Sepi Buku Neraka

in story •  6 years ago 

image

Tak ada pualam purnama di tengah langit. Langit yang konon gelap itu, sungguh tak pernah benar-benar sepi. Ada pesawat yang melintas, ada awan yang tenang, pun bintang suka berkedip. Begitulah sirkus atas membercadai apa saja di bawahnya.

Dong duduk di teras rumah, ada dua buku di sampingnya, ada gitar, pun secangkir air putih. Hujan malam itu tak cukup deras, tetapi sudah lebih dari cukup untuk menghentikan langkahnya menunaikan ritual sosial berupa ngopi. Kadang, hal-hal yang mendarah daging dalam tatanan sosial, yang menjadi penjeda hanyalah cara alam.

Ia melihat sampul salah satu buku dengan desain dua kaki jenjang perempuan dengan high heels berwarna merah. Dirabanya sampul itu, diusapnya high heels tersebut. Ada yang memantik dalam pikirannya, bahwa jangan-jangan, dalam realitas modern; semakin tinggi centil high heels, semakin tinggi pula strata sosialya.

image

Tangannya hanya mengusap high heels, hendak mengelus paha, tapi diurungkan. Bukan persoalan tabu, baginya ia mampu mengontrol fantasi pribadi, tapi tidak sanggup membayangkan fantasi orang lain yang memfantasikan dirinya atas fantasi yang ada. Hidup juga soal fantasi yang sesekali menghantui.

Hujan terus saja berderai, percikkannya tampak jelas terkena sinar lampu jalan yang hanya empat langkah dari teras. Dong mengambil gitar, dipetiknya tak beraturan. Mungkin bermaksud mencari nada yang pas, atau jangan-jangan sedang mencari lagu apa yang serasi dengan suasana malam itu. Di antara hujan, konon petikan gitar adalah jodoh romantis ber-KUA- lain dimensi.

Malam merambat pelan, lagu hits dari Sheila on 7, Sephia didendangkan. Dong tampak larut, terkhusus pada bagian: Selamat tinggal kasih tak terungkap (oh sephia)/Semoga kau lupakan aku cepat (oh sephia)/Kekasih sejatimu takkan pernah sanggup untuk meninggalkanmu/(tak pernah meninggalkanmu). Matanya terpejam, senyum sungging merekah. Ada sesuatu yang seolah sedang ditertawakan.

image

Setelah lagu itu usai dinyanyikan, matanya beralih ke buku satu lagi. Covernya manusia yang dilustrasikan sedang di neraka, diazab pedih. Judul bukunya Azab Neraka. Buku itu adalah buku masa kecilnya, yang dibeli di depan SD. Anak-anak, konon percaya bahwa di alam yang lain, jika ia terlalu banyak dosa akan diazab sedemikian rupa.

Dong tertawa. Baginya, neraka yang dibayangkan terlalu lucu untuk ditertawakan. Sedangkan neraka yang divisualisasikan, juga tak begitu menggetarkan. Dong berpikir, neraka di hadapan dunia tak ubahnya reka-reka yang dihororkan. Tapi ia tahu, imaji dan buah pikir yang salah adalah tiket termudah menuju ke sana. Neraka itu dekat, sedekat akal dengan olah pikiran.

Buku bercover kaki jenjang perempuan, high heels, gitar, lagu, dan buku azab adalah pernik malam itu yang menemani sepinya. Perempuan yang diumpamakan sebagai jawaban untuk sepi, kadang juga bukan. Gitar tak pula instrumen penambal hening. Sepi hanyalah lagu yang terus bermelodi. Kesemua itu, di hadapan yang rapuh, nyatanya sepi adalah neraka kehidupan bagi siapa saja yang tak siap.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq