Wajah industri pertelevisian Indonesia, suka atau tidak suka, adalah wajah sinetron. Jauh sebelum acara talk show menjamur atau tayangan berita serius dikemas lebih intens, sinetron tak tergoyahkan. Mungkin, hanya sinetron yang tingkat kekebalan susah ditaklukkan.
Sinetron, merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai film yang khusus dibuat untuk penayangan di media elektronik, seperti televisi. Sepanjang usia saya hingga hari ini, dalam catatan yang sedikit serius, ada tiga sinetron yang paling punya dominasi; 1) Si Doel, 2) Cinta Fitri dan 3) Tukang Ojek Pengkolan (T.O.P).
Dengan segala ke-gr-an yang ada, jujur harus saya akui, bahwa tulisan ini lahir pasca ehem viralnya tulisan malam kemarin "Mas Pur yang Mewakili Kita". Tulisan itulah yang kemudian juga turut menggoda teman baik saya, Rahmat Taufik tentang Mas Pur dan Babak Baru Sinetron Indonesia.
Saya sudah lama menantinya menulis lagi, bahkan tidak muluk, sekadar sedikit panjang saja sudah alhamdulillah. Tulisan Taufik di FB, sebagaimana pengakuannya adalah uraian tambahan dari tulisan saya semalam. Dan tulisan ini, juga sama, uraian tambahan dari statusnya.
Dalam percaturan sinetron, hanya ada dua televisi swasta yang terus konsisten bahkan bersaing ketat; RCTI dan SCTV. Nun jauh di masa dulu, sinetron Si Doel cukup menyita perhatian penonton. Sinetron yang berlatar Betawi ini adalah narasi kesederhanaan dengan mimpi-mimpi besar tapi tak muluk. Dari sinetron Si Doel kita banyak belajar, bagaimana sebuah karya lahir dengan tetap kentara sisi jujurnya. Beberapa memang harus dipoles, tapi tak mengapa.
Si Doel di masa itu menjadi titik paling penting dalam tonggak sejarah sinetron di Indonesia. Secantik apapun (Sarah) Cornelia Agatha, pilihan saya di masa itu tertuju pada Moedy Koesnaedi (Zainab). Ia mungkin tak sebening Sarah dengan segala perawatan dan modal kapital berlebih, tapi memilih Zainab, bagi saya bukan karena ia mewakili kesederhanaan, tidak. Tapi bagian daripada intuisi bahwa Zainab punya sisi lebih yang akan meledak pada waktunya.
Dan ternyata benar, pilihan saya tepat. Kebenaran ini melalui proses panjang, butuh Si Doel menjadi Gubernur Banten dulu, hingga lahirnya Si Doel Reborn yang konon tanggal 2 Agustus ini serempak ditanyakan. Tengoklah Zainal, mantan None Jakarta tetap semampai dengan biola Spanyol-nya, jika pun ada yang kurang, giginya sudah tak serapi dulu. Suaminya, Erik Meijer seorang bule berkebangsaan Belanda yang Indonesia dengan beberapa posisi penting di BUMN. Ia terkenal pakar soal marketing, ada beberapa perusahaan telekomunikasi yang pernah ada andil besarnya, salah satunya ialah Telkomsel. Jika saya tak silap, terakhir ia berkerja di Garuda Indonesia.
Yang mahal bukan posisinya, bukan uang. Toh banyak artis suaminya lebih tajir melintir. Tapi Zainab memiliki suami yang terbilang punya pergaulan bagus di level elit. Yang setiap waktu bisa bertukar pikiran mengenai arah bangsa melalui BUMN atau apalah-apalah. Eksesnya ialah Zainab punya teman hidup yang bisa bertukar pikiran lebih luas, tidak hanya sekadar dapur, kasur dan kalimat sayang jajan donk, mau shopping, banyak tas branded terbaru.
Si Doel telah mengukir sejarah emas dalam narasi per-sinetron-an Indonesia, ia adalah rujukan, referensi bagaimana memantik sekaligus mengilhami banyak orang untuk membuat sebuah sinetron yang punya nilai.
