Saya dan Deret Cantik 18/8/18

in story •  6 years ago 

image

Dua puluh empat tahun sudah usia beranjak, entah berapa banyak nikmat yang telah ternikmati, tak terhitung sakit, jatuh-bangun dan perjuangan terus ditempa dan dicoba. Waktu yang berlalu senantiasa mengajari manusia apa itu belajar, di lini masa ia dieja sebagai kesempatan, pada batas lain sering pula diarsipkan sejarah. Pertanyaannya, sudah fasihkah saya menjawab pertanyaan: "Siapakah Aku?" Bila belum, ulang tahun hanyalah denting lonceng bergema kosong. Hanya gaung, tanpa getar. Percuma.

Jika boleh jujur, hingga dari dan detik ini usia saya, tak sekalipun saya merayakan atau dirayakan hari ulang tahun. Entah mengapa, di keluarga kami hal-hal seperti itu tidak sekalipun terlintas di benak. Atau, mungkin ada, terlalu kaku dan seolah canggung lah yang kemudian mengundurkan niat itu.

Yang saya tahu, hampir tidak pernah Walet dan Bunda -sebutan untuk kedua orang tua- mengucapkan selamat hari lahir untuk saya. Jika pun ada, dalam batas ingatan saya yang payah ini, paling Bunda bilang ke adek atau kakak dengan kalimat sederhana; Abang ulang tahun itu ini hari. Sebatas itu.

Apakah saya anti? Tidak. Kepinginkah? Tidak begitu juga, ada ya boleh gak ada ya yowes. Tanpa perayaan ternyata juga merembes dalam kehidupan lingkungan pertemanan saya. Tak sedikit kawan, teman dan sahabat, tapi tidak sekalipun terrayakan sebagaimana kebiasaan yang mainstream.

Tak sekalipun saya meniup lilin, tangan ini tidak juga pernah memotong kue ulang tahun. Badan ini tak pernah tersiram air comberan, kepala ini tak pula diceplokkan telur. Saya tidak tahu kenapa saya selamat atau tidak merasakan kekonyolan yang terus mentradisi itu. Di lain sisi, saya juga tidak pernah sekalipun melakukan hal tersebut kepada teman. Andai pun ada, ya kue ulang tahun. Just that.

image

Dalam urusan asmara, yang konon kabarnya peluang untuk menselebrasikan seumpama demikian sangat terbuka lebar, justru lagi-lagi saya tidak juga pernah begituan. Seingat saya, dalam jajaran katakanlah mantan, tidak pernah sekalipun dibawa kue ulang tahun atau dinner yang terkonsep, entah itu glamor atau fun. Gak tau juga kenapa bisa ya.

Hal yang paling lumrah di hari ulang tahun saya adalah ucapan selamat ulang tahun dengan segala corak, doa, bahkan bully yang ngangenin. Mungkin itu satu-satunya jalan yang dapat memberi tanda bahwa saban 18 Agustus saya ulang tahun. Saya curiga, mungkin kalau ucapan tidak ada, persis sama dengan hari lain. Tak ada bedanya.

Sesekali saya berpikir, apakah ulang tahun saya yang sehari spasi dengan HUT RI menjadi kendala, buyar perhatiannya, atau di hari berikutnya yang lazim diadakan karnaval turut melupakan hari yang konon sakral ini. Kadang, usia bertambah tak ubahnya parade karnaval dengan segala kepura-puraan yang mendapatkan tempat. Menggembirakan, hanya by momen.

Terimakasih atas segala ucapan dari segenap sekalian. Dari situ kita paham, bahwa ada doa dalam pesan singkat yang coba disinggung kepada si hendak didoakan, sebelum kemudian dipanjatkan ke haribaan-Nya. Ucapan via pesan singkat, WA, inbox, DM adalah parade kado yang menampakkan wajah modernitas yang makin kemari makin apa saja. Cukuplah ucapan itu mewakili segala tek-tek bengek, semisal kue, lilin, kopi, soda, dst. Ucapan, selain doa, juga menegaskan dirinya bagian dari keflelsibelan bahkan kepragmatisan yang, yah okelah.

Maaf, karena waktu dan lain hal, saya belum bisa mentraktir saudara-saudari. Insya Allah, di kesempatan ulang tahun mendatang, akan ada kesempatan lain lagi. Bukan apa-apa, ini hanya soal waktu dan kemauan. Bukan soal uang. Uang mah gampang, tinggal makan sepuasnya, kita pulang dan meletakkan handphone di kasir. Segalanya selesai. Misal, iPhone atau Android yang diletakkan. Saya jadi teringat apa yang pernah Brian Tracy utarakan: "Kado terbaik yang bisa kamu berikan kepada orang lain adalah kado cinta tanpa syarat dan menerima apa adanya”.

image

Sebagai penutup, agar ada buah pikir di antara saya dan saudara, yang selalu kita renungkan dari perayaan hari ulang tahun diri sendiri adalah seberapa dalam sudah merenungi perjalanan hidup, dan sejauh mana pula akhir dari tujuan ini hendaknya finis. Mungkin, William Barclay bisa menjawabnya, kira-kira begini: "Ada dua hari terbaik di dalam hidup seseorang – Hari dimana kita dilahirkan dan hari kita menemukan alasan kenapa kita dilahirkan”.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Selamat ulang tahun, maaf kadonya tidak jadi.. gantinya nanti kk traktir ngopi :)

Kalau kopi, hampir selalu kakak traktir. Ada dan gak HUT pun dengan ringan tangan kakak dermawan, kan? Wkwk

Nanti judulnya ngopi dalam rangka HUT, itu photo yang di atas waktu wisuda siapa? Adek itu ya? :)

Bukan. Itu wisudanya Ajmi. Pas adek itu, udah lama lagi, dan baju berbeda.

Selamat ulang tahun Abang, sekaligus guru di meja perkopian!

Haha. Thank you bro.