Strategi Menembus Media | #AyoMenulis-13 |

in steemit-education •  7 years ago  (edited)

Sahabat Steemians, mengirim sebuah tulisan ke media massa di era milenia ini sangat mudah sejauh memiliki email dan mengetahui alamat email redaksi media bersangkutan. Bandingkan zaman dulu ketika calon penulis harus mengetik artikel baik dengan mesin tik maupun komputer, melipat dengan rapi ke dalam amplop, lalu mengirimkannya melalui Kantor Pos dan Giro. Butuh beberapa hari untuk sampai ke meja redaksi.

Bagaimana naskah yang kita kirim bisa dimuat di media?

Air Matamu@ayijufridar.jpg

Saya punya pengalaman menarik di era 1990 sampai 1997 ketika masih mengirim naskah dalam bentuk fisik ke media massa. Menulis adalah satu masalah, dan mengirimkannnya ke media massa adalah masalah lain. Setelah selesai mengetik nashkah, belum tentu bisa segera mengirim ketika tidak memiliki uang untuk membeli perangko. Terkadang ada naskah cerpen panjangnya sampai 12 halaman karena harus diketik dua spasi, butuh biaya yang lebih besar. Sudah begitu, belum tentu cerpennya dimuat.

Masa penantian ini relatif, tergantung medianya dan tergantung nasib juga. Saya pernah punya pengalaman unik ketika mengirim sebuah cerpen berjudul Setelah Dua Tahun ke majalah remaja Aneka. Di masa-masa 1993 sampai 1996 saya menulis sangat produktif karena membiayai kuliah dari menulis. Sebulan, sekitar 10 naskah saya kirim ke berbagai media cetak. Dimuat satu saja, sudah cukup membantu untuk meringankan beban orang tua dan diri sendiri. Ajaibnya, cerpen Setelah Dua Tahun baru muncul di Aneka setelah dua tahun penantian!

Tentu saja kita tidak bisa diam menunggu sampai dua tahun. Setelah mengirim satu naskah, kita sudah disibukkan menggarap naskah lain. Di masa lalu ketika belum ada internet maupun saat ini, ketentuan tersebut berlaku. Setelah kirim satu artikel ke media massa, segera pindah fokus ke tulisan yang lain.

Saya sendiri punya kebiasaan mencatat naskah apa pun yang sudah dikirim, tanggal, judul, dan nama medianya. Dengan begitu bisa memantau naskah apa saja yang sudah terkirim sekaligus menghindari terjadinya pengiriman naskah sama kepada dua media berbeda atau lebih. Banyak kejadian seperti ini menimpa penulis besar. Tidak selamanya akibat kesalahan penulis. Bisa jadi penulis sudah memberitakan catatan di bawah naskahnya bahwa bila dalam tiga bulan naskah ini tidak dimuat, maka akan dikirim ke media yang lain. Atau pernah ada kejadian, penulis menerima surat penolakan terhadap naskahnya sehingga ia mengirimkan ke media lain. Tapi kemudian media yang semula menolak malah memuatnya juga sehingga ada dua media yang memuat tulisan yang sama.

Untuk bisa menembus media massa, tergantung dengan empat hal; siapa kita, apa yang kita tulis, kapan, dan bagaimana menuliskannya.

a. Nama besar

Sebuah tulisan yang sulit ditolak redaktur adalah, tulisan yang bagus, ditulis dengan cara memikat, pada saat yang tepat, oleh orang yang memiliki kapasitas pula. Ketika sebuah tulisan dikirim seorang penulis pemula tetapi disajikan dengan menarik, ulasannya mendalam dan sesuai dengan isu kekinian, redaktur juga sulit menolak. Tidak selamanya nama besar menjadi jaminan. Cerpen Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Pohon, menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 2014.Cerpen ini ditulis Faisal Oddang, seorang mahasiswa yang baru pertama kali cerpennya dimuat di Kompas. Padahal, banyak penulis top lain yang sudah menjadi empu dalam kesusastraan Indonesia.

Jadi, jangan minder kalau belum memiliki nama besar. Penulis senior pada mulanya juga seorang junior. Mereka mengalami proses panjang mulai dari belajar menulis, mengirim ke media massa, ditolak, dan menulis lagi. Dibutuhkan kerja keras sebelum memiliki nama besar. Predikat penulis senior diperoleh dengan karya, bukan senior karena usia. Kalau usia sudah sepuh tetapi karya belum ada, itu artinya penulis tua.

Nama besar di sini termasuk kedudukan penulis terhadap topik tulisan yang diangkat. Kadang, sebuah opini dimuat karena penulisnya dianggap memiliki kapasitas terhadap permasalan yang diangkat.

b. Tema menarik

Menulislah dengan tema-tema menarik yang jarang digali orang lain. Untuk itu, harus jeli dan kreatif melihat tema-tema baru. Untuk tulisan opini di media massa, sebaiknya fokus ke satu bidang saja sesuai dengan minat dan latar pendidikan atau pekerjaan. Apakah mau fokus ke pendidikan, politik, ekonomi dan bisnis, masalah sosial, gaya hidup, dan sebagainya.

