Surat Prins Mauris Kepada Sultan Aceh Terkait Perang Belanda Dengan Spanyol

in story •  6 years ago 

Ketika Belanda masih berjuang memerdekakan diri dari Kerajaan Spanyol dalam perang 80 tahun, dikenal sebagai perang De Tachtig Jarige Oorlog, Belanda mengalamani perselisihan dengan Kerajaan Aceh. Prins Mauris pendiri Dinasti Oranye Belanda kemudian mengirim surat dan bingkisan hadiah kepada Sultan Aceh melalui misi diplomasi. Aceh membalasnya dengan mengirim duta besar pertama dari Asia untuk Belanda.

Perselisihan Belanda dengan Aceh bermula pada 21 Juni 1599 ketika dua kapal dagang Belanda de Leeuw dan de Leeuwin yang dipimpin dua bersaudara, Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman berlabuh di pelabuhan Aceh. Karena sikap yang kasar dan provokasi Portugis, terjadi perkelahian di atas kapal.

Cornelis yang terkenal sadis dan brutal tiga tahun sebelumnya membuat masalah di Jawa dan Madura. Tapi ketika mencoba hal yang sama di Aceh, ia tewas di bunuh di atas kapalnya sendiri. Konon yang membunuhnya adalah Laksamanan Keumalahayati. Sementara Frederick yang masih di daratan Aceh ditahan dan dipenjara.

Abdul hamid diterima belanda.jpg
Litografi Belanda tentang Duta Besar Kerajaan Aceh Abdul Hamid dan rombongan ketika diterima Prins Maurits di Belanda, Agustus 1602 sumber

Prins Mauris de Nassau pendiri dinasti Oranye Nassau di Belanda secara khusus menyurati Sultan Aceh. Ia memohon maaf dan meminta Kerajaan Aceh mendukung upaya Belanda untuk memerdekaan diri dari Spanyol. Raja Aceh Sultan Alauddin Riayat Syah Al Mukamil (1589-1604) menyambut baik hal itu. Ia mengutus Duta Besar Kerajaan Aceh ke Belanda Abdul Hamid, yang merupakan duta besar Asia pertama yang datang dan mendukung kemerdekaan Belanda. Abdul Hamid diutus bersama Laksamana Sri Muhammad, Mir Hasan, dan seorang penerjemah bernama Leonar Werner.

Rombongan duta besar Aceh ini tiba di Belanda pada Agustus 1602. Malah Abdul Hamid meninggal di Belanda. Jasadnya dimakamkan dalam upacara militer di perkarangan gereja St Pieter di Middelburg, Zeeland. Sejarah ini dikenang sampai sekarang. Untuk mengenang hubugan baik Aceh dengan Belanda masa lalu itu, pada 24 Oktober 1978, Pangeran Bernhard membuat prasasti khusus di makam Abdul Hamid, peresmiannya disaksikan langsung Duta Besar Indonesia di Belanda, Dharmaputra.

adulhamid pualam.jpg
Pengeran Bernhard membuka selubung pualam prasasti makam Abdul Hamid di Middelburg, Zeeland, Belanda, 24 Oktober 1978 sumber

Apa yang sebearnya membuat Print Maurist mengupayakan misi perdamaian dengan Kerajaan Aceh? Sepucuk surat dan bingkisan hadiahnya kepada Sultan Aceh yang dibawa rombongan kapal dagang Belanda ke Aceh yang dipimpin Laurens Bicker dan Geray de Roy pada tahun 1602 bisa mengungkap hal tersebut.

Surat yang ditulis dalam bahasa Spanyol itu dan terjemahannya dalam bahasa Belanda bisa dimuat dalam buku Dr JJF Wap yang berjudul Het gezantshcap van den Sultan van Achin Ao. 1602 aan Prins Maurist van Nassau en de Oud-Nederlandsche Republiek. Buku ini diterbitkan oleh H Nijgh pada tahun 1862 di Rotterdam.

Untuk memudahkan memahami isi surat tersebut, saya kutip terjemahan versi bahasa Melayu dari buku Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah yang ditulis oleh guru besar ilmu sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Teuku Ibrahim Alfian.

surat prins maurist.jpg
Surat Prins Maurits de Nassau kepada Sultan Aceh sumber

Pada tahun yang baru lalu, 1598 atas perintah beta telah bertolak dua kapal dagang dari negeri ini dengan tujuan mengadakan hubungan perniagaan di Hindia Timur, yang sudah tiba di sana pada tanggal 15 Agustus tahun itu juga. Kepada beta telah dikabarkan betapa baiknya sambutan yang diberikan oleh Yang Mulia kepada mereka ketika mereka tiba di kerajaan Yang Mulia. Di samping itu beta mendapat kabar juga bahwa dengan memenuhi peraturan yang berlaku, mereka telah melasanakan tujuah-tujuan perdagangan itu, sesuai dengan segala keinginan mereka.

