Edisi Atlet [2]: Mimpi Indah Aneuk Bileue Meunasah

in steempress •  6 years ago  (edited)


Darmawan dan Zulhelmi

MAYORITAS pemain-pemain bola sukses di dunia dan juga Indonesia tak berasal dari keluarga kaya. Umumnya, mereka berangkat dari kelas bawah. Mereka harus berjuang hidup untuk menggapai cita-cita. Siapa saja mereka?

Contoh yang mudah diingat sebut saja seperti Cristiano Ronaldo (Portugal), Lionel Messi (Argentina), Mario Balotelli (Italia), Luka Modric (Kroasia), Luis Suarez (Uruguay), Zlatan Ibrahimovic (Swedia), Angel Di Maria (Argentina), Franck Ribery (Prancis), Alexis Sanchez (Chili) serta Ronaldinho (Brazil).

Namun siapa sangka jika pemain top dunia yang sekarang memiliki kekayaan dan nama populer itu memiliki masa di mana hidup dari garis kemiskinan. Dengan perjuangan keras, yang dulunya miskin, sekarang mereka menjadi seorang kaya raya.

Cerita-cerita semacam itu acap kita dapati disekeliling kita, meski dalam takaran yang berbeda. Di Indonesia, tidak sedikit pemain bola yang berangkat dari keluarga papa. Mayoritas pemain di daerah kita punya latar belakang tak punya, hanya sebagian kecil saja dari keluarga mampu.

Begitulah kemudian sepakbola hidup di kampung-kampung. Dari banyak cerita itu, khusus di Aceh tersebutnya sebuah "gampong" bernama Bireuen. Kabupaten ini sepertinya tak pernah habis mencetak talenta baru di sepakbola.

Tentu kita masih ingat Syakir Sulaiman, Syahrizal dan Zulfiandi. Ketiga pernah bermain untuk tim nasional U-19 dan U-23. Syakir sendiri adalah mantan Pemain Muda Terbaik Indonesia Super League (ISL) 2012/2013.

Kini, ada generasi baru, yakni Nazarul Fahmi, TM Ichsan dan Zulhelmi. Khusus dua nama pertama pernah melawat ke Eropa untuk urusan sepakbola. Fahmi ke kandang Arsenal, Inggris, dan TM Ichsan ke Real Madrid, Spanyol.

Ini adalah cerita beberapa tahun lalu. Bakat itu adalah Zulhelmi. Dia salah satu remaja yang terpilih untuk mengikuti training camp bersama Manchester United Soccer School (MUSS) dari ajang CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015. "Sekarang kami sedang transit di Dubay," kata Helmi melalui laman facebook, Kamis (21/5/2015) pada pukul 9.26 waktu Dubay.

Sama seperti pemain lain. Helmi juga memulai kehidupan penuh kekurangan. Untuk membeli sepatu latihan saja, dia harus menabung dari uang jajan. Namun, apa daya ayahnya Rusli Arifin itu hanya seorang ‘bileue meunasah’ atau pengurus surau di desa Blang Naleung Mameh, Bireuen.

Pemain kelahiran 12 Mei 1997 itu mengaku, sang ayah hanya pernah membeli sepatu bola saat dia masih sekolah dasar. Setelah itu, dia kumpulkan jajan sendiri untuk beli sepatu baru ketika sepatu lama rusak.

"Ayah hanya bileue meunasah di kampung dan ibu tidak bekerja, makanya saya tidak berani minta beli sepatu bola. Tapi, keduanya memberi dukung penuh saya untuk menjadi pemain bola,” ujar Helmi sebelum berangkat ke Jakarta.

Dalam sebuah pertemuan malam itu, Zulhelmi yang didampingi sang pelatih Darmawan dan Kabid Olahraga Diporapar Bireuen, Sulaiman dijamu Ketua Umum Asprov PSSI Aceh -- saat itu--, Adly Tjalok. Dalam kesempatan itu, Adly memberi wejangan plus uang saku membeli snack di perjalanan.

"Kamu harus fokus pada latihan yang diberikan pelatiih, harus rajin, patuh, disiplin dan jangan lupa shalat. Sepakbola itu harus menjadi wadah untuk meraih cita-cita di kemudian hari. Semoga kamu bisa membanggakan keluarga dan Aceh pada suatu saat ini," ujar Adly.

Pemain yang mengidolai Angel Di Maria ini, mengakui, sebelumnya dia tak pernah berpikir bakal berkunjung ke Inggris yang dikenal sebagai negara penemu sepakbola modern. Tentu saja, baginya, menginjak negara yang menjadi "rumah" bagi sepakbola adalah sebuah kebahagian yang tak terkira.

Kebahagiannya itu bukan saja milik pemain yang pernah menjadi juara APPSO tingkat Asia Tenggara 2010 itu. Bersama 10 pemain lainnya, dia berkesempatan mengikuti Traning Camp di kandang Machester United, Old Trafford, Inggris.

Ke-11 pemain tersebut sudah berangkatkan ke negeri Pangeran William itu pada Rabu (20/5) dini hari. Para pemain muda yang dibawa CLEAR untuk berlatih dengan MUSS merupakan pemain-pemain terbaik dari ajang CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015 yang dilangsungkan di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Tercatat, ada 8.192 yang bermain di turnamen tersebut.

Dari ribuan anak tersebut, CLEAR dengan dibantu dua scout mereka, mantan penyerang timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto dan coach Zaenal Abidin, memilih ke-11 anak tersebut. Merekalah yang terbaik usai loloos seleksi di berbagai kota.

"Ke-11 pemain terpilih ini merupakan yang terbaik setelah melihat beberapa elemen yaitu teknik, fisik, mental, kepercayaan diri serta kemauan untuk belajar," papar Kurniawan kala.

Kini, talenta terbaik yang lahir dari alam itu menghilang. Bukan hanya Helmi, ada belasan pemain belia lain yang tidak menemukan tempat untuk mengembangkan bakat. Sudah sepatutnya pemerintah terlibat dan mengambil tempat untuk membina mereka. Paling tidak seperti cerita jebolan Paraguay. [file]


Posted from my blog with SteemPress : http://pedagangkata.com/2018/08/17/edisi-atlet-2-mimpi-indah-aneuk-bileue-meunasah/

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Edisi lama, keren...

Nice article

eh, bang...yang buku maren tu dah terbit?

buku yang mana ni?