Barangkali, hari ini adalah hadiah tuhan untukku. Setelah aku berjuang menjelajah waktu dan bersembunyi dari malam-malam yang menakutkan. Ia, memang hari ini hadiah tuhan untukku.
Tuhan memang memberiku hadiah setiap hari. Bahkan nafas setiap detik adalah hadiah tuhan. Apalagi yang sangat aku syukuri dari segala syukur: kedua mataku bisa membaca puisi-puisi hujan.
Namun, hadiah hari ini yang sangat aku syukuri adalah tentang pagi. Memang pagi tadi, aku telat menyeruput kopi. Tapi Tuhan menghadiahiku semangat, keluar menerobos gerimis manja, Menemui keramaian. Pagi yang beda dari setiap pagiku.
Di taman kota ini, aku duduk di bawah pohon filicium, meratapi kegagalan demi kegagalan. Di ujung kiri sana, kulihat sepasang manusia tengah bercerita. Sedangkan bapak berambut putih di depanku sedang membaca koran.
Aku masih di bawah pohon filicium saat dua orang perempuan berlari di depanku. Sekali-kali aku memotret bunga kuning yang dihinggapi lebah, tapi hanya sedetik ia berdiri di sana. Barangkaling ia ingin sarapan. Tapi malu-malu, takut dianggap pencuri keindahan.
Anak-anak bersepeda riang di sebelah kanan sana. Dan aku masih di bawah pohon filicium. Memandang langit, berdoa semoga nilaiku membaik.
Tapi langit mendung itu, bukan lagi jadi perhatian ku saat dua orang perempuan tertawa terbahak-bahak. Kupandang lama, dan indah. Dia yang memakai kaus merah yang bertulis: hidup itu liburan. Sementara perempuan satunya lagi memakai kaus hitam polos. Sudah kubayangkan, hidupnya kelam sepertiku. Diam-diam aku memotretnya. Kudapat sebuah senyum nan indah pagi ini.
Sebab, sebuah senyuman aku jadi rajin ke taman kota. Barangkali, tuhan menghadiahiku perkenalan pagi hari ini. Pagi yang cerah, awan-awan gelap takut pada semangatku.
Aku masih saja duduk di bawah pohon filicium ini. Bagiku dia adalah sahabatku dalam menunggu. Tapi sudah tiga hari tak kujumpai perempuan berkaos merah itu.
Taukah kawan, lupa kuceritakan padamu. Ternyata, aku sudah sejak lama mengenal pohon filicium. Aku dikenalkan guru lansekapku. Pohon ini sering digunakan untuk jadi peneduh. Daun-daun yang rindang dapat meneduhi kita dari hujan. Sebab itu, para arsitek sering menggunakan pohon filicium untuk tanaman di pinggir jalan atau di taman-taman. Daun-daunnya juga, dapat menjadi obat: menambah stamina tubuh. Semangat!
Sudah sejam, aku duduk di bawah pohon filicium ini. Perempuan itu tak kunjung datang. Angin mencoba menghiburku, menjatuhkan daun-daun pohon filicium, Kupandangi daun itu. Lalu, seorang perempuan berlari di depanku. Dan itu dia, perempuan berkaos merah itu.
Kutekadkan niat, kuikuti larian langkahnya. Kudapati jarak. Aku sorak: Hey!...Hey!. Langkahnya berhenti. Dan tersenyum padaku.
"Sendiri?"
"Ia.."
"Boleh ikutan lari?"
"Ayukkk!"
"Btw..kita belum kenalan, siapa namamu"
"Filicium Decipiens"
Langkahku terhenti. Saat itu, aku sadar, bahwa apa yang dekat dengan kita adalah tanda tanya untuk hari esok.
Sumber foto: internet
Salam utk dek Fili yak 😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Siap kak wkwkwk....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nama lengkapnya Paedofilicium.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
dalam bahasa Aceh pohon apa itu disebut?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kurang tau kak. Tapi kalau dalam bahasa Indonesia sering disebut: Kirang Payung.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit