Hampir saban 2 Mai republik ini merayakan Hari Pendidikannya. Peringatan, lazimnya mengandung dua hal, mengingat masa lalu dengan catatan sejarahnya, maupun memandang masa depan dengan visi dan misi yang mentereng.
Di antara keduanya, sering kita berefleksi mengenai bagaimana hakikat pendidikan itu sendiri. Tentu, sembari mengeja kembali makna daripada kata ataupun samangat pendidikan.
Beberapa pakar sepakat, bahwa tujuan dari pendidikan ialah mampu memanusiakan manusia itu sendiri. Sebelum itu, banyak sekali pengertian apa itu pendidikan. Hanya saja, tak sedikit yang memandang bias arti dari pendidikan.
Misal, pendidikan diidentikkan semata-mata pada ruang kelas sekolah, gedung universitas, bilik pesantren hingga lapangan terbuka yang digunakan secara lesehan untuk duduk ngobrol dan berdiskusi.
Jika memang begitu pendidikan yang dimaksud, sungguh kita terlalu sempit menerjemahkannya. Pun, sudah mengkhianati apa yang pernah disampaikan oleh sesepuh pendidikan Nusantara. Ki Hajar Dewantara, yang gambarnya tak pernah absen dipakai untuk baliho hari pendidikan senantiasa berpesan; "jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru".
Pesan tersebut bagi saya cukup visioner. Bagiamana seorang Ki Hajar Dewantara yang hidup di masa lampau mampu melihat keluwesan dunia pendidikan di masa hadapan. Di saat kita di era kontemporer masih sibuk bertengkar mengenai batasan mana pendidikan formal dan non formal. Ki Hajar, sudah melampaui itu jauh-jauh masa.
Maka, sudah sewajarnya akal sehat sering-sering digunakan, saklar nalar rajin diaktifkan. Sehingga, kejumudan pembagian sekat pendidikan tidak lagi dipertengkarkan. Saya mafhum, bahwa di atas legalitas formal itu penting sebagai bahan dari administratif birokratis. Tetapi, memadang pendidikan hanya pada wilayah simbol jelas keliru.
Bangsa ini akan terus jalan ditempat, jika otak dan akal sehat masyarakatnya masih terdoktrin bahwa pendidikan berhenti pada kata sarjana dengan segala atributnya.
Saya tidak pernah benci dengan formalitas pendidikan. Yang saya muak hanyalah orang-orang yang mengaku berpendidikan tetapi masih memiliki bahkan mewarisi pemikiran bahwa mereka yang di luar hal-hal formal itu bukanlah orang-orang terdidik. Bahkan tak jarang, golongan seperti ini kerap memandang remeh orang lain.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyannnnn jelaaaaaassss!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Padahal pendidikan bisa kita jumpai di mana saja ya, tidak terbatas di lingkungan sekolah atau pun kampus. Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Selamat Hari Pendidikan juga. Memajukan pendidikan bisa dimulai dari berfikir secara terbuka.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit