Awal Mula Perang Cumbok dan Pengepungan Jepang di Kota Sigli

in story •  5 years ago 

Daod Cumbok dengan tiga kelompok pasukannya memobilisasi massa pendukung Uleebalang untuk mengepung Kota Sigli, mereka akan menyiapkan pendaratan tentara Sekutu untuk memperkuat kekuasaan Uleebalang.

Sejarawan Aceh Tgk AK Jakobi mengungkapkan, tiga kelompok pasukan bersenjata Daod Cumbok dari Markas Uleebalang itu adalah, kelompok pasukan Cap Bintang, Cap Sauh, dan Cap Tombak. Pengepungan Kota Sigli juga dilakukan untuk merebut senjata tentara Jepang yang sudah kalah dan menyerah kepada Sekuta pasca bom Hiroshima dan Nagasaki.

4. ali hasjmy dan syamaun gaharu.jpg
Syamaun Gaharu bersama Ali Hasjmy Sumber

Sementara kelompok pro Republik yang teridiri dari pasukan Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan pemuda dari Persatuan Ulama Aceh (PUSA) juga ingin menguasai senjata Jepang. Mereka juga memobilisasi massa untuk mengepung asrama Jepang di Kota Sigli untuk melucuti senjata Jepang.

Bentrokan dua kelompok massa ini pun terjadi, kelompok Uleebalang hanya bisa bertahan di pinggiran kota, karena tempat-tempat strstegis dalam Kota Sigli sudah dikuasai oleh kelumpok Republiken. Kota Sigli diblokade, bahan pangan tidak boleh masuk dari luar ke Sigli. Penyerangan ke tangsi militer Jepang akan dilakukan secara besar-besaran oleh Kelompok Republiken. Pada saat yang sama mereka juga menghadang kelompok Uleebalang di luar kota.

Jepang yang terurung dalam Kota Sigli jadi bingung, mereka tidak dapat mengambil keputusan, karena ancaman datang dari dua kelopok yang bersebrangan, yakni kelompok ulama yang pro Republiken dan kelompok uleebalang yang pro Sekutu. Kelompok Uleebalang yang tertahan di pinggiran kota kemudian membuat kerusuhan, menembak ke dalam kota, suasana menjadi rusuh, tapi kemudian berhasil dihalau oleh pasukan Republiken dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Laskar Mujahidin Resimen II Divisi Teungku Chik Di Tiro, serta Resimen II Divisi Rencong.

Untuk mencegah bentrok yang lebih besar antara massa pro uleebalang dan massa pro republiken, Panglima Divisi V TKR Komandemen Sumatera Kolonel Sjamaun Gaharu datang ke Sigli dari Banda Aceh. Ia bersama stafnya mencoba untuk melerai dan menanganinya. Kedua pihak diminta untuk menahan diri. Untuk mencegah jatuhnya korban di kalangan rakyat, disepakati lima hal.

Pertama, senjata yang diserahkan Jepang kepasa Markas Uleebalang supaya diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah Aceh melalui TKR untuk dibawa ke Kutaraja (Banda Aceh). Kedua, tentara kelompok Uleebalang supaya meninggalkan Kota Sigli kembali ke tempat semula (Lemeulo). Ketiga, Kota Sigli diserahkan kembali kepada pemerintah yang sah dan dijaga keamanannya oleh TKR, polisi dan alat kekuasaan negara. Keempat, pihak rakyat dan pihak uleebalang meninggalkan kota Sigli dan kembali ke tempatnya. Kelima, jika terjadi kerusuhan dalam pemulangan massa tersebut maka kepala (pemimpin) dari masing-masing pihak yang bertanggung jawab.

gyugun.jpg
Gyugun, tentara Jepang pada perang dunia kedua Sumber

Menurut AK Jakobi, kesepakatan itu hanya dijadikan dalih untuk memperoleh kesempatan bagi pihak Uleebalang meloloskan diri dari kepungan massa rakyat yang semakin ketat. Pasukan pro Uleebalang meninggalkan Kota Sigli menuju Lameuloe sambil melepaskan tembakan sepanjang jalan. Senjata yang mereka peroleh dari Jepang tidak diserahkan, dengan senjata-senjata itu pula pasukan Daod Cumbok kemudian meningkatkan kegiatannya untuk melawan kelompok republiken.

Tanggal 10 Desember 1945 pasukan Daod Cumbok mengadakan rapat di Lameulo, merencanakan penyerangan terhadap kelompok republiken. Pada tanggal 16 Desember dengan menggunakan meriam dan mortar dari Jepang mereka menembaki kampung di sekitar Luengputu dan Metereum. Tanggal 20 Desember 1945 mereka membakar bangunan umum seperti kantor kehakiman dan madrasah di kampung Titue, membakar rumah para ulama dan tokoh masyarakat yang tidak mendukung pada mereka.

Untuk menghadapi kebrutalan kelompok Uleebalang dengan pasukan Daod Cumbok, 22 Desember 1945 kelompok Pro Republiken mengadakan rapat di Garot, membentuk “Markas Besar Rakyat Umum” maka perang antara kelompok Uleebalang dengan kelompok Pro Republik yang dimotori ulama pun tak dapat dielakkan.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!