Dalam ingatan saya, Abu Furaihan terkesan menyudutkan warga dayah sudah dua kali.
Sebelumnya ia seakan ahlinya saat menjelaskan “Sulok”, amalan yang banyak dikerjakan oleh kalangan dayah dan pengikutnya. Dalam vidio ia menyebutkan orang yang sedang Sulok dilarang makan makanan berdarah seperti daging dan penjelasan lainnya yang melenceng dari pada pemahaman ahli sulok sendiri.
Sejatinya begini. Sulok itu punya beberapa adab. Diantaranya menutup kepala, tidak banyak berbicara, dan tidak boleh makan makanan berdarah.
Khusus makanan berdarah seperti daging dan ikan, dilarang makan tidak mencapai tingkat hukum haram sebagaimana halal haram dalam Islam. Tapi dilarang sebagai adab dalam menjalankan ritual sulok.
Kenapa dilarang makan makanan berdarah?
Pertama, daging itu bisa meningkatkan tekanan darah. Bahasa sederhana kami “tambah darah”, walau sebenarnya bukan darah yang bertambah. Semua orang tau, jin itu masuk dalam tubuh manusia lewat darah/pembuluh darah. Nabi juga sudah menjelaskan dalam hadisnya. Jadi, inti dilarang makan daging agar celah-celah godaan jin dapat dihindari dan ditutup. Itu alasan pertama.
Kedua, ketika manusia makan daging atau ikan, nafsu untuk dunia khususnya nafsu pada makanan lezat akan meningkatkan. Silahkan anda mencicipi sedikit saja makanan yang terlihat lezat, tentu nafsu untuk menambahkan porsi akan naik.
Nah, orang sulok itu tujuannya untuk mengurangi nafsu mereka pada kemegahan dunia. Mengurangi nafsu pada lawan jenis, mengurangi nafsu pada harta, mengurangi nafsu pada jabatan, dan sebagainya. Caranya dengan meninggalkan makanan berdarah.
Anda tentu pernah puasa. Saat puasa nafsu manusia turun, fisiknya agak sedikit lemah. Intinya apa? untuk mengurangi nafsu apapun.
Itu saja penjelasan larangan makan makanan berdarah pada jamaah sulok. Tidak dilarang dengan status haram, yang justru melawan hukum Allah yang telah menghalalkan daging dan ikan kecuali memang hewan yang terlarang seperti babi.
Vidio baru-baru ini ia kembali mengomentari ulama kharismatik Aceh. Tetapi hanya yang di foto. Memang hampir tiap warung kopi dan toko-toko, bahkan rumah-rumah di tanah rencong memajang foto-foto ulama kharismatik Aceh.
Abu Furaihan sangat-sangat super khawatir, lima puluh tahun sampai ratusan tahun berikutnya generasi Aceh akan menganggap foto-foto ulama itu sebagai sebab datangnya rezeki. Teks aslinya begi; nyoe geu tipek bak waroeng kupi tanyoe le ureung syik tanyoe awai pasti karena nyoe penyebab datangnya resaeuki. Ka reut ke syirik.
Dalam teks tambahan, “ini pasti orang tua kita memajang foto ulama ini khusus ulama. Buktinya bukan foto yang lain. Di tempat kita bekerja, ini menunjukkan karena sumber berkah. Mengharap berkah kepada makhluk adalah syirik”
Sejauh ini, bila ditanya soal foto ulama pada anak kecil, mereka pun tahu bahwa itu foto manusia/teungku. Tidak sampai sebodoh itu menganggap foto ulama tersebut penyebab datangnya rezeki. Apalagi harus merusak iman.
Mereka memajang foto di tempat usaha dan rumah sebagai bukti terkecil cinta mereka pada ulama. Sebagai daya untuk memikat anak-anak mereka pada ulama yang bisa ditatap setiap hari. Silahkan anda tanya pada mereka yang memajang foto ulama di rumah dan warkop. Keinginan terkecil orang tua adalah agar anak-anak mereka menjadikan ulama yang di foto tersebut sebagai panutan, yang akhirnya akhlak generasi terjaga.
Seorang itu akan terbiasa hidup dengan apa yang ia senangi. Bila ia fans Christiano Ronaldo, ya dalam kamarnya banyak foto-foto Ronaldo, bahkan di handphone sekalipun. Pasti dia tak mau ketinggalan nonton bola yang pemainnya termasuk Ronaldo.
Bila seorang fans pada ulama, yang di mulutnya ulama terus yang menjadi bahan pembicaraan. Di rumah dan warkop banyak dipajang foto-foto ulama. Kenapa? Karena ulama pewaris Nabi. Bukan pembawa petaka seperti tuduhan akan merusak iman dengan anggapan foto ulama penyebab datang rezeki.
Selama ini, banyak foto-foto presiden Republik Indonesia mulai dari Soekarno hingga Jokowi dalam setiap ruangan pemerintahan. Namun belum ada orang yang gila menganggap foto itu sebagai pembawa rezeki, atau pembawa rahmat yang menyebabkan Indonesia merdeka, aman dan sajahtera.
Abu Teuming. Tinggal di Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie, Aceh Besar.