Salam bahagia teman-teman .....
sumber: gateway.ipfs.io
Melihat lingkungan, isi dan beragam lakon di hiruk pikuk realitas mungkin jadi sorotan atau pembicaraan semua orang sudah menu harian.
Akan tetapi membicarakan dan melihat diri sendiri (instrospeksi) hingga menjadi insan yang sungguh tahu diri ini mungkin yang tabu, bahkan asing bagi kita.
Kebiasaan manusia hanya mampu mengigau (membanggakan) diri saat situasi kebersamaan, bukanlah bentuk instrospeksi Model sorotan diri ini, tak lebih fokus pada arti fatamorgana saja; lenyap dibawa angin, menghilang diserap keringat, lapuk dimakan waktu dan tidak berbekas ditelan zaman.
sumber: imgrum.org
Pada hakikatnya, konsep introspeksi diri bukan menghasilkan prestasi diri manusia sebagai makhluk yang narsis, angkuh, sombong, sirik dan tamak.
Sorotan diri sejatinya akan mengembalikan kesadaran murni manusia ke fitrahnya sebagai makhluk yang lemah, pelupa, jinak dan paling sempurna diciptakan Sang Khalik.
Manusia itu sungguh unik; dalam satu waktu yang sama bisa berubah-ubah sikap, keyakinan, atau perbuatannya. Termasuk penampakan fisik, cara berpikir hingga gaya interaksi dan komunikasi.
Sorotan diri bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia yang indah, menumbuh-kembangkan proses perkembangan mental yang stabil; emosi, sosial, daya pikir, seni dan sebagainya.
sumber:gateway.ipfs.io
Hasil kajian diri seyogyanya diharapkan akan membentuk proses kematangan dan pendewasaan dalam kehidupannya. Dalam berbagai kondisi, manusia mampu memahami dan memaknai beragam peristiwa di realitasnya, baik yang menghampirinya maupun antar sesama.
Bersikap teguh dalam kebenaran, istiqamah ketika diterpa isyu tak sedap, tidak panik dikala berhadapan dengan situasi sulit. Tidak mudah patah kemudi disaat kondisi paceklik. Tak hanyut dan lupa diri ketika ketiban durian runtuh (diatas).
Instrospeksi diri akan mengarahkan manusia pada arti/makna menjadi manusia sesungguhnya. Dengan melihat diri, paling tidak, mampu memilah informasi, memberdayakan diri untuk mengeksplorasi nilai dan pengetahuan utuh, baru kemudian bicara salah benar.
Lebih dari itu, hasil sorotan diri juga harus mampu membedakan hak dan tanggungjawab, jangan hanya pandai menuntut hak tapi masa bodoh dengan amanah.
sumber: santrigaul.net
Instrospeksi juga akan mampu membuat manusia memaknai daging a, b, atau c hingga membedakan konteks duri dalam daging. Mampu membentuk manusia selalu waspada dengan berbagai perangkap dan jebakan melalui sandiwara atau lakon basa basi, meskipun sang pelakon bukan pecinta kejahatan.
Jika instrospeksi intensif diadaptasikan dalam perjalanan kehidupan, maka bisa dipastikan bahwa bicara gombal, tipe akulah atau kondisi galau akan terkubur selama-lamanya.
sumber: gateway.ipfs.io
Karena instrospeksi mengajarkan manusia untuk bicara jujur, menyintai kebenaran hakiki, ikhlas memperbaiki kesalahannya, tidak panik melihat nikmat orang lain. Selain itu, introspeksi akan menuntun manusia untuk membuka tabir kesadaran diri murni, sekaligus menutup tabir kesadaran settingan yang muncul sesuai situasi dan asas manfaat.
Begitulah catatan kecil hasil interaksi dengan beberapa literatur menarik; filsafat manusia, filsafat pendidikan Islam dan psikologi Islam yang kemudian nukilan pada realitas ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.....