Akan tetapi tatkala orang-orang Portugis yang menjadi kawula (sekutu) Raja Spanyol, musuh kami, mendapat kabar bahwa mereka sedang mendapat perlindungan dan bantuan yang dijanjikan Yang Mulia, mereka pun menceritakan hal-hal yang dusta untuk menyesatkan Yang Mulia, diantaranya dikatakan oleh mereka bahwa para saudagar Belanda itu adalah bajak laut dan bahwa kedatangan mereka adalah untuk merampas kerajaan Yang Mulia. Kebohongan itu telah menyebabkan Yang Mulia memerintahkan menangkap Frederick de Houtman, nahkoda salah satu kapal itu bersama beberapa awak kapal, serta menaha mereka yang menyebabkan penderitaan bagi mereka.

Dengan keyakinan akan belas kasihan Yang Mulia terhadap mereka, inginlah beta menyampaikan harapan agar kiranya Yang Mulia menitahkan mereka dipelihara dengan baik, sebagai juga dilakukan terhadap warga yang berkunjung ke kerajaan Yang Mulia yang dengan bebas telah kembali. Semoga para tawanan yang kini berada dalam negeri Yang Mulia dapat pula menikmati kebebasannya kembali.

Kepada beta dikabarkan pula bahwa orang-orang Portugis atas perintah Raja Spanyol telah mengadakan peperangan terhadap kerajaan Yang Mulia, dengan tujuan untuk merampas negeri itu dan menjadikan kawula sebagai hamba sahaya, sebagaimana yang terlah dilakukan lebih 30 tahun di negeri kami. Akan tetapi Tuhan yang maha kuasa tidaklah sekali-kali ingin hal yang sedemikian itu, dan sebaliknya kami telah mengangkat senjata menentang penjajahan itu, dan akan terus melakukannya sampai berhasil.

Oleh sebab-sebab itulah beta bermohon kepada Yang Mulia agar kiranya tidak mempercayai orang-orang Portugis itu, dan supaya Yang Mulia tidak perlu mencurigai lagi kawula yang datang dari negeri beta, dan untuk mendapatkan kesempatan berniaga, maka inilah beta menugaskan perutusan sebagai wakil beta membawa surat ini. Terdiri dari para delegasi berkuasa penuh berjumlah empat orang, yaitu nahkoda-nahkoda Cornelis Bastiaanese, Jan Tannerman, Matthys Antonnisse, dan Cornelis Adriaanse, bersama beberapa pegawai keuangan dan perdagangan, yaitu Gerard de Roy, Laurent Bicker, Jan Jacobs, dan Nicolaas van der Lee. Kesemuanya berangkat dengan empat buah kapal untuk dan atas nama beta mengadakan perundingan dengan Yang Mulia, guna membicarakan bantuan-bantuan apakah yang diinginkan oleh Yang Mulia dalam usaha menumpas musuh-musuh.

Demikian pula kepada mereka yang telah beta beri tugas untuk menyampaikan bingkisan secara yang lazim ke hadapan Yang Mulia, sebagai bukti hasrat beta untuk mengadakan persahabatan dengan Yang Mulia. Beta mohon semoga bingkisan yang dikirim itu mendapat sambutan, dan dengan ini beta mendoakan Yang Mulia ke hadirat Tuhan dan agar kerajaan Yang Mulia bertambah luas.

Termaktub di Den Haag, Negeri Belanda
Pada tanggal 11 Desember tahun enam belas ratus
Tertanda
Prins Maurist de Nassau

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  6 years ago (edited)

Bingkisannya apa yaa😉 candu kah? Hehehehe.. saya penasaran.. pada masa sultan itu, apa bahasa kenegaraan yg digunakan?

Baru merhatiin.. abang niy rupanya setting self-vote juga

Tidak dijelaskan soal isi bingkisan Pangeran Holanda itu, soal bahasa diplomasi saya rasa saat itu menggunakan bahasa Melayu, karena sarakata Kerajaan Aceh ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab.

Jadi kenapa pulak sibuk kali bikin bahasa aceh jadi hymne dan bahasa nasional Aceh 😂😂 heck deh

Nyan hana long tu-oh jaweub, tapi kheun awan nyoe. "lagee gareh laju secara dejure defakto kiban nyang kheun emoyu hemsiski. ha ha ha ha.

Bahasa Arab

Congratulations @isnorman! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes received

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do you like SteemitBoard's project? Then Vote for its witness and get one more award!

thank you @steemitboard

Sayang kemudian air susu dibalas air tuba. Setelah mereka lepas dari spanyol, malah mereka pula yang menjadi penjajah bengis

Ya dua abad setelah itu Inggris dan Belanda "bersekongkol" dalam sebuah "Traktrak Sumatera" yang menyebabkan Belanda bisa masuk untuk memerangi Aceh.