Pak Joko adalah orang tua tunggal dari Ariani, putri semata wayangnya. Hari di saat Ariani dilahirkan menjadi hari terakhir Pak Joko melihat istri yang sangat dicintainya, Sulastri. Pak Joko dan istrinya dulunya menjalankan usaha rumah makan mie ayam dan sekarang dia terus melanjutkan hidupnya dengan tetap berjualan mie ayam demi membesarkan anaknya. Setelah Ariani beranjak remaja, Ariani mulai belajar untuk membantu Ayahnya berjualan mie ayam. Terkadang Pak Joko tidak ingin anaknya membantunya karena dia menginginkan anaknya untuk fokus belajar agar kelak bisa menjadi lebih baik darinya, namun karena semangat Ariani untuk membantu Ayahnya tidak dapat dipadamkan, Pak Joko pun mengizinkan Ariani.
Suatu hari, di saat warung mie ayam Pak Joko sedang ramai dipenuhi pelanggan, ada seorang anak kecil berdiri di depan pintu warung Pak Joko. Ariani yang melihat anak itu sedikit ketakutan, dia meminta anak itu untuk tidak menghalangi jalan pelanggan yang ingin keluar masuk warung mie ayam Pak Joko. Anak kecil itu duduk di dekat pintu, sambil terus menatap warung mie ayam Pak Joko, wajahnya ketakutan sambil menangis. Pak Joko yang menyadari kehadiran anak itu bertanya kepada anaknya Ariani siapakah anak itu dan apa yang hendak diinginkannya, namun Ariani tidak mengetahuinya karena Ariani tidak berani untuk menanyakannya. Akhirnya Pak Joko keluar untuk menghampiri anak itu, Pak Joko bertanya kepada anak kecil itu "Mengapa kamu menangis di depan warungku, nak?" Anak kecil itu pun menjawab sambil terus menangis, "Ibu saya sakit, Pak. Dia belum makan dan saya tak punya uang untuk membelikannya makan dan juga obat, Pak". Kemudian Pak Joko kembali masuk ke dalam warungnya lalu membuatkan dua porsi mie ayam. Setelah selesai menyiapkan dua porsi mie ayam Pak Joko memanggil anaknya Ariani untuk mengantarkan dua porsi mie ayam dan sedikit uang untuk anak kecil tersebut. "Ini mie ayam dan uang 5.000 ribu rupiah untuk membeli obat ibumu dari Ayahku, semoga ibumu dapat sembuh dari penyakitnya", ujar Ariani. Mata anak kecil itupun berbinar-binar, terpancar rasa syukur yang dalam di raut wajahnya, kemudian dia pergi sambil berlari untuk membeli obat dan mengantarkan makanan untuk ibunya.
Tiga puluh tahun kemudian, Pak Joko semakin tua dan mulai sakit-sakitan. Ariani tidak menyelesaikan pendidikannya karena harus terus membantu ayahnya berjualan mie ayam. Suatu hari ketika Ariani sedang sibuk melayani pelanggan, suara gaduh datang dari dapur di belakang warung, Ariani berlari mencari tahu apa yang terjadi, ketika dia membuka pintu dapur Ariani terkejut melihat ayahnya telah terjatuh dan tidak sadarkan diri. Ariani pun langsung membawa Pak Joko ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Ketika tiba di rumah sakit, Pak Joko segera ditangani oleh dokter. Beberapa saat setelah diperiksa, ternyata penyakit yang diderita Pak Joko semakin memburuk dan dokter harus segera mengambil tindakan untuk mengoperasi Pak Joko. Pak Joko pun dioperasi dan Ariani hanya dapat terdiam dan duduk di depan ruang operasi sambil berdoa agar ayahnya dapat disembuhkan. Setelah beberapa jam menunggu, operasi pun akhirnya selesai. Dokter pun keluar menghampiri Ariani, dan berkata "Bapak Anda akan baik-baik saja". Ariani kembali terdiam dan bersyukur akan kabar baik dari sang dokter. Namun tiba-tiba kekhawatiran menghampiri Ariani, dia mengingat bahwa ada sebuah tagihan biaya rumah sakit yang harus dibayarnya, namun dia tidak memiliki uang untuk membayarnya. Ariani akhirnya memutuskan untuk meminta solusi terbaik ke pihak rumah sakit, berharap dia mendapatkan keringanan untuk membayar.
Ketika tiba di kasir, Ariani bertanya ke salah satu wanita yang bekerja di situ, "Mba, berapakah jumlah biaya pasien Bapak Joko yang baru saja dioperasi?" tanyanya, kemudian wanita itu menjawab, "Semua biayanya telah dilunasi, Bu" sambil memberikan kertas kepada Ariani. Dan ketika Ariani membaca kertas tersebut, Ariani sangatlah terkejut sambil menangis. Isi kertas tersebut adalah "Biaya rumah sakit telah dibayar dengan dua mangkok mie ayam dan uang lima ribu rupiah 30 tahun yang lalu".
Anak kecil yang menangis di depan warung Pak Joko 30 tahun yang lalu telah menjadi dokter di rumah sakit itu. Dia telah menyelamatkan nyawa Pak Joko, sama halnya ketika 30 tahun yang lalu Pak Joko menyelamatkan nyawa ibunya.
@blocktradee
#https://keluarga.com/1555/kisah-menginspirasi-penjual-mie-ayam-dan-seorang-anak-miskin
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://keluarga.com/1555/kisah-menginspirasi-penjual-mie-ayam-dan-seorang-anak-miskin
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @blocktradee! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit