!
Film ini mengupas fakta mengenai Industri dan bisnis Rokok di Indonesia, Penetrasi Rokok dalam masyarakat Indonesia. Di awal film kita bisa melihat seorang anak kecil yang sudah merokok sebanyak 2 bungkus perharinya.
Dalam Konferensi Dunia untuk Tembakau 2010 Koresponden Christof Putzel pergi menyelinap dan melakukan pembicaraan dengan karyawan perusahaan tembakau. Ia juga melakukan wawancara dan investigasi langsung mengenai bocah perokok terkecil di dunia serta memaparkan mengenai fakta-fakta cengkraman bisnis tembakau global dan Indonesia.
Alangkah jauhnya budaya merokok di negeri ini dengan negara-negara maju yang mendahului dalam masalah industri rokok. Amerika dan negara-negara Eropa yang merupakan biang keladi atas menyebarkan budaya merokok kini masyarakatnya ramai-ramai meninggalkan norma yang merugikan kesehatan dan konsumtif ini. Masyarakat di negara maju telah memahami akan bahaya rokok bagi kesehatan tubuh dan emosional mereka.
Indonesia ingin meniru negara-negara maju dalam meninggalkan kecanduan akan rokok, maka membutuhkan upaya serius dari otoritas di negeri ini buat membungkam promosi atau iklan rokok sekaligus dibuat anggaran yang memberatkan bagi perokok. Sebagai contoh harga rokok di salah satu negara bagian di Amerika mencapai hingga 12 USD. Akibatnya banyak perokok yang tidak ingin membeli rokok sebab harganya yang sangat mahal, bila dirupiahkan sekitar seratus ribu lebih.
Selain itu dengan seringnya anak-anak melihat orang dewasa yang merokok, akan mendorong mereka buat ikut menikmati rokok juga. Meski saat itu dia tidak merokok, namun pada suatu saat nanti dia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya.
Masalah ini merupakan imbas dari merokok yang akibat negatifnya akan terlihat beberapa tahun ke depan. Dan akibat ini bukan hanya terjadi pada kesehatan saja, namun juga pada sisi ekonomi atau kehidupan sosial yang lain. Maka dari itu sistem penanggulangan merokok terhadap anak-anak harus secepatnya diwujudkan.
Masalah rokok pada anak-anak akan berimbas pada emosi anak hingga tingkah lakunya. Dikarenakan merokok ialah aktivitas yang dilarang oleh pihak sekolah maupun orang tua. Anak yang merokok menandakan dirinya melewati batasan anggaran yang ditetapkan atas dirinya, maka lama-kelamaan dalam dirinya akan muncul norma buat melanggar anggaran dari masyarakat, forum sampai perintah orang tua.
Memang tidak bisa dikira secara merata bahwa anak-anak yang nakal ialah mereka yang akrab dan sering merokok. Tetapi dari klarifikasi sebelumnya para pembaca bisa menyimpulkan interaksi antara merokok dengan kepribadian anak-anak. Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak kecil di rumah hendaknya mulai membuat sistem anggaran yang bisa menjauhkan mereka dari bahaya rokok. Dan akan lebih mengena bila anak-anak mulai dikenalkan terhadap pengaruh negatif dari asap rokok. Karena pada usia dini, anak-anak cenderung untuk merasa ingin tahu terhadap sesuatu dan ingin menobanya. Jadi alangkah baiknya jika kita mengajarkan yang terbaik bagi mereka dan menghindari merokok didepan mereka bagi yang perokok, dan memberikan motivasi lebih terhadap anak akan bahayanya rokok bagi kesehatan.