Lalu, medio 2000-an ke atas, sinetron Cinta Fitri menjadi babak baru wajah sinetron Indonesia. Atensi luar biasa dengan episode berjibun menjadi alarm persaingan antara SCTV dan RCTI dalam urusan sinetron. SCTV yang terkenal dengan trademark FTV-nya, mampu memproduksi sinetron seperti Cinta Fitri. Di masa-masa kejayaan Cinta Fitri, sering saya dapati cerita anak-anak yang geram terhadap ibu-bapaknya yang di jam-jam tertentu tidak boleh digugat remote tv nya.
Untuk sinetron Cinta Fitri, saya tidak mengulas aktrisnya. Karena Shireen Sungkar di luar selera saya. Tapi hijrahnya Shireen yang juga berjodoh dengan Teuku Wisnu, selalu suka diulas orang-orang. Dari Teuku Wisnu kita belajar, bahwa berjodoh dengan mantannya teman, sesungguhnya biasa saja. Sebab cinta yang serius, ibarat jenggot yang digunting; tumbuh dan lebat kembali. #Eaaaaak
Kehadiran Cinta Fitri cukup berarti dalam percaturan sinetron Indonesia. Gerak langkahnya, ibarat langkah kuda di bidak catur (L); SCTV sekali jalan mampu melangkahi tiga-satu; lurus dan belok sekali. Dengan demikian, sinetron tidak hanya dimonopoli oleh RCTI. Adanya persaingan, menjadi berkah; dimana setiap stasiun tv berusaha menampilkan sebuah tanyangan dengan nilai lebih dan sisi unik.
Sedangkan yang terakhir, T.O.P muncul dengan keluguan yang ada, namun tetap menyelip pesan dari setiap kepolosan yang ada. Sinetron ini, mengakumulasi rasa dengan pendekatan tabah untuk menohok sisi paling sentimentil yang kita punya. T.O.P seakan mewakafkan dirinya sebagai perwakilan dari segenap perasaan yang menyangkut urusan asmara dan realitas-sosial di sekeliling kita.
Dan sosok Mas Pur menjadi gula termanis yang kemudian dipuja-puji. Kehadiran Mas Pur tidak hanya mewakili sisi sentimentil, tapi juga berpengaruh terhadap minat menonton (kembali) sinetron Indonesia. Salah satu contohnya adalah teman baik saya, Rahmad Taufik. Saya yakin, sudah lama dia memalingkan muka terhadap televisi, khususnya sinetron. Karena saya tahu betul, lelaki yang sedang menunggu kabar jebolnya S-2 ke luar negeri ini, punya literasi yang dalam dengan selera tak main-main. Tapi ia taubat, lagi takluk di hadapan Mas Pur yang apalah-apalah itu.
Maka selepas status FB nya ditulis, saya berceloteh, apakah perlu kita berikan sumbangan judul skripsi kepada dedek-dedek mahasiswa/i Jurusan Komunikasi, dengan judul skripsi: "Pengaruh Mas Pur Terhadap Minat Nonton Sinetron". Ia tertawa dengan jawaban cocok sekali.
Sesungguhnya, sebenci-becinya kita terhadap sinetron Indonesia, harusnya kita juga fair tanpa berani terlalu dini menghakimi; "semua sinetron Indonesia sampah!". Padahal, ada satu dua, sinetron yang punya pesan menarik. Nonton sinetron tidak harus absolute mencari nilai utuh. Jika tidak menemukan pelajaran, minimal kita dapat humornya. Sesederhana itu. Bagaimanaoun, sinetron juga bagian dari karya anak bangsa.
Saya menemukan review karya-karya anak-anak Bangsa di tulisan ini @lontuanisme.
Menengok kembali perfilman Indonesia.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah terimakasih hadir lagi di sini. Saya tau, saudari @ettydiallova sangat sibuk mempersiapkan setiap tulisan yang kadang sehari bisa 3 atau 4. Belum lagi, komen dan balasan komentar di sini-sana. Haha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Karena saya suka mencoba setiap App tambahan Bang.
Memanfaatkan Peluang.
hahaaha
Sukses selalu yah!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Haha. Paham kok! Sukses juga.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by lontuanisme from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Jangan lupa periksa Dokter Sartika (Dewi Yull) juga Jendela Rumah Kita (Septian Dwi Cahyo). :P
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Haha. Siap!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit