Hari pertama pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan presentasi pembekalan yang dibagi dalam tiga kelompok. Pembekalan ini sudah dilaksanakan oleh peserta selama kurang lebih tiga bulan sebelumnya. Hari-hari berikutnya selama lima hari pedalaman materi sesuai dengan modul pembekalan ditambah suplemen dari LPTK, meskipun ini merupakan pedalaman materi, kadang-kadang yang memberikan materi pun masih jauh peserta lebih kompeten. Sebagai contoh untuk penilaian sampai C7 😂😂😂😂
Hari ke enam peserta akan mengikuti Ujian Tulis Lokal (UTL) yang sangan menegangkan, setelah mengikuti ujian tidak sedikit yang tumbang, eeeettt jangan salah bukan sakit tapi tidak lulus. Namun setelah pengumuman baru ramai yang mengalami demam. Setelah mengikuti UTL sampai dengan hari kesebelas peserta diminta untuk menyusun rencana pembelajaran yang akan dipakai untuk peerteaching dan uji kinerja. Semua kegiatan dilakukan dengan berdarah-darah, dan tiba saat puncaknya yaitu UTN dengan kondisi fisik, pzsikologis sudah habis, rapuh dan lelah. Ketika membuka soal UTN, semua peserta terbelalak matanya bukan melihat hantu, akan tetpi melihat soalnya level HOTS tertinggi yang menurut saya hanya sk pembuat soal yang bisa menjawabnya (terimakasih bapak/ibu pembuat soal yang telah mempersulit hidup kami).
Rasanya materi selama 3 bulan pembekalan dan 11 hari PLPG dk mentahkan dengan hasil UTN ini, soal sama sekali tidak mencerminkan materi dimodul maupun kisi-kisi. Bapak menteri, bapak dirjen GTK, mohon jangan dijadikan UTN dengan nilai 80 ini jadi penentu kelulusan sertifikasi guru. Kami menyadari bahwa nilai 80 adalah nilai ideal, tapi mohon empati terhadap kami. PLPG rasanya tidak berarti jika nilai UTN di bawah 80 dengan soal-soal hanya dapat dijawab oleh sipembuat soal, atau malah si pembuat soal juga tidak dapat mencapai nilai seperti diwajibkan untuk peserta PLPG.