Surat untuk Calon Istriku

in story •  7 years ago  (edited)

th.jpg
sumber: The Woman Gallery: Christian Schloe

Bersama surat ini, aku titipkan degup yang sejak kali pertama kita jumpa di Bandara Sultan Thaha masih terjaga hingga kau baca surat ini. Calon istriku, Rey, pemilik sah sepasang mata indah, telah aku selipkan gerimis di antara rindu yang terkadang serupa kerlip kunang di atas rawa. Dan di Jembatan Aurduri, kita sama-sama mematrikan diri menjadi sepasang kekasih.

Calon istriku, Rey. Maaf, jika aku tak sempat membuatkan perahu-perahu kertas yang akan kita layarkan di aliran Sungai Batanghari. Sebab sore itu, kita asik memasung bulan di Ancol Tanggo Rajo. Tempat di mana dua bocah ngungun di belakang kita yang asik menyusun potongan-potongan jagung bakar dan sesekali suara sumbang pengamen membakar hati kita di malam itu.

Rey, calon istriku, pemilik sah sepasang mata indah, betapa pun jarak amat jauh, kita tak benar-benar jauh. Jika aku Musa, akan aku belah selat Sunda ini. Akan tetapi, itulah cinta dan kita berhasil mengerti arti itu.

Ingatlah, lorong-lorong kecil yang sering kita lewati tiap hari serupa kisah perjalanan yang segera menemui muara, bagaikan sembilan anak Sungai Batanghari yang setia. Di Jambi, di kota kelahiranmu calon istriku, engkau begitu sabar menata rambutku satu persatu. Jika ini benar, kau adalah ibu dari ketiga bocah-bocah mungilku kelak.

Ah, kau selalu meningatkanku untuk memungut senja ketika kita terpaku menatapnya, katamu padaku, “Sayang, aku ingin senja itu dibawa pulang.” Dan seperti senja keemasan yang lain. Ia menolak untuk ditangkap. Ia berpendar. Padahal, aku sudah terbiasa menangkap senja ketika kanak dulu. Karena, ibuku selalu mengajari bagaimana menangkap senja keemasan.

Di gugusan paling timur, bulan yang kita pasung, layu. Kita selalu dimarahi banyak orang. Sebab, bulan terlambat datang di tempat yang lain. Memang, bulan selalu jadi rebutan.

Oh ya, hampir lupa. Dalam surat ini juga, aku sertakan rindu yang setiap pagi berpendar seperti embun. Tetapi dalam surat ini, tak ada tanda bibir yang kau nantikan. Aku tahu, bibir merupakan bagian organ tubuh yang kau cintai. Tapi aku tak mau menyertakannya. Sebab, aku takut lipatan surat ini membuat bibirku kusut.

Rey, calon istriku, pemilik sah sepasang mata indah, aku minta, kau jaga pertemuan kita ini. Sebab setelah ini, kita berdua masih berlayar di antara kehidupan-kehidupan yang kita benci dan kita sayangi.

Calon istriku, jangan khawatir, suatu saat nanti, Pulau Jawa dan Sumatra akan bersatu, seperti dulu Tuhan menciptanya. Tentunya, jauh dari kehidupan sekarang. Aku yakin itu. Dan jarak, bukan lagi halangan. Karena jaraklah, kita mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Semoga kau mengerti akan hal itu.

Calon istriku, pada indah dua mata itu, aku titipkan resah masa lalu. Semoga, kau membaca surat ini dalam ketenangan jiwa dan keterjagaan diri. Jangan sesali apa yang telah engkau pilih. Meski hidup adalah pilihan. Aku harap, tak ada airmata setelah ini. Jujur, aku sayang dan cinta sama kamu, Rey. Tolong jaga rindu kita baik-baik!

Sebuah puisi untukmu, kekasihku,

ca50e19842ce6fc8cc9dda84b5e86bd6.jpg
sumber: Christian Schloe (jungle)

Jembatan Makalam

di tenang Jembatan Makalam
kedua jarimu erat menggenggam jariku
sedang mata kita seperti sepasang muda-mudi
yang asik bercinta di antara ketenangan Makalam yang menua

kau seumpama melati putih
yang berguguran di altar hatiku
bagai camar mengejar senja di ujung barat
sementara, jejak kita tertinggal di Makalam

kau tahu apa yang kita jejakkan?

di tenang Makalam, di pinggiran jalanan
kita mengeja rindu. kata-kata yang keluar dari bibirku
cepat kau tangkap. aku tahu, dari kecil kau lihai menangkap kupu-kupu
yang mengganggu ketiga kucingmu

tapi digigil soremu, kau lupa mengikat bulan
di indah alismu. katamu padaku ‘alis ini terbuat dari percikan cahaya bulan’
dan aku seperti teringat sesuatu di masa lalu

di Jembatan Makalam yang menua
kau pasangkan alismu di antara alisku

Jambi , 2009

Follow my steemit @puanswarnabhumi
Muaro Jambi, 2018

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Waah surat cinta rilis diwaktu dinihari dong ini namanya kak 😂

Waah mendadak baper tengah malam dong kak, bahaya tuh bisa2 d sambar insomnia, nikmatnya bobo pun terlupakan 😅

Qiqiqiiqiq selamat tinggal baperrrr

baper nya jgn d sayonara kak, ntar ga balik2 lagi 😁😂

baper boleh adalah jgn terlampau sensitif aja, jadilah baper yg bersahabat dgn sikon #komen apaan sih ini ahaha 😂😂😂

Iya nih lagi baper banget. Xiziziziizixi

Luar biasa..saya sangat terharu membaca puisi anda

Qiqiqiqiiqiqiq makasih qaqa

Seperti keraguan... Ada lapisan yang ingin di runtuhkan. Mudahan bukan kisah mimpi tak berujung

Hahaha pasti aku salah

Kasitahu gak yah?hihi

Gedebaaaaaam!
Misi numpang lewat, mau ke pulau Jawa dulu lewat Pulau sumatera, sudah barang tentu aku melewati selat Sunda itu. Mau menitip salam pada Rey? Terakhir kali jumpa dia sedang melukis jembatan Makalam utk sebuah kontes..hahaha..

Aku mau nitip salamnya donk😜

surat yang indah, sekaligus puitis.

Trims, Pak Mus

Surat cinta yang mendayu-dayu......

Mendayu2 khas Sumatra ya, Bang😜😜

Indah sekali puanswarnabhumi (41)

Makasih yg lebih indah😍

Yang baca klepek-klepek, apalagi bang @imansembada dan bang @musismail

Qiqiqiiqiqiqiq