Stasiun Radio-Telepon Malabar, 1934

in sejarah •  3 years ago 

SFA002012227.jpg
Foto: Spaarnestad

Jauhnya jarak antara Belanda dan Indonesia membuat Belanda terobsesi dengan segala teknologi yang bisa mendekatkan jarak antara keduanya. Setelah revolusi transportasi dan telekomunikasi pada abad ke-19 dengan munculnya kapal uap dan telegraf, pada abad ke-20 Belanda berambisi untuk membangun jaringan radio dan telepon nirkabel antarbenua.

Bandung dipilih sebagai lokasi pembangunan stasiun radio-telepon. Antena pemancar tersebar di antara dua gunung, mengarah ke Belanda yang berjarak 12.000 kilometer.

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi nirkabel dimulai pada tahun 1916, kondisi Perang Dunia I tidak memungkinkan untuk mendapatkan kabel dan secara politis sulit untuk membangun di banyak negara yang sedang berperang. Kemudian pilihan jatuh pada mode nirkabel, menggunakan gelombang panjang untuk menghubungkan Indonesia dengan Belanda.

Stasiun radio-telepon Malabar akhirnya selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 1923 dengan mengirimkan pesan suara kepada Ratu Belanda dan Menteri Kolonial pada tanggal 5 Mei 1923.

Selama tahun-tahun berikutnya, stasiun telepon radio pertama dan terbesar di Asia melayani kebutuhan telekomunikasi Indonesia dan Belanda. Orang Belanda yang tinggal di Indonesia sering menggunakan telepon untuk menghubungi keluarganya di Belanda.

Selama pendudukan Jepang, stasiun radio-telepon ini digunakan untuk menyebarkan propaganda militer Jepang ke seluruh Asia. Sejarah stasiun radio-telepon ini akhirnya berakhir ketika dihancurkan oleh pejuang kemerdekaan Indonesia untuk mencegahnya digunakan oleh militer Belanda selama agresi militer.

Foto di atas menunjukkan pemandangan di stasiun radio-telepon Malabar pada tahun 1934.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!