Sumber : www.dewimagazine.com
Halo, sobat Steemit. Tentu sudah pernah dengar tentang metaverse bukan? Metaverse merupakan dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar sungguhan. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Neal Stephenson dalam novelnya yang berjudul Snow Crash pada tahun 1992. Metaverse memungkinkan orang-orang untuk berkumpul, bekerja dan bermain dalam dunia virtual yang diciptakan sesuai keinginan orang-orang yang berada disana.
Metaverse menjadi perbincangan hangat dan harapan akan masa depan. Terlihat dari adanya usaha beberapa orang untuk membeli tanah secara virtual yang nyatanya secara fisik tidak ada. Orang-orang tersebut mengeluarkan puluhan ribu dollar dalam bentuk cryptocurrency untuk membeli tanah di beberapa marketplace metaverse seperti Sandbox, Decentraland atau Axie Infinity yang nantinya akan dibangun rumah, villa, atau bahkan kota secara virtual (Bestari, 2022).
Sumber : Bestari, 2022
Meskipun terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang, namun metaverse terus berusaha untuk dikembangkan. Salah satunya dalam dunia arsitektur. Jika sebelumnya dunia virtual dalam metaverse hanya dibuat oleh desainer grafis, kini para arsitek juga sudah mulai masuk ke dalamnya, salah satunya adalah Patrik Schumacher. Kemudian ada juga Everyrealm sebagai salah satu perusahaan real estate yang telah mengerjakan beberapa proyek real estate di dunia metaverse.
Sebuah pertanyaan menarik muncul dari fenomena ini. Bagaimana jadinya jika metaverse benar-benar menjadi rumah bagi arsitektur dan seperti apa nantinya arsitektur yang akan diciptakan? Berikut beberapa gambaran yang mungkin terjadi.
/Kreativitas tanpa Batas/
Selama ini desain dalam arsitektur sering kali berbenturan dan mendapatkan kritik ketika dirancang dengan bentuk yang dianggap “nyeleneh”. Sebut saja Dancing Building karya Frank Gehry, meskipun saat ini dianggap unik dan menarik namun nyatanya saat pertama kali didirikan mendapat cukup banyak kecaman. Begitu juga dengan Antilla Residential Tower, Eiffel Tower dan yang terbaru Al-Wakrah Stadium serta masih banyak yang lainnya.
Namun, jika metaverse menjadi tuan rumah untuk arsitektur masa depan, hal seperti ini kemungkinan besar tidak akan terjadi lagi. Setiap arsitek bebas membuat desain dan rancangan sesuai keinginan tanpa harus memikirkan prinsip-prinsip desain yang sudah ada. Tidak harus memikirkan struktur dan perhitungan beban saat dibangun, material yang digunakan, lamanya waktu pembangunan dan biaya yang dibutuhkan. Proses arsitektur dalam dunia metaverse hanya sampai proses rendering dan kemudian bisa dikunjungi dan dinikmati oleh avatar sungguhan.
Zaha Hadid Architects designs virtual Liberland Metaverse city
Sumber : Dezeen
/Kapasitas tanpa Batas/
Sejauh ini setiap bangunan atau space yang dibuat selalu memiliki kapasitas. Sebagaimana ruangan yang akan didatangi oleh orang-orang secara fisik tentunya akan membutuhkan space dan memiliki batasan seberapa banyak yang bisa ditampung. Misalnya ketika menonton pertandingan sepak bola dunia, pada satu stadion hanya akan mampu menampung sebagian orang dengan view menonton yang sudah ditentukan.
Namun hal ini berbeda ketika stadion dibuat dalam dunia metaverse. Salah satu contohnya adalah rancangan Stadion Metaverse Manchester City. Stadion ini nantinya memungkinkan penonton dari seluruh dunia untuk berkumpul dan menonton pertandingan sepak bola serta berinteraksi dengan para pemain. Stadion di dunia metaverse tidak memiliki batas kapasitas, artinya setiap orang dapat hadir tanpa harus takut tidak memiliki tempat duduk. Dan yang lebih menakjubkan adalah penonton dapat melihat dari berbagai sudut pandang secara realtime.
Stadion Metaverse Manchester City
Sumber : KokuJapan
/Globalisasi tanpa Isolasi/
Kata “Globalisasi” sebenarnya sudah lama digaung-gaungkan, namun nyatanya globalisasi saat ini juga masih diisolasi oleh fisik. Keberadaan internet membuat globalisasi berlangsung secara dua dimensi, namun melalui metaverse nantinya globalisasi akan ditingkatkan menjadi tiga dimensi. Seperti yang disampaikan oleh Patrik Schumacher, melalui metaverse dapat berlangsung globalisasi sejati, dimana semua orang dapat terhubung secara virtual dalam bentuk tiga dimensi, tanpa sekat dan tanpa batas.
Apakah semua hal ini memungkinkan untuk terjadi?
Bisa iya dan bisa juga tidak.
Tetaplah terjaga, untuk melihat masa depan nantinya.
Referensi
Bestari, Novina Putri. (2022). Ini Cara Beli Tanah Virtual di Dunia Digital Metaverse. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220113144033-37- 307088/ini-cara-beli-tanah-virtual-di-dunia-digital-metaverse. (Diakses 03 Oktober 2022)
Pitoko, Ridwan Aji. (2014). Ini Dia... Sembilan Bangunan Kontroversial Sepanjang Masa!. https://properti.kompas.com/read/2014/12/01/155445521/Ini.Dia.Sembila n.Bangunan.Kontroversial.Sepanjang.Masa.?page=all. (Diakses 03 Oktober 2022)
Ruhulessin, Masya Famely. (2022). Manchester City, Klub Pertama yang Bangun Stadion di Metaverse. https://www.kompas.com/properti/read/2022/02/20/190000221/manchest er-city-klub-pertama-yang-bangun-stadion-di-metaverse. (Diakses 04 Oktober 2022)