Jangan khawatir akan kekurangan ide jika hanya expert di satu bidang saja, sebab begitu banyak hal yang bisa digali untuk diangkat ke dalam sebuah tulisan. Masalah pendidikan—misalnya—begitu luas sehingga tidak ada permasalahan di muka bumi ini yang tak bisa dikaitkan dengan persoalan pendidikan. Jadi, ketika hendak menulis opini bertema pendidikan, tidak hanya ketika menunggu momentum hardiknas atau hardikda semata. Di sinilah dibutuhkan kejelian dalam mencari isu baru dan korelasinya dengan pendidikan. Masalah korupsi, moral yang bobrok, perilaku kekuasaan yang rakus, semuanya bisa dianalisis dengan pendekatan pendidikan.

Kata kuncinya adalah kreatif, jeli, dan gigih.

c. Tulisan memikat

Nama besar bukan jaminan. Ketika baru memulai menulis, bangunlah keyakinan tulisan tersebut akan menarik dan itu merupakan bagian dari proses menjadi penulis besar. Keluarkan seluruh kemampuan untuk menghasilkan tulisan semenarik mungkin sehingga—meski redaktur belum pernah mendengar nama kita—tidak ada pilihan lain selain memuat tulisan tersebut.

Setiap hari, editor menerima puluhan tulisan dengan berbagai tema. Bukan tidak mungkin, sebuah tulisan yang bagus pun terlewatkan. Dalam menyeleksi opini, redaktur bisa saja mengalami kejenuhan, dan itu manusiawi. Kejenuhan, hilang konsentrasi, bisa membuat sebuah tulisan bagus tidak terpantau atau sebuah tulisan buruk lolos seleksi.

Sejumlah penulis, mengatasi masalah ini dengan trik tertentu. Misalnya, membuat judul yang memancing minat (eye catching) dan unik, dengan kalimat pembuka yang meledak, atau gabungan keduanya. Kalau kalimat pembuka sudah menarik dan disusul dengan paragraf membangkitkan minat, maka mataa pembaca akan terpaku sampai tulisan selesai. Menjaga hasrat pembaca untuk menyelesaikan bacaan sampai akhir merupakan salah satu tantangan berat yang dihadapi penulis.

Untuk opini, tulisan yang memikat bukan saja disampaikan dengan bahasa yang indah, tetapi juga dengan pesan dan argumentasi yang kuat serta logis. Hal itu juga berarti adanya dukungan data yang akurat dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, terlepas pembaca setuju atau tidak terhadap data dan argumentasi kita.

d. Waktu (timing) tepat

Banyak tulisan yang bagus tetapi tidak bisa dimuat karena isunya sudah berlalu atau tidak up to date. Khusus untuk opini, momen itu sangat penting sehingga sebaik apa pun tulisan tersebut, jika momennya sudah lewat atau terlalu cepat, maka tidak bisa dimuat.

Rumusnya dalam menjaga momen; tidak terlalu cepat, tapi juga tidak telat. Harus tepat. Kalau tulisannya sedap, pasti dimuat.

Ingat, momen itu terkadang hanya satu hari saja sehingga berikan waktu bagi editor untuk menyeleksinya. Ada penulis terkadang memberi “warning” kepada editor jika opini tersebut tidak dimuat sampai tanggal sekian akan dikirimkan ke media lain. Misalnya, jika sampai tanggal 26 Desember tulisan tentang 11 tahun tsunami tidak lain, mungkin ia akan menarik kembali opini tersebut dan mengirimnya ke media online, misalnya. Penegasan ini dianggap penting untuk menghindari dimuatnya tulisan sama di media berbeda, dan ini dinilai tabu dalam dunia tulis-menulis.

e. Komunitas yang kuat

Saat ini berkembang berbagai komunitas penulis di berbagai daerah di Indonesia. Forum Lingkar Pena (FLP) merupakan salah satu komunitas penulis yang besar dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia di mana 70 persen anggotanya merupakan perempuan (Mahayana, 2012). Ada juga Komunitas Utan Kayu dengan Gunawan Mohammad dan Ayu Utami sebagai ikonnya, ada Komunitas Sastra Indonesia, dan masih banyak komunitas penulis lainnya yang bisa menjadi tempat berbagi ilmu dan informasi. Bahkan, guru juga memiliki komunitas kepenulisan seperti Agupena.

Komunitas adalah sekadar wadah yang tidak melahirkan kreativitas karena kreativitas lahir dari individu (Mahayana, 2012). Namun, dalam komunitas lahir berbagai gagasan, pemikiran, kritik, dan terjadi pertukaran gagasan yang mengubah pola pikir seorang individu. Namun, jangan sampai komunitas penulis terjebak dalam aktivitas organisasi semata dan kurang berkarya.

Mengapa perlu bergabung dengan komunitas kepenulisan?

