Fomo merupakan singkatan fear of missing out. Fomo artinya takut ketinggalan (berita terbaru di media sosial). Penyakit Fomo ini rawan sekali menyerang para pengguna jejaring sosial.
Jika kamu termasuk orang yang risau jika belum membuka media sosial setiap sekian menit sekali, mungkin saja kamu bisa dimasukkan ke dalam golongan penderita Fomo.
Apalagi jika dilakukan survei kecil untuk mengetahui kadar ke-fomo-an seseorang dan jawabanmu banyak yang YA, maka akan semakin kelihatan sekali level Fomo yang kamu derita. Zaman modern saat ini adalah zaman yang ironis. Semakin canggih teknologi dan semakin maju cara berpikir masyarakat, justru semakin banyak pula ‘penyakit’ sosial baik yang konkret maupun yang, well, kurang konkrit. Salah satu contohnya adalah perkara FOMO ini.
Empat orang peneliti dari University of Essex, University of California, dan University of Rochester pernah meneliti fenomena ini dalam research mereka yang berjudul Motivational, Emotional, and Behavioral Correlates of Fear of Missing Out Mereka mendefinisikan FOMO atau fear of missing out sebagai semacam ketakutan yang dirasakan oleh seseorang bahwa orang lain mungkin sedang mengalami suatu hal atau kejadian menyenangkan, namun orang tersebut tidak ikut merasakan hal tersebut. Lebih sederhananya, FOMO dapat diartikan sebagai takut ketinggalan hal-hal menarik di luar sana dan/atau takut tidak eksis.
• Apakah Anda selalu membuka dan menyimak dengan saksama setiap akun socmed, seperti Path, Instagram, Twitter, Facebook, dan lain-lain setiap beberapa menit sekali—bahkan saat Anda sudah mau tidur—karena Anda ingin tahu apa yang teman-teman Anda sedang lakukan?
• Apakah Anda selalu mengiyakan dan mendatangi setiap undangan party atau acara yang tampaknya tak terlalu penting karena Anda berpikir “siapa tahu acaranya seru” atau “siapa tahu nanti ketemu orang penting”?
• Saat ada meeting di kantor dan Anda tidak diundang, apakah Anda langsung mencari tahu mengapa Anda tidak diundang ke meeting tersebut?
• Apakah Anda merasa takut ketinggalan saat tak bisa menghadiri sebuah ajakan ketemuan dengan teman-teman lama?
• Apakah Anda merasa sebal ketika teman-teman satu geng menertawakan suatu lelucon yang tidak Anda pahami?
• Apakah Anda selalu melakukan update status di socmed saat sedang berada di acara yang menyenangkan?
• HIDUP di abad modern ini, gadget atau Android menjadi satu kebutuhan primer masyarakat. Media sosial (medsos) sudah menjadi satu “menu wajib” bagi anak muda. Tidak bisa dipungkiri fasilitas canggih ini telah memberikan kemudahan untuk akses informasi, memudahkan bersosialisasi dan berkomunikasi antara satu sama lainnya kapan pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh sekat ruang dan waktu.
Kehadiran telepon pintar (smart phone) nan canggih ini telah menciptakan gaya hidup baru bagi masyarakat. Di zaman serba digital ini masyarakat bisa melakukan banyak hal hanya melalui ujung jari. Kita bisa melihat di sekeliling kita masyarakat telah sangat akrab seolah tidak terpisahkan dengan sahabat karib bernama Android itu.
Di antara berbagai macam aplikasi dalam Android, medsos telah mengambil peranan yang sangat besar di hati masyarakat, terutama kawula muda. Medsos telah mampu menciptakan ruang interaksi yang lebih luas, menambah relasi, menjadi sumber penghasil pundi-pundi rezeki, bahkan mampu mendekatkan orang yang terpisah oleh jarak yang jauh.
Namun, di antara banyaknya manfaat medsos itu, tidak saja membawa dampak positif bagi masyarakat, akan tetapi efek negatifnya juga ada. Ini terjadi karena menggunakan medsos secara tidak wajar. Tulisan ini tentu bukan untuk menolak pentingnya fasilitas medsos buat kita, namun tulisan ini semacam warning untuk kids zaman now yang keblablasan dalam penggunaan medsos.
• Penyimpangan psikis
Indonesia termasuk satu negara dengan pengguna media terbesar di dunia. Belakangan ini banyak sekali pengguna medsos yang secara sadar atau tidak, telah jatuh dalam buaian kenikmatan dunia maya. Pada saat berselancar di internet, penulis menemukan informasi bahwa penggunaan medsos secara tidak wajar bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam hidup, bahkan ditahap yang lebih parah bisa menyebabkan gangguan jiwa.
Lebih jauh penulis telusuri ternyata penyakit yang dialami oleh kids zaman now itu bernama Sindrom FoMO (Fear of Missing Out). FoMO adalah sebuah gejala psikologis takut ketinggalan berita terbaru. Istilah zaman now “takut gak update”.
FoMO dianggap salah satu penyakit bagi para pengila medsos. Hal ini disimpulkan dari hasil studi yang dilakukan pada Februari-Mei 2017 oleh RSPH (Royal Society of Public Health), yaitu sebuah lembaga independen untuk kesehatan masyarakat di Britania Raya, Inggris.
