1800-an, jumlah orang Belanda yang menetap di Hindia Belanda belum banyak. Kebanyakan yang datang adalah pegawai pemerintah dan tentara. Karena itu jumlah koloni orang Belanda di Hindia Belanda juga belum banyak.

Perkembangan teknologi transportasi dengan ditemukannya kapal uap membuat perjalanan laut menjadi lebih cepat dan tidak mengandalkan arus laut dan angin lagi. Ditambah lagi dengan dibukanya Terusan Suez yang memotong daratan sehingga menghubungkan Laut Mediterania di Eropa dengan Laut Merah di Asia. Jadi kapal-kapal dari Eropa tidak perlu lagi memutar melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan untuk mencapai Asia.

Selain itu perkembangan teknologi telekomunikasi dengan ditemukannya telegraf dan telepon makin mendekatkan Eropa dan Asia. Akibatnya, makin banyak interaksi antara kedua wilayah. Perusahaan-perusahaan swasta Belanda pun makin banyak yang berinvestasi di Hindia Belanda. Membawa serta para pegawainya ke tanah jajahan tersebut.

177119.jpg
Foto: Carl Josef Kleingrothe/National Gallery of Australia

Perusahaan-perusahaan swasta tersebut diantaranya masuk ke sektor pertambangan dan perkebunan. Dengan alasan biaya, kuli-kuli Tionghoa yang murah pun didatangkan dari Tiongkok. Ketika kuli Tionghoa mulai mahal, didatangkanlah kuli-kuli Jawa untuk bekerja di perkebunan-perkebunan di Sumatera.

Foto-foto di atas memperlihatkan kuli-kuli Tionghoa di gudang tembakau di Sumatera Utara sekitar tahun 1900 dengan mandor orang-orang Belanda. Tembakau Deli ini kemudian diekspor terutama ke pasar Eropa.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!