It's about "Do not be Mistaken with the Process"
Difficult: Conditions that are avoided
we are talking about difficult or bad conditions. Where this condition is very we avoid, or details we want to change the difficult conditions to pick up the successful position (delicious).
The wrong attempt
But some of us do not understand that pleasure is felt after the work we do. Simply put, pleasure is a good reward from good process anyway.
And can dipastika that, sign there is a good process, then the results or wages received also less satisfactory.
The difference indicator success
Success or enjoyment is abstract and everyone has different indicators. Some measure it with material and some measure it with non-materila, even on material size there is still difference of each person.
The unpleasant thing is there are still people who just want to achieve success without having to go through the process itself. Yet the process itself that makes a sense of pleasure is there, and the greater the effort a greater person also pleasure later that he felt.
Alternative concepts
Steemian's friend, there is an interesting concept offered in the Islamic perspective to equalize the indicator of pleasure or success in each person, that is, gratitude (the term in Islam)
Gratitude (grateful) is meant to be grateful, grateful, or simply remembering all the favors (success). We are glad to welcome the enjoyment that exists from our business process. It's just that, in the Islamic perspective should instill sara beriman that the (success) it is the gift of God from the efforts and prayers of a Muslim person.
Equalize the success indicator
So when this concept of gratitude is applied to a person. So, no matter how much effort a person to fetch success or pleasure, then he managed to achieve it or vice versa he failed in the effort, but he still said (thank you for all gifts of God). So, missing is the indicator used by everyone for pleasure or success be it material or non-material, what is left is an attitude of gratitude and self-directed to properly manage one's attitude when celebrating the feeling of pleasure.
"Do not be MISTAKEN with the PROCESS" -- "because the PROCESS will not betray the RESULTS".
There is an Arabic idioms that has taught about this:
Below you can see below:
وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
English | Indonesia | Acehnese |
---|---|---|
No Pleasure except after Exhaustion. | Tidak kenikmatan kecuali setelah kepayahan. | Hana kenẻ’matan, keucuwali leuh ta ŏseuha nyang suhsŏh. |
~Hopefully useful~
Indonesia:
Ini tentang "MENGELOLA MARAH"
Sahabat Steemian’s,
Susah: Kondisi yang dihindari
Iya, kita sedang berbicara keadaan susah atau payah. Dimana kondisi ini yang amat kita hindari atau tepatnya kita mengubah kondisi susah tersebut untuk menjemput keadaan yang penuh dengan kenikmatan
Usaha yang keliru
Tapi sebagian dari kita kurang memahami bahwa kenikmatan itu dirasakan setelah usaha yang kita lakukan. Sederhananya kenikmatan adalah upah baik dari usaha yang baik pula. Dan dapat dipastika bahwa tanda ada usaha yang baik, maka hasil atau upah yang diterima juga kurang memuaskan hati.
Perbedaan indicator sukses
Kenikmatan di sini juga dapat diartikan dengan kesuksesan, karena ia bagian dari hasil suatu usaha. Hanya saja, kesuksesan atau kenikmatan adalah hal yang abstrak dan setiap orang memiliki indicator yang berbeda-beda. Ada yang mengukurnya dengan material dan ada pula yang mengukurnya dengan non-materila, malahan pada ukuran material masih terdapat perbedaan setiap orang.
Lebih sadisnya lagi, masih ada orang yang hanya ingin menjemput kesuksesan tanpa harus melalui proses usaha itu sendiri. Padahal proses itu sendirilah yang membuat rasa nikmat itu ada, dan semakin besar usaha seseorang semakin besar pula kenikmatan nantinya yang ia rasakan.
Alternatif konsep
Sahabat steemian’s, terdapat konsep yang menarik yang ditawarkan dalam perspektif Islam untuk menyamakan indicator rasa kenikmatan atau kesuksesan pada setiap orang, yaitu syukur (istilah dalam Islam)
Syukur (bersyukur) diartikan mensyukuri, berterima kasih, atau sederhananya mengingat akan segala nikmat (sukses). Kita senang menyambut kenikmatan yang ada dari proses usaha kita. Hanya saja, dalam perspekti Islam harus menanamkan sara beriman bahwa nikmat (sukses) itu adalah pemberian Tuhan dari segenap usaha dan doa seseorang Muslim.
Menyamakan indicator sukses
Maka, ketika konsep syukur ini diterapkan pada diri seseorang, maka sebesar apapun usaha seseorang untuk menjemput kesuksesan atau kenikmatan, kemudian ia berhasil mencapainya atau sebaliknya ia gagal dalam usaha tersebut, namun ia tetap berkata (terima kasih atas segala pemberian Mu Tuhan). Jadi, hilang sudahlah indicator-indikator yang dipakai oleh setiap orang atas kenikmatan atau kesuksesan baik itu bersifat material atau pun non-materil, yang tersisa adalah sikap berterima kasih dan mengarahkan dirinya untuk mengelola dengan baik sikap seseorang ketika merayakan rasa kenikmatan tersebut.
"jangan KELIRU dengan PROSES".--- "karena PROSES tidak akan mengkhianati HASIL".
Dalam hal ini, idiom Arab telah mengajarkan kita bahwa "Tidak kenikmatan kecuali setelah kepayahan.".
~Semoga bermanfaat~
[X] ImageSource 1 Google
[X] ImageSource 2 Google
[X] ImageSource 3 Google