Problema arah kiblat merupakan salah satu isu lama yang serasa tidak pernah menemukan titik akhir. Ia selalu aktual di masyarakat awam, penyemangat bagi intelektual dan aset bagi para pakar.
Tidak terhitung jumlah isu yang berkembang di masyarakat terhadap arah kiblat, ada yang beranggapan arah kiblat itu bisa bergeser akibat bencana alam, ada juga yang beranggapan orang zaman dahulu lebih mahir dan ahli dalam mengukut arah kiblat, ada pula yang beranggapan arah kiblat ini tidak ada yang tau, dan ada pula yang menerima bila ahli yang mengukurnya. Semua asumsi dan spekulasi ini boleh-boleh saja, namun perlu dicatat bahwa mengetahui arah kiblat itu persoalan ibadah yang dituntut dalam pelaksanaannya harus sesuai antara nafsul amri (kenyataan secara ilmu) dengan dhan mukallaf (sangkaan pelaku).
Salahsatu cara yang dapat mengatasi isu dan meminimalisir mitos tentang arah kiblat adalah dengan mendalami ilmu seputar arah kiblat. Ilmu yang menerangkan tentang arah kiblat adalah Islamic astronomy atau ilmu falak, salah satu fokus kajian ilmu ini tentang azimut kiblat. Mulai dari rumus perhitungan sampai alat yang bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat disuatu tempat.
Perlu dicatat bahwa ilmu yang digunakan untuk mengukur arah kiblat adalah bahagian dari ilmu eksakta, dalam hal ini perlu diakui bahwa ilmu ini terus berkembang dan proses perkembangannya sangat cepat. Begitu pula dalam hal alat atau instrumen yang digunakan, semakin hari semakin canggih dan tinggi akurasinya.
Saat ini rumus yang digunakan mengacu kepada teori trigonometri bola dan alat pengukur nya theodolit. Setelah azimut kiblat dihitung dengan teori di atas, kemudian diaplikasikan dengan theodolit pada sebuah tempat yang ingin dibangun bangunan yang sesuai arah kiblat atau ingin diketahui arah kiblat sebuah bangunan. Dahulu teori yang digunakan trigonometri planar dan alat yang digunakan itu kompas atau tongkat istiwak.
Dalam hal ini, bila dibandingkan antara hasil pengukuran dulu dengan hasil pengukuran sekarang akan sedikit berbeda mengingat teori dan alat yang berbeda. Perbedaan yang diakibatkan berbeda alat dan teori ini tentunya tidak begitu fatal karena tidak jauh perbedaannya. Sekarang yang kenyataannya banyak masjid yang bergeser arah kiblat sampai di atas 10 derajat itu murni bukan karena berbeda alat dan teori yang dipakai, tapi ketelitian saat awal pengukuran dulu sangat minim.
Satu-satu nya cara agar semua bangunan masjid sesuai arah kiblat adalah dengan cara menyadari terhadap pentingnya ilmu terhadap kiblat saat mendirikan bangunan masjid. Sekedar mengimformasikan bahwa saat ini pemerintah melalui kementerian agama di setiap kabupaten/kota ada tim yang ditugaskan untuk mengukur atau kalibrasi arah kiblat. Oleh karena itu, bila diantara kita ada membutuhkan jasa resmi untuk mengukur arah kiblat tempat ibadah kita, tinggal layangkan satu lembar permohonan ke kantor Kemenag di daerah yang kita domisili. Ini mungkin alternatif untuk menyelamatkan masjid dari pelencengan arah kiblat yang sewaktu-waktu akan berpotensi perpecahan umat. Sekian dan terima kasih.
Catatan: Semua foto ini adalah acara praktikum mangukur arah kiblat sebuah bangunan oleh mahasiswa/i IAIN Lhokseumawe, Kamis 19 April 2018.
Sangat mencerahkan..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thanks
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit