jangan bicarakan andalusia kedua

in sejarahislam •  7 years ago 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Slamat malam para sahabat-sahabat steemian semoga kalian sehat selalu amin,,,

Malam ini kita bahas tentang sejarah Islam. Sejarah panjang dilalui umat Islam di Iberia dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya pemerintahan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar.

Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali (gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah mau tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri, dan akhirnya berhasil mendirikan Kerajaan Asturias, yang berhasil mengalahkan kaum Muslimin dalam Pertempuran Covadonga pada tahun 721.

Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis.dan jugak terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Al-Qairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Iberia.

Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara suku Berber asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Iberia pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.

Pada tahun 740-an, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan khalifah. Pada 746, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.

Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini kaum Muslimin di Al-Andalus belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.

Namun, menurut Ahmad Thomson, pertikaian itu hanya terjadi di kalangan elit politik. Masyarakat Muslim di Andalusia secara umum hidup dalam ketenteraman dan kebaikan. Mereka hidup dengan berusaha mencontoh inspirasi dari sahabat Nabi, juga menerapkan Al-Quran dan Sunnah semampu mereka. Misalnya, pada masa itu, orang Muslim berbondong-bondong belajar agama kepada para syaikh dan Ulama, begitu pula masyarakat Andalusia. Mereka mengirim seseorang yang bernama Yahya bin Yahya Al-Laythi untuk belajar kepada Imam Malik bin Anas. Di kemudian hari, ia menjadi Imam Madzhab Maliki.

Kekhalifahan Kordoba c. 1000 pada masa kejayaan Al-Mansur.
Pada 750, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada 756, pangeran Umayyah di pengasingan Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya. Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.

Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.

Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kemartiran. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Al-Andalus tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara, di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.

Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada 912, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada 929 ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.

Periode kekhalifahan ini dianggap oleh para penulis Muslim sebagai masa keemasan Al-Andalus. Hasil panen yang diperoleh melalui irigasi serta bahan makanan yang diimpor dari Timur Tengah mencukupi untuk penduduk Kordoba dan kota-kota lainnya di Al-Andalus, dengan sektor ekonomi pertanian paling maju di Eropa. Kordoba dibawah kekhalifahan ini memiliki populasi sekitar 500.000, mengalahkan Konstantinopel sebagai kota terbesar dalam hal jumlah maupun kemakmuran penduduk di Eropa.[9] Dalam dunia Islam, Kordoba merupakan salah satu pusat budaya yang maju. Karya-karya ilmuwan dan filsuf Al-Andalus, seperti Abul Qasim dan Ibnu Rusyd memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan intelektual di Eropa zaman pertengahan.

Orang-orang Muslim dan non-Muslim sering datang dari luar negeri untuk belajar di berbagai perpustakaan dan universitas terkenal di Al-Andalus. Yang paling terkenal adalah Michael Scot, yang menerjemahkan karya-karya Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan Al-Bitruji dan membawanya ke Italia. Karya-karya ini kemudian memiliki dampak penting dalam berawalnya Renaisans di Eropa. image

Inilah sejarah panjang yang di lalui ummad Islam pada masa Andalusia dan ini lah sejarah yang harus jadi pengalaman kita dan jangan biarkan non Islam menjadi pemerintah di negri yang indah ini.

Sekarang pun Tengah terjadi konflik di Palestina dan jangan biarkan lah palestina menjadi andalusia kedua di negeri Islam itu bantu lah negeri tersebut Simbanglah harta benda kalian dan doailah mareka yang tengah menegak kan kebenaran di sana yang mempertahankan Baitul maqdis.

Sesungguhnya doa itu adalah senjata paling ampuh bagi ummad Islam dan negri tersebut adalah negeri yang mempunya banyak sejarah para para nabi, semoga mareka bisa mempertahankan dan menjadi majadi mardeka karna penderitaan cukup lama mereka rasakan amin yaaa Allah amin ya rabbal alamain.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hai saya adalah sebuah robot yg mengupvote postingan anda
Text anda di atas sama dengan yg saya baca barusan 😂😂 @fauzanazhima