  1. Mendapatkan berbagai informasi baik pelatihan maupun lomba menulis.
  2. Saling mengoreksi tulisan sehingga menjadi lebih baik.
  3. Menjaga semangat menulis.
  4. Mempromosikan karya.

f. Membaca yang giat

Cara menjadi penulis hanya dua; menulislah terus dan membacalah terus. Tidak ada penulis yang tidak suka membaca. Menulis dan membaca adalah satu paket, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Membaca bukan saja menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bidang tertentu, juga menambah pengetahuan menulis, kosa kata, dan tata bahasa. Membca juga termasuk salah satu langkah dalam mendapatkan ide kepenulisan dan mengatakan writing block. Penulis Amerika kelahiran Uni Sovyet, Vladimir Nobokov (1899 – 1977) menyebutkan, pembaca yang baik memiki kekayaan imajinasi, ingatan, kosa kata, dan sejumlah kekayaan artistik.

Sebelum mengirim tulisan ke sebuah media massa, banyak-banyaklah membaca tulisan orang lain yang pernah dimuat di media tersebut. Bukan berarti melakukan plagiat atau meniru gaya menulis orang lain, tetapi setiap media mempunyai visi berbeda, demikian juga gaya penulisan. Bahkan, seorang penulis yang jeli, sampai masalah kecil diperhatikan. Misalnya, di Kompas ditulis “Lhok Seumawe” dan di media lain “Lhokseumawe”. Atau di Kompas ditulis “Sumatera” dan di Republika “Sumatra”. Mana yang benar, setiap media memiliki argumentasi masing-masing. Media besar biasanya memiliki direktur bahasa.

Ada penulis, sebelum menghasilkan sebuah tulisan sudah meniatkan ke media mana tulisan tersebut akan dikirim. Ada juga penulis yang tidak mau memikirkan soal itu. Baginya, menulis saja dulu agar tidak terkekang dengan batasan-batasan yang ada. Setelah tulisan selesai, baru akan dikirim ke media yang sesuai. Tapi ada juga yang tidak merasa terkekang karena soal batasan itu hanyalah menyetel konsep berpikir saja.

Nah, sahabat Steemians termasuk tipe mana?


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hampir saja jenuh untuk menulis, dapat lagi motivasi yang kuat dari tulisan bang @ayijufridar, terima kasih bang telah berbagi

Tulisan Bang Ayi merupakan salah satu tulisan yang saya tunggu2. Thanks atas sharingnya Bang Ayi

Pasti bacanya sambil p_push up_tadi Bro @damanhurabbas, hehehehehe....

Harus di-upvote dan dibaca karena ini penting. Bagi penulis pemula, tulisan ini harus menjadi Sutasoma yang harus dibaca-baca berulang ulang. Atau seperti Jangka Jayabaya yang bisa meramalkan nasib tulisan kita untuk bisa dimuat atau tidak.

ngono nggih

Saya suka saya suka saya suka @teukukemalfasya karena dibuat dengan huruf besar yang tentu saja menghabiskan lebih banyak tinta.

Tulisan bg @ayijufridar ga dpt kita potong.
Thanks ya bg tips nya

Keren dan sangat bermanfaat! Kalau boleh tambah satu dari pengalaman saya pribadi adalah miliki ciri khas yang kuat dalam setiap tulisan. Tulisan yang memiliki ciri khas dan karakter yang kuat akan sangat menarik bagi media dan pembaca. Salam hangat selalu.

Hampir gak sanggup baca sampai habis. Kepanjangan..... Tp karena yang nulis adalah tokoh penting di Steemit, yang dengan terpaksa saya baca juga. Hahahaha....

Jangan sampai habis Pan @dsatria, nanti tidak ada yang tersisa bagi orang lain. Sisakan meski sedikit. Jangan seperti si mereka itu; The Winner Takes All.

This post has been ranked within the top 80 most undervalued posts in the first half of Sep 19. We estimate that this post is undervalued by $10.60 as compared to a scenario in which every voter had an equal say.

See the full rankings and details in The Daily Tribune: Sep 19 - Part I. You can also read about some of our methodology, data analysis and technical details in our initial post.

If you are the author and would prefer not to receive these comments, simply reply "Stop" to this comment.

Ini tulisan yang saya cari-cari, hehe. Terimaksih bang @atijufridar motivasi yang sangat berguna. Semoga bisa segera saya terapkan.

Bermanfaat utk para pemula. Tulisannya mudah dipahami tp agak sulit sy praktekkan.

Perlu bimbingan khusus u tembus ya bg @ayijufidar

Suatu masukan yang bagus untuk penulis pemula, saya memilih menulis tanpa batasan dan kekakangan, kadang kala menulis mengikuti suatu gaya menulis media tertentu membuat pikiran kita tertekan, mengikuti aturan baku dan etika umum menulis yang baik sudah cukup bagi saya. Tinggal memoles tulisan kita dan gaya menulis yang cocok bagi kita... siip :)