Malam Minggu di Quantum

in steempress •  7 years ago  (edited)

Minggu lalu aku berkesempatan untuk bermalam minggu *duh, bahasanya hahahah *- dengan teman-teman terdekat di sebuah cafe di kota ini. Selama ini aku hanya pernah mendengar namanya, tanpa tertarik untuk datang dan melihat langsung kelebihan yang ramai dibicarakan teman-temanku.

Namanya Quantum Coffee and Brasserie, terletak di jalan Tgk Nyak Makam. Kalau kalian sering berseliweran di sekitar sini, tentu tak akan sushi mencari tempat ini. Secara pribadi, aku bukan tipe yang suka pidah dari satu cafe ke tempat yang lain, hanya untuk melihat dan mecnoba langsung apa yang cafe tersebut tawarkan. Sama dengan tempat ini. Awalnya.

 


Nasi Goreng Sapi Lada Hitam

Tempatnya terlihat mewah, bukan tempat yang nyaman untuk kumasuki. Yakinlah, beberapa temanku berfikiran yang sama. Kita terbiasa dengan tempat-tempat yang approachable, dan bisa memberikan kenyamanan bagi siapa aja yang datang kesana. Rasanya, pakaianku pun tak cukup pantas untuk masuk ke sana. Terlalu casual. Syukur tadi batal pakai sandal jepit, toh niatnya cuma ngopi di dekat rumah, bukan hangout ala-ala seperti ini.

 


Menariknya, menu yang mereka tawarkan cukup banyak, dengan nama-nama yang sudah sangat familiar di telinga, dengan harga yang tak sesuai dengan rasanya yang diluar dugaan. Enak. Bahkan plating dari beberapa makanan kulihat cukup simple, cantik nan elegan.

Ruangannya juga terbagi ke berberapa bagian - yang menurutku unfaedah-. Sebelah kanan ada deretan bebas asap rokok, sebelah kiri bebas merokok, sedang yang ditengah tergantung nasib, mana yang lebih dominan :D . Kenapa kayak unfaedah, karena pembagian ruangan ini tidak dilengkapi dengan sekat misalnya. Hanya ada semacam ventilasi besar di sebelah kiri- sekilas fungsinya mungkin untuk menghisap asap rokok dari pengunjung-. Elah..


Beberapa teman berpendapat sama, tempat ini oke, bisa direkomendasikan. Tapi bukan tempat untuk bisa ngobrol lama. Ya mungkin bisa jadi, hari itu kami terbilang sial, jumlah tamu tak ramai, tapi semuanya ribut berebutan bicara. Aku dan teman-teman yang duduk semeja saja bisa tak terdengar apa yang sedang dibahas.

Aku merekomendasikan, tapi kenapa banyak kalimat yang bernada sebaliknya? Maafkan, aku hanya ingin menulis apa yang kulihat. Tak mungkin menulis yang baik-baiknya saja. Secara pribadi, aku masih mungkin untuk kembali ke sini, tapi tentu dengan berbagai pertimbangan, ngapain kesana, dengan siapa. Rekom tapi tak rekom ya? :D . Sedikit bocoran, menu sapi ada hitam dan aneka pastanya layak dicoba loh ;)

Satu lagi, yang aku tak bisa mengerti, tak hanya di tempat ini, di beberapa tempat lain di kota ini juga sama, pekerjanya memanggil pengunjung dengan sapaan Mbak.

Kakak, adek, abang, ibu, bapak. oke. Mbak?



Posted from my blog with SteemPress : http://www.rahmanovic27.com/2018/07/12/malam-minggu-di-quantum/

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hahaha. Pengalaman dipanggil 'mbak' di kota sendiri tuh kayaknya pengen bilang 'bangetttt' banyak-banyak lah, kak. 😆 btw, Range harganya 'ramah' juga kah?

Sudah ketularan dari Jakarta mungkin, Mbak :D

Btw, kwetiaw nya menggoda