Hasil survei tersebut menyebutkan 40% pengguna medsos mengidap penyakit FoMO. Kepala Eksekutif RSPH Shirley Cramer CBE mengatakan, “Media sosial lebih membuat kecanduan ketimbang rokok dan alkohol yang merasuki kehidupan anak muda, sulit mengabaikan Media sosial ketika bicara maslah mental anak muda”.
Masih dari hasil survei itu, juga dipaparkan sebuah hasil bahwa dari lima medsos yang paling populer di dunia, Youtube dianggap sebagai medsos paling sehat dan Instagram dianggap sebagai medsos paling buruk bagi penggila medsos.
Memang seperti apa sih ciri-ciri/gejala fomo yang muncul dalam diri seseorang?
- Keseringan membuka media sosial. Tanpa nunggu ditanya, interogasi diri sendiri, yuk? Berapa hari sih log in ke akun-akun media sosial kita? Kalau sudah, jawab sendiri deh, jumlah itu wajar enggak? Kalau udah mencapai too much alias keterlaluan, demi masa depan yang baik dan benar, mohon kendalikan, ya? (nyuruh sama diri sendiri) Hehe.
- Kelamaan di dunia maya. Sama kayak poin sebelumnya. Kita tanya diri sendiri aja, di dunia maya itu seberapa lama dan ngapain aja? Penting, enggak? Oke, jadwal log in kita mungkin cuma sehari sekali, tapi kalau yang sekalinya itu malah berdurasi delapan belas jam? Whooaaa!
- Mengkhianati dunia nyata demi media sosial. Maaf, bahasanya emang rada provokatif, ya. Tapi udah deh, intinya kalau kita bisa sampai mengorbankan realitas demi dunia di media sosial… patut diwaspadai tuh. Misalnya kita kerap merampok waktu untuk beraktivitas di media sosial ketika tengah sibuk di dunia nyata. Misal ketika kerja, sekolah bahkan sampai ketika jalan kaki atau dalam kendaraan.
- Berkorban demi jadi update. Mungkin kita pernah kepikiran, kalau kegiatan di dunia maya itu cukup menguras waktu dan dana. Bahkan ada yang sampai tidur larut karena sibuk di dunia maya. Aneh, ya? Walau tak menguntungkan dari segi apapun, kita sampai mengorbankan jatah istirahat tubuh. Begitu pun dengan jatah uang buku kita, misalnya, yang tega kita pakai demi pulsa atau mojok di warnet. Kecuali kalau untuk sesuatu yang baik dan benar, maka hal ini enggak terlarang. Hehe
- Penasaran akut sama link-link yang tersebar. Link ini bisa bersumber dari teman, fans page, akun portal berita, dsb. Bagus sih, jadi kita bisa TAPI HATI-HATI nih, jangan nge-klik sembarangan. Sebab, satu klik bisa mengubah hidup kita. Aish! dramatis amat. Hehe, maksudnya takut datang dari virus atau hacker, gitu.
- Penasaran akut sama pemberitahuan/notifikasi. Nah, ada kalanya ketika mata sedang jelalatan di semesta maya, tiba-tiba nongol pemberitahuan. Padahal enggak ada hubungannya sama pribadi kita, tapi karena ingin tahunya menggebu, eh diklik aja. Bukan haram sih, hanya saja lebih baik dipertimbangkan. Bisa ngeluyur ke mana-mana tuh! Hehe
- Penasaran akut sama kronologi/timeline seseorang. Ya, zaman sekarang mungkin kita sudah maklum. Sering pengin tahu sama profil seseorang. Biasanya sama mantan, crush, idola bahkan orang asing yang bikin penasaran! Soal status mereka, posisi mereka lagi di mana, mereka lagi ngapain aja, dsb. Sekali lagi, enggak ada yang salah. Itu hak kita. Tapi, mohon utamakan dulu urusan hidup kita sendiri, ya. Jangan sampai terlalu ingin tahu orang lain dan dunianya sampai melupakan kehidupan sendiri.
- Penasaran akut sama percakapan orang lain. Hal ini bisa kita lakoni tanpa sadar. Ketika berselancar di dunia maya, tiba-tiba ada status teman, terus ada yang mengomentarinya. Kita enggak ikut komen sih, cuma tetiba pengin tahu aja sampai pengin tahu banget. Lupa deh sama status sendiri dan para komentatornya. Hehe
- Punya perasaan khawatir bahkan merasa bersalah karena sudah lama enggak buka media sosial. Hmmm pernah enggak sih ngerasa yang beginian? Mendadak khawatir gitu. Sampai diri kita bertanya-tanya entah pada siapa. Misalnya; “Duh! di beranda fesbuk lagi rame apa, ya?”, “Timeline twitter apa ya yang lagi ngetren?”, “Omg! daku enggak punya G+, jadi berasa manusia purba!”, dst. Nah, nah, hati-hati! Hehe
Semoga bermanfaat jangal lupa ikuti dan upvote saya @mahrizal2imogen
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.pollindo.com/sindrom-fomo-penyakit-sosial-zaman-now/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit